CHAPTER XXII

18 2 0
                                        

Halo men-temen, jumpa lagi dengan aku! Udah siap buat baca chapter terbaru ku belum? Di baca sampai habis ya, jangan lupa vote dan komennya

■□■□Darling□■□■

♤Kembali dalam pelukan♤

Sudah berbulan-bulan berlalu. Tapi rasanya y/n seperti menerima surat dari seseorang yang sudah mati.

Tak kunjung datang cahaya yang diharap-harapkan.

Bukankah sudah terlalu banyak air mata yang terkumpul? Bukankah sudah terlalu banyak goresan di kanvas hatinya?

'Y/n, kapan kau pulang? '

Hari ini y/n bertekad untuk mengunjungi ibunya. Mungkin ia akan di sana selama seminggu.

Tak peduli apakah Chanyeol mengizinkan atau tidak, yang penting ia sudah mengabari. Memangnya uang banyaknya itu dapat membangkitkan ibunya jika ia mati?

Ibunya sudah sakit parah, harus ia tengoki keadaannya.

"Bu Kim, nanti kalo ada yang cariin bilang Y/n lagi di perjalanan kampung. Nanti telfon saja ke nomer kampung, biar y/n telfon  balik."

"Iya, sayang. Hati-hati ya di sana. "

"Sip, tenang aja, bu. "

Y/n mengemasi beberapa barang bawaan yang diberikan nyonya Kim padanya.

"Bu, aku sangat berterima-kasih sama ibu, " ucapnya sambil memberikan amplop berisikan sejumlah uang.

"Y/n, ibu tidak perlu–"

"Gak papa, itung-itung ini uang waktu aku pertama kali tinggal dengan ibu. "

"Ibu ikhlas, nak. "

"Aku juga ikhlas, bu. "

Bibir tipis nyonya Kim hendak terbuka, namun y/n dengan gesit langsung mengangkat barang-barangnya dan membungkuk.

"Terimakasih. Aku pergi dulu. Dah, bu! "

Y/n pergi dengan buru-buru. Nyonya Kim menggeleng melihat tingkah gadis itu. Tadi y/n sempat mengecup pipi nyonya Kim sebelum gadis itu melarikan diri.

"Duh, kenapa berhenti di tengah jalan sih? Emang ini jalan bapak lo?!"

Laki-laki tinggi itu berbalik menghadap y/n lalu berkata dengan santai, "Iya."

Tak salah. Memang dia anak dari keluarga Oh.

"Ck, udah sana minggir, berat."

"Eh, ini Makgeolli buatan bu Kim, kan? Wih, bagi, dong. "

"Enak aja, ini buat gue! Sana kalo mau, minta sendiri. "

"Sombong amat. Btw, lo mau kemana? Banyak banget bawaan lo. "

"Pulkam."

"Oalah. HAH?! "

Stasiun kereta

"Thanks udah bantuin. "

"Yoi."

"Nama lo Se... " gumam y/n yang mulai mengingat nama pria itu.

"Senderella. Udah sana, hush!"

Di sini lah y/n. Ia akan kembali melihat pemandangan sawah melintang. Ia juga akan melihat perumahan yang jaraknya tidak mendesak seperti perkotaan.

"Yaampun, Y/n-ssi? "

"Yuri! Heol, kau terlihat sangat berbeda. "

"Ah, biasa saja. Bagaimana keadaanmu? "

CHILL KILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang