Kelopak mata yang menutup mengerjap beberapa kali tatkala pencahayaan di sini terlihat lebih bersinar. Sang empunya memegangi kepala usai menyadarkan seluruh kognisi. Sial. Kepalanya seperti dihantam batu berukuran besar. Dengan perlahan dia mengedarkan pandangan. Dia berada di dalam mobilnya, tapi tubuhnya diikat pada kursi pengemudi.
Suara tepuk tangan terdengar. Aena menoleh ke depan; melihat melalui kaca mobil. Dia melihat Grace sedang tersenyum lebar dengan ekspresi yang menjengkelkan. Tidak. Di sana bukan hanya ada Grace, tetapi Akira turut di sana bersama anggota Mighty Warriors.
"Selamat hari kematianmu, Aena. Ini hari yang bagus untuk mati," kata Grace seraya terkekeh dengan lebar.
"Lepaskan aku!" Aena memberontak, tetapi tangannya bahkan tidak bisa bergerak.
"Ice, terima kasih sudah menyiapkan semuanya." Akira terkekeh, kemudian merangkul bahu Grace dengan perlahan. "Bukan hanya Ice, tapi kalian semua. Terima kasih!" serunya.
"Anytime, Akira," sahut Ice.
Bernie tersenyum. "Senang bisa membantumu."
Napas Aena memburu kencang. Orang-orang di luar mobil tampak tersenyum mengejek. "Lepaskan aku, Sialan!" teriak Aena seraya menendang-nendang dashboard mobilnya dengan amarah.
"Detektif ini berisik sekali," keluh Pearl.
Grace tersenyum. "Segera diatasi. Nine-san, tolong operasikan mesinnya," ujar Grace.
Aena mengedarkan pandangannya lagi. Suara mesin terdengar. Tak salah lagi. Dirinya berada di car crusher. Car crusher adalah mesin yang dioperasikan untuk menghancurkan mobil menjadi benda pipih agar bisa didaur ulang. Dia bisa terbunuh kalau penekannya memadatkan mobil. Namun, tidak ada yang peduli. Semua orang bersenang-senang—seolah penjemputan ajalnya acara yang menyenangkan.
"Mesinnya sudah bekerja. Ada tiga tingkatan mobil. Mobil paling atas sudah pipih. Apakah kita tinggalkan saja dia? Aku tidak mau mendengar jeritan sebelum dia mati," kata Akira pada Grace.
"Tunggu sebentar." Grace mendekati Aena. "Terimalah karmamu, Aena. Inilah akibat mengapa kau hanya diam saja ketika aku dirundung. Kau tidak akan celaka kalau kau menolongku saat mereka merundungku. Apakah kau tidak tahu seberapa besar penderitaanku? Aku juga ingin kau merasakan apa yang aku rasakan," ujar Grace.
Aena mendongak. "Bukan salahku jika aku diam saja!" teriak Aena dengan penuh amarah.
"Tentu salahmu! Ketika kau memiliki kesempatan untuk menolongku dari kegelapan, kau memilih menjatuhkanku ke neraka yang lebih dalam! Kau sama-sama perundung jika kau diam saja ketika melihat temanmu dirisak!" Grace menggebu.
"Aku tidak bersalah, Megumi. Aku tidak bersalah!" Aena menatap iris Grace dengan mata berkaca-kaca. "Aku tidak bersalah."
Melihat situasi menjadi kacau, Akira menarik Grace dari sana. "Ayo pergi, Megumi."
Aena menendang dashboard-nya kembali setelah melihat Grace, Akira, dan anggota Mighty Warriors pergi. Dia mengerang putus asa ketika penekannya sudah mulai memadatkan mobilnya. Pintu mobilnya dikunci. Dia tidak bisa keluar. Dia terjebak. Dia meraung dengan frustrasi karenanya.
"Aena!"
Suara itu, Aena tahu suaranya. "Kohaku-san!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗔𝗠𝗡𝗔𝗧𝗜𝗢𝗡
FanficAena hanya seorang detektif di sebuah instansi kepolisian, tetapi entah mengapa dia terlibat konflik bersama Kuryu Group yang berusaha menguasai SWORD. Selain itu, Aena juga dihadapkan pada pernikahan pura-puranya dengan pemimpin Sannoh Rengokai, Co...