Senyum lebar Halley berikan saat kembali menginjakkan kakinya di kediaman Levian, dimana rumah itu merupakan tempat sang Kakak Chris selalu menyambutnya dengan hangat.
Bedanya sekarang yang menyambut kedatangan Halley bukanlah sang Kakak melainkan Micel."Halley, sudah lama sekali kita tidak bertemu." Micel memeluk tubuh Halley sebentar. "Apa kau sudah makan? Aku memasak makanan kesukaanmu. Ayo kita makan."
Ini yang Halley suka dari Micel. Wanita itu selalu memperlakukannya dengan baik, layaknya saudara kandung sendiri.Aroma lasagna memenuhi indra penciuman Halley. Belum juga menyentuh makanan itu, Halley sudah tahu bagaimana nanti lembutnya daging sapi cincang terasa dalam mulutnya. "Micel, kau sungguh tahu apa yang aku mau. Aku sangat berterimakasih atas lasagna yang lezat ini." Micel tersenyum mendengar kalimat Halley.
"Makanlah selagi hangat." Satu set Dinner plate lengkap dengan garpu dan pisau diberikan Micel kepada Halley.
Sebelum memotong dan menyuapkan potongan lasagna ke dalam mulutnya, kepala Halley berputar ke kiri dan kanan. Micel tahu betul apa yang sedang dicari lelaki itu.
"Enola di kamarnya, dan Eldon baru saja berangkat ke tempat les."
Anggukan Halley berikan tanda paham dengan yang dikatakan Micel.
Selesai menyantap habis dua potong lasagna, Halley memilih untuk berjalan-jalan kecil di seputar halaman belakang milik keluarga Kakaknya.
Jika halaman belakang Halley dipenuhi dengan banyak bunga-bunga, beda halnya halaman belakang kediaman sang Kakak yang lebih dipenuhi pohon rindang dan tumbuhan-tumbuhan menjalar, serta kolam ikan kecil yang Halley sendiri tidak yakin jika pemilik rumah pernah membersihkannya.
"Huh-lihatlah air kolam itu. Sudah berapa abad ini tidak dibersihkan? Aku tidak yakin ikannya masih hidup."
Halley menatap iba pada warna air kolam yang sudah sangat pekat dan dipenuhi lumut. "Ini bukan halaman belakang, melainkan hutan belantara." Bulu kuduk Halley bergidik ngeri saat melihat pohon besar di ujung halaman bergerak tertiup angin."Paman?" Suara Enola terdengar dari arah belakang. "Kapan Paman tiba? Kenapa tidak memanggilku?" Tubuh Enola mendekat ke arah Halley.
"Aku tidak ingin mengganggu mu Nol." Halley tersenyum dan merangkul bahu Enola. "Kau sudah makan? Micel membuat lagsana yang sangat lezat."
Hanya gelengan yang didapatkan Halley.
"Ada apa Nol?" Firasat Halley berkata kalau Enola sedang dalam mood yang kurang baik.
"I'am okay."
"You'r lie-i know something wrong."
"Paman-aku tidak mau mengingatnya." Enola menjatuhkan tubuhnya diatas alas rumput yang rimbun. Wajahnya menekuk diantara kedua lutut.
"Apa salah kalau aku jatuh cinta?" Halley sadar pertanyaan itu ditujukan kepadanya."Tidak salah. Semua orang berhak jatuh cinta dan dicintai." Halley menjawab sebisanya.
"Bagaimana kalau aku mencintai lelaki yang sudah menikah?"
Biji mata Halley hampir keluar kalau saja ia tidak segera kembali mengontrol ekspresinya.
"Javier?" Nama itu sudah tidak asing bagi keluarga Levian.
Keturunan Levian mana yang tidak tahu Javier? Lelaki gagah yang sempat membuat Putri tertua keluarga itu tergila-gila sampai mabuk kepayang.
"Aku melarang nya!" Ada penekanan pada akhir kalimat Halley."Bukannya tadi Paman baru saja mengatakan semua orang berhak jatuh cinta-"
"Beda konteksnya dengan ini Nol.
He Javier-he married!" Halley membuang wajahnya ke samping. Menutupi rasa kesalnya ketika harus membahas soal Javier.

KAMU SEDANG MEMBACA
V I R G O
Genç KurguSiapa sangka, jika Virgo hanya dapat dilihat oleh Enola. Enola bahkan tidak tahu, jika Virgo memainkan dua peran yang berbeda, dengan dimensi yang berbeda pula. Selama ini yang Enola tahu, jika Virgo adalah lelaki yang selalu mendatanginya tepat p...