41. XAVIER YANG FRUSTASI
Setelah mendapat kabar bahwa Luna menghilang dari apartemen, malam itu juga, detik itu juga, dan saat itu juga Xavier langsung menyiapkan penerbangan jet pribadi keluarganya untuk pulang ke Indonesia.
Tak peduli hujan badai dan cuaca yang cukup buruk, Xavier tetap menerobosnya untuk mencari Luna.
Sayangnya, walaupun Xavier sudah berusaha untuk sampai secepat mungkin, jarak Indonesia dan Italia tidaklah dekat. Butuh waktu berjam-jam untuk sampai ke sana.
Xavier tak peduli dengan bisnisnya yang ia tinggalkan di Italia, mungkin saja hal itu akan membuatnya mendapat teguran keras dari orang tuanya karena proyek bisnis itu sangat penting.
Namun, bagi Xavier, Luna adalah yang terpenting saat ini.
Klek!
Xavier membuka pintu apartemen-nya. Suasana yang kembali ia rasakan di dalam sana adalah sunyi dan gelap. Seperti tak ada kehidupan sama sekali.
"Kalian sudah periksa seluruh apartemen ini?!" tanya Xavier kepada para orang-orang berbaju serba hitam yang berada di belakangnya.
"Sudah, Tuan. Kami sudah mencari Nona Luna di apartemen ini, namun kami tidak dapat menemukan beliau."
BRAK!
Xavier menendang kencang meja kayu di depannya hingga patah. Darahnya berdesir karena marah.
Dengan langkah lebarnya, Xavier menyusuri seluruh penjuru apartemen itu, mencari keberadaan Luna untuk memastikan perkataan para bawahannya.
Saat masuk ke dalam kamar, Xavier melihat keadaan kamarnya yang sangat rapi. Namun, saat Xavier masuk ke dalam walk in closet, ia melihat ruangan itu yang acak-acakan. Setengah pakaian Luna menghilang. Bahkan kopernya pun tak ada.
"LUNA!!" Xavier menggeram marah.
"PERIKSA SELURUH CCTV DI GEDUNG INI! LIHAT KAPAN LUNA MENINGGALKAN APARTEMEN INI!" teriak Xavier murka kepada para bawahannya.
"Baik, Tuan."
Para orang-orang itu pun keluar dari apartemen Xavier dan bergegas menuju ke pusat ruang pengawas gedung apartemen untuk mengecek CCTV di gedung ini.
"BANGSAT!" umpat Xavier yang emosinya tak terkontrol.
"PERINTAHKAN YANG LAIN UNTUK MENYUSURI KOTA INI!" perintah Xavier lagi kepada para bawahannya yang masih ada di sana.
"Baik, Tuan."
Xavier segera berjalan menuju ke ruang kerjanya. Di dalam sana ia mulai membuka laptopnya dan ingin melihat apa saja yang dilakukan oleh Luna hari ini dan pergi ke mana dia.
BRAK!
BRAK!
BUGH!
BRAK!
Semua barang-barang di dalam ruang kerja Xavier langsung dibanting oleh Xavier begitu saja dengan kerasnya. Rak buku yang ada di sana pun sampai patah karena terus ditendang oleh Xavier berkali-kali.
Amarah Xavier langsung meledak bukan main ketika melihat semua CCTV-nya di apartemen ini yang sudah dimatikan setelah ia pergi ke Milan.
"ANJING LO LUNA. AWAS AJA LO KALAU KETEMU, GUE BUNUH LO, ANJING!" teriak Xavier murka.
Satu tinjuan Xavier layangkan pada tembok ruangannya hingga membuat darah segar mengalir di tangannya.
Merasa mengingat sesuatu, Xavier kemudian meraih handphone-nya dan berniat melacak lokasi handphone Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER
Romance⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavier Arvegas Lysander. Setelah melakukan one night stand, Xavier malah terobsesi kepada Luna. Obsesi ya...