Langit malam yang cukup cerah, dengan hiasan bintang dan bulan yang cukup jelas. Suara klakson motor mewarnai malam ini. Naya berjalan gontai menelusuri trotoar sekitar kampus. Entah apa yang dia pikirkan. Kini jelas adanya, perasaannya kacau.
Naya memasuki sebuah cafe dekat campus, tidak terlalu ramai. Namun juga tidak terlalu sepi. Sudah banyak pengunjung yang pulang karena waktu sudah cukup larut malam.
Pikiran yang kacau membuat Naya mengambil sebuah tindakan yang akan selalu dia sesali namun tidak semenyesal itu karena mengambil keputusan ini.
"maaf Sam" kata lirih itu diiringi sebuah tetesan air mata yang jatuh di handphonenya. Memperlihatkan sebuah nama yang dia kirimi pesan.
Sekitar 7 menit, seorang wanita dengan gaya rambut pendek terpotong acak dan dikuncir setengah di atas, menyisakan beberapa helai poni yang tak cukup di kuncir. Setelan celana dan kaos membuatnya berkesan mas-mas halo dek.
Sam memasuki cafe itu dan mencari keberadaan sang kekasih. Matanya menjelajah sampai menemukan sebuah wanita dengan kemeja dan rok selutut tengah bersandar ditembok.
"nay? kamu gak apa-apa?" Tanya Sam sambil menarik tubuh Naya ke pelukannya.
"kalau aku. suka sama orang lain kamu gimana?" ucap Naya sambil kondisi mata yang sayu, alkohol itu sudah masuk menjalar ke tubuh Naya.
"pulang ya nay?"
"gak. berapa lama kita akan terus di hubungan ini Sam?" Naya mendorong tubuh Sam dari pelukannya dan berusaha menyadarkan dirinya untuk duduk tegak.
Sam tidak menjawab ucapan Naya sedikitpun. Dia membiarkan Naya mengucapkan semua apa yang ingin dia katakan.
"aku capek, rasanya aku malu buat akui hubungan ku di hadapan orang lain karena kita sebuah pasangan lesbian. Aku cinta sama kamu, tapi aku gak bisa. Aku capek, semalu itu buat akui kamu dalam hubungan ku Sam"
"anak fakultas mu? baik gak?"
"lebih baik kamu, hahha" Naya menjatuhkan kepalanya disalah satu meja di cafe itu.
"pulang nay, udah malem. Aku anterin pulang ya?" beberapa detik Sam menunggu, dia tidak mendapatkan balasan dari sang kekasih. Dengan helaan nafas panjang, akhirnya sam membopong tubuh Naya dan menaikan ke atas motor.
Dengan sekuat tenaga dan pikiran dia berusaha menahan tubuh Naya yang lemas itu, dan melepaskan jaket ditubuhnya untuk menali tubuh Naya ke tubuhnya saat berkendara.
Perjalanan mereka sangat hening, Naya belum sadarkan diri dan Sam entah lah. Pikirannya tidak jelas kemana. Hingga mereka sampai di sebuah rumah yang cukup sederhana namun luas.
Itu rumah Naya, lebih tepatnya kepemilikan orang tuanya. Semenjak mengambil pendidikan tambahan, Naya memilih untuk tinggal bersama orang tuanya kembali. Namun jika ada kegiatan yang cukup padat, dia akan menginap bersama teman kampusnya.
Lain halnya dengan Sam, dia masih tetap di kosan lama dengan banyaknya penghuni baru yang sangat asing baginya.
Sam memapah tubuh Naya untuk berjalan ke arah pintu masuk, dan dengan keberanian, Sam mengetuk pintu rumah itu.
Hingga tak lama kemudian, muncul seorang pria paruh baya dengan sarung dan kaos oblongnya.
"maaf om, saya mau nganterin Naya"
"jam berapa ini, anaknya kenapa?"
"nanti dulu om, biar saya antar Naya ke kamarnya dulu"
Papa Naya membiarkan Sam masuk kerumahnya, dan dia hanya melihat kedua orang itu berjalan menuju sebuah kamar.
"ada apa pa? siapa tadi?" tanya wanita paruh baya dengan segelas teh di tangannya.
"anakmu, sama orang gak tau siapa" Pandangan sang pria itu diikuti oleh sang istri.
