Ini gila. Aena tidak bisa menerimanya sekalipun dia hidup ratusan tahun. Dia melamun di tempat; menatap surat undangan pernikahan dari seseorang yang kini berstatus sebagai mantan pacarnya. Jika putus secara baik-baik, Aena masih bisa memaafkan. Tapi, kasusnya berbeda. Mereka putus beberapa bulan lalu karena pacarnya ketahuan selingkuh. Kalau dipikir kembali, dia malu sendiri karena pernah menangisinya. Namun, kesedihan itu berubah menjadi kebencian yang akan dia turunkan ke anak-cucunya kelak. Biarlah dia terlihat kejam.
Aena mengusap tengkuknya. Dia bingung harus merespons bagaimana. Mengucapkan selamat? Mengucapkan kalimat sumpah serapah yang sudah ditahan selama beberapa bulan ini? Menendang kepalanya dan mengatakan tidak sengaja seperti alasan yang digunakan mantan pacarnya ini ketika kepergok selingkuh? Kalau bukan karena takut jabatannya sebagai Kepala Detektif Departemen Pembunuhan di Institusi Kepolisian dilengserkan, sudah jelas dia memilih opsi ketiga; menendang kepalanya sampai mampus.
"Jangan lupa datang. Kalau bisa, datanglah bersama pacar barumu, Aena," ujarnya seraya mengulaskan senyum polos-polos-bego yang sampai kini menjadi senyum terjelek di mata Aena.
Aena menahan agar mulutnya tidak mengumpat. Sebagai mantan yang baik dan tidak menyimpan dendam, dia membalas senyum itu dengan gelak perlahan. "Tentu saja. Aku akan datang bersama pacarku yang sudah jelas sangat perhatian dan setia bukan main. Nah, kalau begitu, aku duluan," balas Aena sambil menekan beberapa kata untuk menyindirnya. Namun, dia seratus persen yakin, sang mantan tidak peka dengan sindiran itu. Malah dia ikut-ikutan tergelak seolah selingkuh adalah pencapaian yang membanggakan, patut diberi hadiah berupa satu unit rumah di Roppongi, atau mungkin harus dihantam dengan kunci Inggris.
Aena beralih dari tempat pertemuan mereka; di taman. Dengus kesal dikeluarkan. Walaupun benci, Aena masih tidak terima harga dirinya dihancurkan oleh tukang selingkuh tanpa modal itu. Bahkan ketika mereka pacaran, mobil miliknya sering digunakan sang mantan dengan selingkuhannya. Kalau bukan karena mobil kesayangan, sudah lama dia akan menjualnya. Namun, mobil Nissan Versa dengan rona hitam keluaran tahun 2016 ini adalah hasil dari jerih payahnya selama bekerja sebagai detektif. Mana mungkin dia menjualnya dengan cuma-cuma.
Karena jengkel, Aena memilih pergi menuju distrik Sannoh Rengokai, menemui teman-temannya, dan mencari solusi agar dia bisa membuktikan pada sang mantan jika dirinya sudah benar-benar move on. Setelah menyalakan mesin mobil, dia bergegas. Memarkirkan mobilnya di depan Itokan Diner—kedai makan yang didirikan oleh mendiang panutannya—sebelum memasuki bangunan bergaya ala kebarat-baratan, dia celingak-celinguk dan menemukan anggota geng Sannoh Rengokai sedang bersantai.
"Ada kabar darurat!" seru Aena.
Semua menoleh pada sumber suara. Gadis itu menghampiri Naomi sambil memasang ekspresi seolah menahan berak. Dia memilih duduk di depan Naomi, lantas menghela napas dengan gusar. Asahina Yamato mengernyitkan dahi. Cobra, Tetsu, Dan, dan Chiharu diam memerhatikan sekaligus menunggu apa yang akan dikatakan oleh gadis itu.
"Apanya yang darurat?" tanya Yamato.
"Aku butuh pacar!"
Naomi terkekeh. "Bukankah kau masih pacaran dengan dia? Kenapa kau mendadak membutuhkan pacar?" tanya Naomi seraya menyodorkan segelas kopi seperti yang diminta oleh sang pemesan.
Aena meneguk kopi itu dengan cepat seolah tidak peduli suhu airnya masih tinggi. "Aku sudah putus dengannya beberapa bulan lalu. Tapi, bukan itu yang menjadi masalah. Satu bulan lagi dia akan menikah. Dia mengundangku ke pernikahannya dan menyuruhku datang bersama pacar baru. Aku sekarang lajang, tapi aku tidak mau pacaran. Jadi, apakah kalian bisa membantuku menemukan solusi?" ujar Aena tanpa henti. Dan yang mendengarkannya sampai dibuat pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗔𝗠𝗡𝗔𝗧𝗜𝗢𝗡
FanfictionAena hanya seorang detektif di sebuah instansi kepolisian, tetapi entah mengapa dia terlibat konflik bersama Kuryu Group yang berusaha menguasai SWORD. Selain itu, Aena juga dihadapkan pada pernikahan pura-puranya dengan pemimpin Sannoh Rengokai, Co...