20

465 17 3
                                    

Jarak mereka kini tertepis, hembusan nafas dari masing-masingnya sudah terasa. Mata Sam kini sangat intens menatap ke arah Naya.

"aku cinta sama kamu Sam, tapi maaf" Naya melumat bibir Sam dengan sangat agresif. Pergerakan itu tidak dibalas begitu saja dengan Sam. Justru Sam melepaskan ciuman itu sepihak.

"kamu bakal lebih sakit kalau kita terus-terusan gini nay, jaga diri kamu. Aku harap keputusan kita bisa jadi jalan terbaik buat kedepannya. Terima kasih buat semuanya"

"maaf ya?"

Sam pun berdiri, hal itu diikuti oleh Naya.

"tentuin pilihan kamu sekarang nay"

"aku mau udahan, tapi aku gak bisa jauh sama kamu. Aku tetep pengen sama kamu, tapi bukan jalin hubungan"

"terus apa? pelampiasan? hahaa, aku anter pulang"

"bisa gak sih Sam? aku nyoba buat straight?"

"bisa, tapi kamu lepas aku juga"

"gak bisa"

Sam tidak merespon sedikitpun. Perasaan terlalu marah untuk meluapkan kembali keinginannya. Sam pun pergi. Keinginan nya untuk menjalin hubungan baik dengan Naya pun sepertinya sirna karena emosi masing-masing. Bayangannya tentang restu orang tua akan memudahkannya, ternyata tidak semudah itu juga. Kebersamaan mereka hanya akan menjadi penyakit untuk keduanya.

***

"loh nay, kok pulang sendiri? Sam kemana? kok kamu gak di rumahnya? katanya dia bakal ajak kamu"

"ada kerjaan ma, aku masuk dulu ya. Capek banget"

Naya memasuki kamarnya dan menidurkan tubuhnya di atas kasur. Melihat kosong langit-langit kamar. Sam? Dia nyaris sempurna, dia baik, bisa di andalkan, dia akan selalu ada kalu tiba-tiba di butuhin, sekalipun dia kerja, dia romantis, walau kadang juga sedikit menyebalkan. Tapi? apa mungkin terus-terusan di zona kaya gini? sekalipun orang tua Naya merestui? apa norma dunia ini merestui?

Oh tuhan, semoga akhir yang indah untuk mereka.

Sam berjalan gontai memasuki apartemen Hera. Entahlah, dia tidak punya tujuan kali ini. Perasaannya berantakan, rasa marah dan takut meliputi pikirannya.

"lo gak papa? kenapa? ada apa?" tanya Hera dengan melihat kondisi Sam yang memandang kedepan dengan kosong dan langsung menyelonong masuk.

Hera menutup pintu apart, dan mengikuti langkah kaki Sam.

Langkah Sam berhenti di sofa dekat dapur yang menghadap kebalkon apartemen. Dia menyandarkan kepalanya, dan memejamkan mata.

"hey?"

"menurut lo? gue tetep di sini apa pergi aja her?"

"maksudnya apa? disini, pergi gimana? ada apasih Sam"

"semalem Naya nyuruh gue ketemu sama dia, dia bilang kalau dia suka sama seseorang. Dia cowok her, sakit hati gue cok. Udah berusaha setengah mati buat biasa aja. Sampai puncaknya harapan gue, semalem ngobrol sama orang tua Naya, mereka nerima aja kalau Naya sama gue. Gue ngerasa itu udah jadi yang terbaik sejauh ini. Dan gue lupain soal Naya minta putus karena cowok. Tapi hari ini? seolah dia nyatain hal semalem itu tanpa perasaan takut, tanpa ada bantahan kalau dia bilang dalam kondisi gak sadar. Dia sadar, dia inget dia pengen putus. Tujuan gue siapa? gue lulus kuliah, udah kerja, dapet rumah, orang tua udah lostkontak, lo? cuma lo yang bisa gue percaya her. Dulu Naya jadi tujuan gue, gue bakal berusaha buat bahagia in dia walau emang gue tau ini salah. Gue kerja keras biar bisa beli rumah buat jagain Naya, biar dia gak di ganggu Aldi di kosan, sekarang udah lulus. Aldi gak ada, malah muncul bocah kontol yang tiba-tiba dia suka? Bertahun-tahun her, gue berusaha buat cinta sama dia, selaginya gue cinta, selalu aja dateng bocah-bocah tai yang mau jauhin gue sama dia. Ta-" Sam tidak melanjutkan ucapannya disaat Hera dengan tiba-tiba memeluk tubuhnya.

"semua bakal baik, jalani hidup lo dulu Sam, gue selalu bareng sama lo. Gue disini buat lo, selamanya tanpa harus ada waktu yang jadi batasan. Berhenti sakit karena mereka yang gak bisa jaga hati lo"

Sam menyenderkan kepalanya ke bahu Hera. Hangat. Hera sudah seperti ibu bagi Sam, dia berperan sangat banyak di belakang Sam sebagai pendukung semua kegiatan Sam. Jadi orang yang terdepan kalau Sam butuh.

Tapi sayangnya, cinta mereka tidak baik dulunya. Seperti sebelumnya, Cinta Sam ke Hera sudah selesai sejak di bangku sekolah menengah, dan cinta Hera baru mulai sejak dia bertemu dengan Sam di bangku universitas.

"tidur ya Sam? soal barang lo, gue urus entar. Gue anter ke kamar ya?"

Tak ada balasan dari Sam, dan Hera dengan sekuat tenaga membopong Sam menuju kamarnya. Dia menjatuhkan tubuh Sam di kasur kamar. Karena tubuh Sam yang lebih kuat, tubuh Hera pun ikut tertarik jatuh di kasur itu.

"jangan tinggalin gue tolong.." suara lirik itu dapat terdengar di telinga Hera, Tubuh Hera kini dipeluk oleh Sam. Matanya masih terpejam dengan bercak air mata yang tersisa. Membuat perasaan Hera semakin menggila.

"sehat-sehat terus ya Sam? gue tau lo bisa, kalau perlu kita berobat jauh selama apapun itu" jawab Hera dengan suara kecil, meninggal senyuman di bibirnya sambil memperhatikan wajah polos Sam yang masih terlihat anak-anak spek bocil epep.

OBSESSION

takdir terbaik untuk mu Sam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

takdir terbaik untuk mu Sam..

akhir yang indah bagimu Naya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

akhir yang indah bagimu Naya.

Dan terima kasih atas semua perjuangan mu Hera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan terima kasih atas semua perjuangan mu Hera

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
see u

OBSESSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang