Bab 18

15 3 0
                                    

Mentari menenangkan Lucas yang masih berdebat dengan ibunya.
"Sayang, sudahlah." pinta Mentari sambil menepuk tangan Lucas.
"Baiklah sayang, aku berangkat ke kantor sekarang." ucap Lucas menggeser mundur kursi.

Mentari mengantarkan Lucas hingga ke depan lalu mencium tangan Lucas (salaman), Lucas mencium kening Mentari.
Di meja makan Naya meminta ijin pada Nyonya Mia untuk kembali ke kamarnya karena dia merasa kurang enak badan.

"Mah, aku ke kamar ya?" ucap Naya menyentuh lengan Nyonya Mia.
"Kau istirahatlah." jawab Nyonya Mia yang terlihat pada Naya.

Setelah Lucas pergi ke kantor, Mentari menyiapkan sarapan untuk Pelangi dan Doni. Mentari mengantarkan ke kamar mereka masing-masing. Karena Pelangi yang masih sakit, Mentari berinisiatif untuk menyuapi putri sambungnya itu. Mentari masuk ke dalam kamar Pelangi.

"Pelangi sarapan dulu, Nak?" ucap Mentari.
"Ibu." jawab Pelangi menoleh ke arah Mentari yang mendekat padanya.
"Biar Ibu suapi." ucap Mentari menyuapi satu sendok ke arah mulut Pelangi.
"Biarkan aku makan sendiri, Bu?" pintanya sambil membuka mulut lalu mengunyah makanan yang masuk.
"Apa enak?" tanya Mentari tersenyum.
"Enak, Bu. Biarkan aku makan sendiri?" kata Pelangi yang masih mengunyah makanannya.
"Biarkan Ibu hari ini melayani putri cantik ini?" ucap Mentari mengedipkan satu matanya sambil terkekeh.

Doni berlari menuju ke arah kamar Pelangi.
"Aku juga mau di suapi? Jangan hanya kakak saja, Bu?" ucap Doni mendekati Mentari dan Pelangi.

Mereka bertiga tertawa bersama. Kebahagiaan yang tidak pernah di bayangkan olehmu memiliki anak-anak yang baik, walau pun tidak terlahir dari rahimmu. Nyonya Mia berjalan menuju ke kamar Pelangi untuk melihat keadaan cucunya itu. Namun, siapa sangka justru dia melihat keharmonisan antara cucunya dengan wanita yang dia benci.

"Harusnya Naya yang berada di sana." gerutunya berdiri di depan pintu kamar Pelangi.

***
Naya di dalam kamar sedang termenung mengingat kenangan bersama Lucas dulu.
Mereka yang saling mencintai. Namun, harus pupus karena Naya di vonis terkena limpoma stadium 4. Naya yang mimisan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatannya. Di rumah, Nyonya Mia mencari-cari keberadaan Naya yang tidak ada di kamarnya. Nyonya Mia mencoba untuk menghubungi Naya. Tapi tidak tersambung.

"Kemana, Naya? apa dia?" ucapnya beranjak pergi menuju ke mobil. Dia mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju ke rumah sakit.

***
Di rumah sakit. Naya menemui seorang dokter. Dokter Zy masih sepupu dengan Lucas.

"Zy, jika ini jalan terakhirnya. Aku ingin jantung ini tetap berdetak." ucap Naya menyentuh dadanya.
"Kau sudah berusaha hingga saat ini bertahan demi mereka." kata Zy memberikan Naya semangat.
"Mereka sudah bahagia saat ini tanpa ku. Zy, aku ingin melanjutkan kemoterapi." pinta Naya
"Baiklah, aku akan siapkan ruang rawat untukmu."

Kondisi Naya mulai melemah saat itu juga. Suster memasangkan alat-alat medis pada tubuh Naya. Di luar rumah sakit, Nyonya Mia menghubungi Zy untuk memastikan apa Naya ada bersamanya.

"Zy, apa Naya bersamamu saat ini?" tanya Nyonya Mia di telepon.
"Iya tante, keadaannya kritis. Segeralah kemari." pinta Zy pada Nyonya Mia.
"Apa... Naya?" Nyonya Mia sangat terkejut mendengar kabar keadaan Naya. Kemudian memutuskan teleponnya.

Nyonya Mia masuk ke dalam rumah sakit. Melihat keadaan Naya yang di pasang banyak alat medis. Tidak terasa airmatanya meleleh membasahi pipi. Nyonya Mia beranjak meninggalkan rumah sakit menuju ke rumah Lucas untuk memberitahu keadaan Naya saat ini.

𝐃𝐎𝐀 𝐏𝐄𝐋𝐀𝐍𝐆𝐈 (𝚃𝙴𝚁𝙱𝙸𝚃 𝙽𝙾𝚅𝙴𝙻) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang