Bab 11

44 6 0
                                    

"Bismillahirrahmanirrahim, Mentari apa kau bersedia menikah dengan ku?" ucap Agus tersenyum pada Mentari.

"Bismillahirrahmanirrahim, aku bersedia karena allah swt." jawab Mentari menundukkan pandangannya.

***Pak Abdullah datang menemui Mentari di kamar sebelum acara ijab qabul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***
Pak Abdullah datang menemui Mentari di kamar sebelum acara ijab qabul.

"Mentari." panggil Pak Abdullah saat melihat putrinya sedang duduk di depan cermin.
"Ayah." lirihnya menoleh pada Ayahnya.

Pak Abdullah berjalan menghampiri ke arah Mentari.

"Ada yang ingin Ayah katakan padamu? Ayah ingin jujur sesuatu padamu, Nak?" ucap Pak Abdullah tersenyum.
"Katakan, Ayah." jawab Mentari.
"Sebelumnya Ayah minta maaf padamu? Ayah tidak bisa menjadi wali dalam pernikahanmu, karena aku bukan Ayah kandungmu." ungkap Pak Abdullah.

"Ayah, aku sudah tahu sejak lama." kata Mentari yang membuat Pak Abdullah terkejut. "Aku pernah mendengarkan Ayah berdoa saat aku sedang sakit, aku berterima kasih pada Ayah, karena sudah mau merawatku sejak kecil." ungkap Mentari dengan mata berlinang-linang penuh rasa haru.

"Ayah, sangat menyayangimu Nak." ucap Pak Abdullah.

Setelah perbincangan antara ayah dan anak. Pak Abdullah datang menemui pak penghulu dan meminta bantuan Pak penghulu menjadi wali hakim untuk Mentari.

"Saya mewakilkan kepada anda untuk menikahkan anak perempuan saya, Mentari binti Fulan dengan saudara Agus bin Minha dengan mahar seperangkat alat salat dan emas kawin 500 gram." ucap Pak Abdullah pada Pak Penghulu.

***
Acara pernikahan akan segera di mulai, semua tamu sudah datang. Pengantin pria sudah berada di ruangan ijab qabul.

"Bagaimana, apa saksi sudah ada semua?" tanya Pak Penghulu.
"Sudah, Pak." jawab singkat Tuan Minha.
"Sudah Pak Penghulu." ucap Pak Abdullah.

"Ananda Agus apa anda sudah siap?" tanya Pak Penghulu menyakinkan nya.

"Siap, Pak." tegas Agus.

Pak Penghulu mengulurkan tangannya ke arah Agus untuk berjabat tangan.

***
Lucas sedang berlari dari tempat parkiran menuju ke dalam gedung pernikahan.

"Bismillahirrahmanirrahim." ucap Pak Penghulu mengulurkan tangannya dan di sambut oleh tangan Agus.

"Ananda Agus bin Minha, saya nikahkan dan kawinkan anda dengan Mentari binti Fulan yang nikahnya di wakilkan kepada saya dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas sebesar 500gram di bayar tunai." ucap Pak Penghulu dengan 1 tarikan.

"Ya allah." ucap Lucas saat berlari memasuki gedung pernikahan.

Mentari dengan tiba-tiba meneteskan air matanya.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Mentari binti Fulan." ucapnya terhenti karena Lucas yang masuk ke dalam gedung.

"Tunggu." teriak Lucas dengan napas terengah-engah. "Assalamu'alaikum." ucapnya yang membuat ijab qabul terpotong.

Mentari menoleh ke arah Lucas.

"Tuan." lirih mentari.
"Maaf, maafkan aku mengacaukan acaramu Mentari." ucap Lucas dengan pandangan ke arah Mentari.

Mentari melangkah menghampiri Lucas.
"Mentari." panggil Agus saat melihat Mentari menuju ke arah Lucas.
"Apa dia ayahnya Pelangi?" batin Pak Abdullah.

"Tuan, ada apa? tanya Mentari pada Lucas.
"Aku mohon ikutlah, Pelangi kritis." ucap Lucas menatap ke arah Mentari.
"Pelangi kritis?" tanya Mentari terkejut.

Mentari dan Lucas saling menatap. Agus memperhatikan Mentari yang berdiri di hadapan pria yang tidak dia kenal. Semua mata tamu tertuju kepada Mentari dan Lucas, termasuk kedua orang tua Agus yang memperhatikan calon menantunya.

"Ada apa ini subhanallah?" ucap Nyonya Hana.
"Hana, tenanglah." kata Tuan Minha menenangkan hati istrinya yang terlihat kesal.
"Ya allah, lindungi putraku dan lancarkan lah pernikahan ini." ucap Nyonya Hana berdoa yang terbaik untuk putranya.

Mentari menjelaskan pada Lucas kalau hari ini adalah hari pernikahannya. Keadaan Pelangi membuatnya saat bingung saat ini. akan ada banyak hati yang terluka jika dia membatalkan pernikah ini.

Di hadapan semua orang, Lucas bersimpuh dan menundukkan pandangannya. Mentari terkejut dengan apa yang Lucas lakukan.

"Tuan, apa yang kau lakukan." ucap Mentari melihat ke arah Lucas yang bersimpuh.
"Aku mohon, bantu aku? temui putriku yang sedang kritis." ucap Lucas yang masih menundukkan kepalanya.

Agus menyaksikan hal yang tidak pernah dia bayangkan akan terjadi di acara pernikahannya. Pak Abdullah berjalan menghampiri ke arah Mentari dan Lucas.

"Mentari." lirih Lucas yang berharap Mentari menjawab iya.
"Tuan, aku tidak bisa memutuskannya sendiri?" ucap Mentari yang harus menjaga perasaan keluarga Agus.
"Pelangi membutuhkanmu." ucap Lucas yang membuat hati Mentari semakin bimbang.

Nyonya Hana menghampiri Lucas yang masih bersimpuh di bawah Mentari.

"Apa kau tidak malu, berlutut di hadapan wanita yang akan menikah?" ketus Nyonya Hana dengan tatapan kesal pada Lucas.
"Kau juga mengacaukan acara pernikahan putraku? Mentari bisa menemui putrimu setelah acara ini selesai." ucap Nyonya Hana sinis melihat ke arah Lucas.
"Hana sudahlah." kata Tuan Minha menenangkan hati istrinya.

Lucas terdiam mendengar semua ucapan Nyonya Hana.

"Nyonya, maafkan aku." lirih Lucas yang masih menundukkan pandangannya.
"Tuan ijinkan aku melanjutkan pernikahan ini?" ucap Mentari pada Lucas.
"Setelah pernikahan aku akan pergi menemui Pelangi." sambung Mentari.
"Mentari, kau tahu harapan Pelangi apa?" tanya Lucas.
"Tuan." lirih Mentari.

Seluruh tamu dan keluarga terkejut saat mendengarkan kalimat yang keluar dari mulut Lucas.

"Mentari, bersediakah kau menikah denganku?" ucap Lucas dengan spontan.

Suara petir terdengar bersamaan dengan turunnya hujan lebat, Agus dan keluarganya terkejut dengan apa yang dia dengar.

"Subhanallah." ucap Nyonya Hana menoleh sinis pada Lucas.
"Tenanglah Hana, kita serahkan semuanya kepada allah. ucap Tuan Minha.
"Bukan itu masalahnya, di mana etika pria ini?" ucap Nyonya Hana kesal.

𝐃𝐎𝐀 𝐏𝐄𝐋𝐀𝐍𝐆𝐈 (𝚃𝙴𝚁𝙱𝙸𝚃 𝙽𝙾𝚅𝙴𝙻) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang