CHAPTER VIII

23 4 1
                                    

Halo men-temen, jumpa lagi dengan aku! Udah siap buat baca chapter terbaru ku belum? Di baca sampai habis ya, jangan lupa vote dan komennya

■□■□Darling□■□■

♤Sakit♤

Hari ini hari Kamis, biasanya pagi-pagi jam 8 Seulgi sudah berangkat menuju tempat kerjanya. Namun anak itu tak kunjung keluar dari kamarnya. 

"Aargh... Dah telat, dah telat!"

Panjang umur, baru saja dibicarakan sudah muncul. Namun penampilannya masih sedikit acak-acakan. 

"Lo gak nyisir rambut? "

"Gak sempet, elah! "

"Gak make-up? "

"Wen, gue buru-buru. Diem ya?"

Wendy tak menghiraukan lagi gadis itu. Ia kembali membaca bukunya. 

Sepertinya Seulgi sudah selesai dengan sepatunya. Tapi tidak dengan handphonenya yang tertinggal di kamar. 

"Ck, hp gue mana lagi? " Seulgi mengobrak-abrik tasnya mencari handphonenya itu.

"Y/n tolong hp gue! "

Y/n yang baru turun dari tangga memutar bola matanya malas dan kembali menaiki tangga untuk mengambil benda yang diminta Seulgi. 

"Gi, kalo gue nitip sesuatu boleh gak? "

"Apaan? "

"Tteobokki depan kampus. "

"Harus di situ? " Wendy mengangguk. 

Seulgi meringis, "Tempat lain, ah. Situ rame. "

"Gak mau. Beli di situ pokoknya. Di situ enak."

"Ck, yaudah mana duit lo? "

Wendy memberikan dua lembar 2.000 won pada Seulgi. Tak lama y/n pun datang dengan handphone milik Seulgi. 

"Gue pergi ya! "

Y/n menutup pintu dan duduk di dekat Wendy. Wendy hanya melirik sejenak lalu kembali lagi dengan bukunya. Sementara y/n mem-pout kan bibirnya. 

"Jan sok imut lo, y/n gue tampol nanti. " Y/n menatapnya dengan sinis. 

"Apa sih? Ada dendam lo sama gue? " ucap Wendy sambil menutup bukunya dengan perasaan kesal. 

"Gak. Bosan aja. "

Y/n dan Wendy sejujurnya tak terlalu dekat, walau mereka satu rumah. Y/n lebih sering bersama Yeri dan Seulgi, teman satu kamarnya. 

Kecanggungan menjadi orang ketiga di antara mereka. Wendy menatap sekitar untuk menghindari kecanggungan. 

"Eumm... Menurut kak Wendy aku orangnya gimana? "

"Pfft- Kek trend bocil aja lo. " Wendy tertawa, namun melihat wajah y/n yang serius ia kembali terdiam. 

"Eumm... Gimana ya bilangnya? Menurut gue lo orangnya asik-asik aja sih, asik dibully. " 

Y/n tersenyum lesu menatap Wendy. Sementara lawan bicaranya terus-terusan tertawa tanpa henti.

"Ah– ok, ok. Gue bercanda. Tapi lo emang asik, lo pinter, lo juga ya, berbakat lah intinya." Y/n mengangguk mengerti walaupun bukan jawaban yang ia harapkan. 

"Kenapa tiba-tiba amat lo nanya gitu? "

"Biar gak canggung. " Lantas setelah mendengarnya, tawa Wendy kembali terdengar. 

CHILL KILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang