CHAPTER XVIII

36 2 6
                                    

Halo men-temen, jumpa lagi dengan aku! Udah siap buat baca chapter terbaru ku belum? Di baca sampai habis ya, jangan lupa vote dan komennya

■□■□Darling□■□■

♤Keluarga♤

Sepulang kerja ini, Seulgi memutuskan untuk berkunjung sejenak ke rumah tempatnya dibesarkan. Rasanya sudah lama sekali ia tak bertemu dengan Ibu nya.

TOK, TOK, TOK!!

Kemudian tampaklah seorang wanita paruh baya di ambang pintu. Betapa kagetnya ia melihat siapa yang berkunjung.

"Ah... Seulgi... Anak ibu sudah pulang. " Betapa senangnya ibu Seulgi sampai ia memeluk putrinya sambil menangis haru.

"Aku gak lama, bu. Nanti sore mungkin aku balik lagi ke kota. "

"Iya, iya, gak papa. Ibu cuman mau liat kamu aja– kamu udah banyak berubah, ya. "

"Berubah gimana, bu? Aku masih sama, kok. "

"Kamu jadi keliatan lebih dewasa. Kamu juga keliatannya agak kecapean, di kota emang sibuk banget, ya?" tanya Ibu penuh perhatian sambil sesekali mengusap wajah lelah putrinya.

"Ya gitu deh, bu. Kalo dibilang capek banget gak juga, pasti ada seru-serunya juga, kok. "

"Iya... Ibu ngerti. "

Sanking serunya obrolan mereka, ibu Seulgi lupa untuk membawa Seulgi masuk. Sampai pada akhirnya hembusan angin memberikan isyarat sehingga tubuh Seulgi terasa dingin.

"Bu, dingin... "

"Ya ampun, Seulgi ayo masuk. Cuaca di luar dingin. "

Seulgi melihat-lihat rumahnya. Tak banyak yang berubah, hanya saja ruang keluarga sudah banyak perubahan– ruangannya yang dicat ulang dan meja baru.

"Sejak kapan dicat ulang, bu?"

"Eumm... Udah sekitar 2 tahun lalu. " Seulgi hanya mengangguk mendengarnya.

Jam segini biasanya ayahnya sedang menjaga warung sembako mereka. Bisnis keluarga yang sudah berjalan cukup lama.

"Ayah pasti di warung, abang mana? "

"Abangmu lagi berangkat kerja, mungkin nanti jam empat sore dia udah pulang. "

"Berarti kamarnya kosong, kan? "

"Yaiyalah. Kenapa? " Seulgi tak menjawab, ia hanya tersenyum misterius yang tak dimengerti oleh ibunya.

Ah, sudahlah. Ibu Seulgi tak menghiraukan lagi anaknya itu, ia menuju ke dapur dan melanjutkan masakannya.

Seulgi menunggu makan siangnya sembari menonton siaran TV. Mungkin di kota ia lebih sering menonton idola-idolanya, sampai ia lupa dengan kartun favoritnya.

Satu jam berlalu, masakan sudah selesai. Nyonya Kang membawa panci yang berisikan samgyetang, dan juga semangkuk kimchi sawi.

"Sana ambil nasi sama air. "

Seulgi menurut dan mengambil dua mangkuk nasi dan dua gelas air.

"Uwah... Udah lama gak makan samgyetang. Ibu buat sendiri?"

"Terus dengan siapa lagi? Dibantu hantu? "

"Ck, kan aku cuman nanya. "

"Yasudah, kan sudah ibu jawab. "

Seulgi mengerucutkan bibirnya. Ia merasa tak puas dengan jawaban ibunya. Entah kenapa jawaban Ibu nya sering kali membuatnya sebal. Selalu penuh dengan kata-kata sindiran.

CHILL KILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang