40. SHE'S GONE
Pagi hari sekali, Xavier yang sudah bangun dari tidurnya terlihat sedang memandangi wajah Luna yang masih tertidur pulas di sampingnya.
Luna tidur sambil memeluk tubuh kekarnya begitu erat seolah tidak ingin melepaskannya.
Tangan Xavier kemudian terulur, mengelus lembut rambut panjang Luna. Ia menghirup aroma strawberry dari rambut Luna yang sangat wangi.
Luna mengerjap berulang kali karena tidurnya terganggu oleh Xavier.
"Kakak udah bangun?" Luna mengusap matanya yang masih terasa mengantuk.
Xavier hanya berdehem singkat memperhatikan Luna.
Melihat jam di atas nakas yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi, Xavier pun bangkit dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi begitu saja, meninggalkan Luna yang kini menatap punggungnya dengan sendu.
Di dalam kamar mandi, Xavier berdiri di bawah shower sambil membersihkan tubuh kekarnya. Bulir-bulir air menetes membasahi tato di punggung Xavier.

Selesai mandi, Xavier pun masuk ke dalam walk in closet, melihat Luna di dalam sana yang sedang menyiapkan pakaian kerjanya.
"Kakak di sana bakal berapa lama?" tanya Luna sambil menyodorkan kemeja putih yang sudah ia setrika.
"Seminggu," jawab Xavier, kemudian mulai bersiap-siap dengan mengenakan kemeja putih yang lengkap dengan dasi, jas hitam, dan celana kain hitam.
Luna membantu mengancingkan kemeja Xavier dan memasangkan dasinya. Kegiatan yang selalu Luna lakukan sejak tinggal bersama Xavier.
"Perasaan gue nggak enak dari kemarin." Xavier tiba-tiba membuka suara sambil memandangi pucuk kepala Luna yang sangat pendek di depannya.
"Perasaan Kakak aja kali." Luna hanya tersenyum menanggapi Xavier.
Xavier menghela nafas. Sudah rapi dengan setelan kantornya, lelaki itu pun berjalan menuju ke meja makan untuk sarapan bersama Luna.
Mereka sarapan bersama dengan tenang, tak ada satupun yang mengeluarkan suara. Selesai sarapan, kini Luna mengantarkan Xavier yang akan berangkat ke depan pintu apartemen.
"Luna."
"Iya, Kak?"
"Lo nggak ngerencanain apa-apa, kan?" Xavier menatap Luna dengan tatapannya yang tak dapat diartikan.
Luna tersenyum manis. Gadis itu pun maju beberapa langkah mendekati Xavier dan mengecup singkat bibirnya.
Tubuh Luna sedikit berjinjit sambil mengalungkan tangannya di leher Xavier. "Ngerencanain apa, Kak?"
Xavier tak menjawab, namun wajahnya yang datar terus menatap Luna dengan mata elangnya yang tajam.
"Gue pergi dulu. Lo jangan macam-macam, awas aja lo kalau berani macam-macam. Habis lo sama gue." Xavier tak main-main dengan ancamannya itu.
"Iya, Kak, iya." Luna tersenyum manis menanggapinya.
Xavier sempat memeluk tubuh mungil Luna dan mencium singkat kening gadis itu sebelum benar-benar pergi.
Setelah punggung Xavier tak terlihat lagi, senyuman manis yang tadi menghiasi wajah Luna langsung luntur begitu saja. Tergantikan dengan senyuman miris yang penuh luka.
"Selamat tinggal dan Semoga semesta tidak mempertemukan kita lagi di kehidupan mana pun, dan di kesempatan mana pun."
°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER
Romance⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavier Arvegas Lysander. Setelah melakukan one night stand, Xavier malah terobsesi kepada Luna. Obsesi ya...