Aku memang sakit melihatnya bersama wanita lain. Namun, aku bersyukur dia adalah wanita yang baik untuk kedua anakku dan aku bisa pergi dengan tenang." ungkapan hati Naya.
***
"Assalamu'alaikum." salam Lucas saat masuk ke dalam rumah.
"Walaikumsalam." jawab Mentari bersamaan dengan kedua anaknya.Mentari beranjak dari duduknya dan menghampiri Lucas lalu mencium tangannya (salaman).
"Maaf aku pulang telat?" ucap Lucas menatap netra Mentari.
"Tidak masalah sayang, Kau pulang dalam keadaan sehat saja, aku sudah bersyukur alhamdulillah." ucap Mentari tersenyum di hadapan Lucas.
"Cie, Ayah." ledek Doni terkekeh melihat Ayah malu-malu di hadapan Mentari.Lucas menoleh ke Doni lalu menghampirinya dan duduk di sofa bersama Doni dan Pelangi.
"Apa putraku sedang menggoda Ayahnya." ucap Lucas menekan hidung Doni gemas.
"Ayah mau es krim? tanya Doni menyodorkan es krim di hadapan wajah Ayahnya.
"Tidak, sepertinya Ayah lapar?" ucap Lucas melirik pada Mentari.Pelangi memperhatikan tingkah Ayahnya kepada ibu sambungnya.
"Ibu sudah siapkan makan malam untuk kita, Ayah." kata Pelangi tertawa.
"Lalu tunggu apalagi? Kita makan malam bersama sekarang." ucap Lucas melangkah menuju ke ruang makan.Mentari memperhatikan suami dan anak-anaknya berjalan menuju ruang makan sambil tertawa bercanda ria. Mentari bersyukur akan keharmonisan keluarga yang dia miliki sekarang ini.
"Alhamdulillah, segala puji bagimu Ya allah." gumam Mentari sambil berjalan menyusul suami dan anaknya ke ruang makan.
Saat tengah makan malam bersama tidak lama kemudian Nyonya Mia datang dan melihat keharmonisan putranya bersama Mentari. Nyonya Mia hanya menatap dari ruang tengah yang tidak jauh dari ruang makan. Lucas menoleh ke ruang tengah, kemudian melihat ibunya sedang diam berdiri sambil menangis. Lalu Lucas memundurkan kursinya beranjak menghampiri ibunya.
"Mah," panggil Lucas.
"Mamah kenapa menangis? Ada apa?" sambung Lucas bertanya pada ibunya.Nyonya Mia mendekat pada Lucas, menyentuh pipi putranya sambil menangis.
"Maafkan Mama, selama ini tidak jujur padamu?" ucapnya tersedu-sedu.
"Naya, sedang kritis saat ini Lucas." ungkap Nyonya Mia.
"Naya? Ada apa dengan Naya, kenapa dia bisa kritis?" tanya Lucas menghampiri ibunya lalu menyeka air matanya.
"Naya, terkena limpoma stadium empat." jawab Nyonya Mia menangis.
"Apa? Sejak kapan, Mah?" tanya Lucas terkejut.
"sejak usia Doni 3 tahun. Dia meninggalkan kalian bukan karena pria lain? Karena dia sedang sakit." ungkap Nyonya Mia yang sebenarnya pada Lucas.
"Kenapa Mamah tidak katakan padaku sejak awal?" teriak Lucas yang terdengar hingga ke ruang makan.Mentari terkejut dengan teriakan Lucas yang sedang membentak ibunya.
"Astaghfirullah, ada apa lagi ini?" batin Mentari.
"Bu, ada apa dengan ayah?" tanya Pelangi.
"Ibu juga tidak tahu." jawab Mentari melangkah mendekat ke ruang tengah.Lucas mengingat lagi perkataannya tadi pagi kepada Naya. Dia menyesal sudah memperlakukan Naya dengan buruk.
"Jika kau masih memiliki hati. Pergilah temui Naya. Dan minta maaf atas semua yang sudah kau katakan padanya tadi pagi?" pinta Nyonya Mia.
"Di rumah sakit mana, Mah?" tanya Lucas.
"Dia sedang di rawat oleh Zy, di rumah sakit harapan kasih." jawab Nyonya Mia.
"Aku akan menemuinya sekarang." ucap Lucas.Saat membalikkan badan ke belakang, Lucas melihat Mentari yang sedang berdiri mendengar percakapannya dengan Nyonya Mia.
"Mentari." lirih Lucas beranjak mendekat pada Mentari.
Lucas berdiri tepat di hadapan Mentari lalu dia meraih tangan Mentari dan meminta Ijin kepada istrinya untuk melihat keadaan mantan istrinya."Bolehkah, aku menemuinya?" tanya Lucas menundukkan pandangannya di hadapan Mentari.
"Pergilah temui Naya." ucap Mentari dengan bibir gemetar.Mentari memiliki ketakutan pada hatinya saat mendengar dan melihat suaminya begitu khawatir kepada mantan istrinya.
"Terima kasih, sayang." ucap Lucas melepas genggaman tangannya pada Mentari kemudian beranjak pergi.
***
Lucas mengemudikan mobilnya dengan cepat tanpa memikirkan keselamatannya.
Setibanya di rumah sakit Lucas menemui Zy dan bertanya mengenai Naya."Zy, dimana Naya?" tanya Lucas terdengar panik.
"Kau sudah tahu, Lucas? Kondisinya memburuk saat ini." jawab Zy.
"Katakan, dimana dia?" teriak Lucas.
"Di lantai 3, kamar nomor 6." jawab Zy.Lucas langsung berlari menuju lift. Namun, lift turun dengan lama hingga Lucas memutuskan naik ke lantai 3 menggunakan tangga darurat. Dia berlari menaiki anak tangga hingga ke lantai 3. Lucas masuk ke kamar nomor 6 dan melihat Naya sedang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Tubuhnya di pasang banyak alat-alat medis.
Lucas mendekat pada Naya, dia duduk di samping ranjang lalu menggenggam tangan Naya sambil menangis.Naya perlahan membuka matanya dan melihat pria yang sangat dia cintai ada di sampingnya sambil menggenggam tangannya. Naya menatap Lucas lalu menyeka air mata Lucas.
"Kenapa kau tidak jujur mengenai penyakitmu? Kenapa harus di tutupi dariku dan anak-anak. Naya? tanya Lucas menggenggam erat tangan Naya.
Dengan suaranya yang berat, sambil tersenyum Naya menjawab pertanyaan Lucas.
"Aku malu, Lucas. Aku hanya akan menyusahkan dan menjadi beban keluargaku?" ungkap Naya.
"Malu? Apa rasa cinta itu kalah dengan rasa malu?" tanya Lucas yang masih menggenggam tangan Naya. Dia menangis di hadapan Mantan istrinya yang sedang kritis. Naya menyeka airmata Lucas."Sekarang berbahagialah dengannya dan anak-anak. Aku iri padanya, dia mampu membuatmu begitu cepat melupakan aku." ucap Naya.
"Kau tidak boleh iri padanya, Naya?"
"Aku titip anak-anak kita." pinta Naya.
"Jangan katakan apapun lagi, Nay?"
"Bisakah aku meminta satu hal?" tanya Naya.
"Katakanlah." ucap Lucas.
"Aku ingin pergi dengan tenang, sebagai istrimu dan bersama agamamu?"
"Kau akan sembuh, Naya. Kau tidak akan pergi." ucap Lucas menenangkan Naya.
"Aku mohon."
"Baiklah, kita akan menikah lagi." ucap Lucas menyetujui permintaan Naya.Saat sedang membuat teh, cangkir yang di pegang oleh Mentari terjatuh dari tangannya.
"Astagfirullah." ucap Mentari.
Lucas pamit kepada Naya untuk meminta ijin kepada Mentari. Lucas pergi mengemudikan mobilnya dengan cepat. Kristian menghampiri Mentari yang sedang membereskan pecahan cangkir.
"Mentari, apa yang kau lakukan. Biar aku saja yang bereskan? Nanti kau akan terluka. " ucap Kristian panik.
"Kris, perasaanku sedang tidak enak." kata Mentari dengan netra menatap ke arah pecahan cangkir.Kristian mencoba untuk mencairkan suasana.
"Ini hanya cangkir jatuh, mungkin tanganmu basah. Jangan berpikir macam-macam."
Tidak lama Lucas tiba di rumah lalu masuk dan berteriak memanggil Mentari. Saat masuk Lucas melihat Mentari dan Kristian berada di ruang tengah. Mentari beranjak dan menghampiri Lucas.
Lucas menatap Mentari, lalu menarik tangan Mentari dan menggenggamnya sambil menundukkan pandangannya."Sayang, ada apa kau menangis?" tanya Mentari.
"Sayang, Naya kritis." jawab Lucas.
"Lalu bagaimana keadaannya?"Tiba-tiba Lucas bersimpuh di bawah Mentari dengan mengangkat pandangannya ke atas.
"Sayang, apa yang kau lakukan?" tanya Mentari menundukkan pandangannya ke bawah.
"Kak, ada apa?" tanya Kristian yang melihat Lucas duduk dengan kedua kaki di lipat ke belakang.
"Sayang, bangunlah? Ada apa sebenarnya?" tanya Mentari heran. Namun, Lucas masih diam menatap netra Mentari.
"Ijinkan aku menikahi Naya?" katanya membuat Mentari terperanjat.
"Apa? Astagfirullah." ucap Mentari menyentuh dada dengan tangan kiri. tangan kanan menggenggam pecahan cangkir hingga tangannya terluka.Kristian menghampiri Lucas dengan emosi dia melotot kepada kakaknya lalu berteriak.
"Apa yang kau lakukan, Kak?"
"Dia hanya ingin pergi dengan tenang sebagai istriku, aku hanya ingin mengabulkan keinginan terakhirnya." ucap Lucas menjelaskan pada Mentari dan Kristian.Mentari benar-benar terkejut dengan perkataan suaminya. Tidak ada seorang istri yang ingin berbagi suaminya dengan wanita lain. Karena memiliki rasa ikhlas itu susah.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐎𝐀 𝐏𝐄𝐋𝐀𝐍𝐆𝐈 (𝚃𝙴𝚁𝙱𝙸𝚃 𝙽𝙾𝚅𝙴𝙻)
Художественная прозаPelangi dan Doni adalah kakak beradik yang saling menyayangi, kekuatan mereka ada pada sang ayah bernama Lucas yang selalu menjaga dan merawat mereka di saat sangat ibu pergi mengkhianati ayahnya. *** Pelangi hanya ingin sang ayah bahagia. agama ad...