"oh, kayaknya itu Sam. Temen kampusnya Naya itu mah"
Dilain sisi, Sam menjatuhkan tubuh Naya perlahan di atas kasur. Dia melepaskan kedua sepatu yang masih melekat di kaki Naya, meletakkan tas dan handphone yang ada di saku Naya ke atas nakas dekat kasur Naya.
Kondisi kamar itu hanya remang-remang cahaya dari luar kamar. Sam membenarkan posisi bantal untuk Naya.
"unghh. Jangan pergi Sam, aku mau sama kamu" suara lirih itu keluar dari mulut Naya dengan kondisi mata yang masih terpejam.
Sam mengusap pipi Naya, dia cantik, bibirnya terlihat seksi hahaha.
"tentu saja aku tidak akan meninggalkan mu, selagi kamu masih membutuhkan ku" Sam beranjak dari kamar Naya dan menutup pintu kamar itu.
Ia berjalan menuju ruang tamu dimana kedua orang tua Naya tengah berbincang disana.
"maaf om, tan. Saya bawa Naya di kondisi gitu"
"kamu pacaran sama anak saya?" ucap Papa Naya dengan lantangnya.
"ha? gimana om?"
"duduk sini" lanjut mama Naya.
***
Seperti rencana kemarin malam. Sam memutuskan untuk pindah mencari sebuah apartemen. Hingga hari ini dia akan berkemas dan meninggalkan kosan itu. Ruangan dengan banyaknya kenangan. Dia seperti sudah memiliki nama di kosan itu. Banyak tetangga kos dan ibu komplek yang sangat ramah dengan Sam.
Sementara mencari kos, Sam akan menginap ke rumah Hera.
Pagi ini, Sam menghampiri rumah ibu kos yang tak jauh dari daerah kosan itu. Ia pergi dengan membawa sebuah kunci.
"buk, buk"
"eh, Sam. Ada apa? mau bayar kos ta?"
"gak lah buk, udah capek saya kos di sini, bertahun-tahun gak pernah di kasih diskon"
"bisa dibicarakan itu, terus kalau gak bayar? mau apa?"
"saya mau pulang Bu, makasih ya" ucap Sam sambil memberikan kunci kos-kosan yang dia tinggali itu.
"walah dalah, kok pulang? nanti saya titip belanjaan kesiapa kalau kamu pulang, nyusul Naya ya?"
"ngaco, anak kos lain banyak. Titipin aja siapa terserah, kalau gak mau ancem aja naikin harga kos buk"
"hahaha, bagus juga itu pemikiran mu. Yaudah sehat-sehat ya kamu, kalau butuh rumah calling calling aja ya say"
"iya, mari buk"
Percakapan itu sangat terdengar tidak nyaman, tapi ya seperti itulah interaksi ibu kos dengan anak-anak kos.
Tak selang lama dari Sam yang meninggal rumah Bu kos. Sebuah mobil merah datang, dan terlihat seorang wanita yang mengemudikan. Itu Hera. Dia datang menjemput Sam.
"Bawaan lo banyak banget anjing, gila"
"sisa tugas-tugas itu, gue juga bingung kenapa banyak banget"
"fak kata gue teh, yaudah angku aja ke bagasi"
"Lo duluan aja, gue nanti ke rumah lo naik motor"
"anjing? jadi gue kesini cuma untuk ambil barang lo? babi lah tai"
"gak ikhlas? gue pesen grab aja"
"gak gitu sayang, ikhlas kok. Apasih yang gak buat kamu babe" rayu Hera dengan mencoel lengan Sam, tak lupa ekspresi nya yang begitu gila.
"ih gak mau gak suka gelay, udah lah. Bantu angkat"
***
Sam mengendarai motornya menuju ke rumah Naya. Ia membawa beberapa buah-buahan.
"misi"
"halo kak" sebuah gadis SMA muncul dari balik pintu itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
cintaku klepek-klepek sama dia

KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION (END)
Random"Kita abadi dalam sebuah karya" bahasanya rusuh, bocah bukan pendosa jauh-jauh 18+ lgbt . . . pada dasarnya cinta sejenis itu tidak akan berakhir bahagia jika kita berada di habitat yang tidak sebenarnya. tidak selalu tentang nafsu