"Gaki da."
Vokal mencatuk itu dengan tegas menerjang rungu semua orang yang masih berada di stasiun. Sang empunya suara menampilkan eksistensi dengan pongah sampai anggota Doubt berlarian. Zenshin mengobservasi sekitar; menemukan sepasang muda-mudi yang tengah berdiri dengan goresan bengis pada durja keduanya. Secara spontan, salah satu ceruk bibirnya terangkat sempurna. Ini merupakan sebuah intermeso yang membuatnya senang.
Ranmaru dengan kasar dihempaskan oleh centeng Zenshin. Usai mengatakan sesuatu, kaki Zenshin langsung menendang-nendang raganya Ranmaru. Ranmaru mengerang kesakitan; membuat emosi Cobra tersulut karena melihatnya. Dengan alis-alisnya yang kini menukik, Cobra memberanikan dirinya untuk menginterupsi.
"Yamero!" Cobra berteriak penuh keberanian.
Kaki Zenshin spontan terhenti. Menoleh, dia mengernyitkan dua alisnya. Dia berjalan menghampiri sang pemuda. "Kenapa kau sangat bersemangat?" ujarnya seraya menahan amarah. "Orang-orang di bawah rata-rata, selalu berpikir jika mereka di atas rata-rata ketika bergaul dengan teman mereka." Tata larasnya sengaja dibuat menyebalkan untuk memancing amarah Cobra.
"Kau adalah bocah bodoh," sinis Zenshin. "Apakah kalian tidak mengerti, kalau semua orang SWORD harusnya mati? Pemimpin Mugen di masa lalu dipenuhi dengan dirinya sendiri, kemudian kematiannya kami gunakan sebagai peringatan. Sekarang, kalian sama dengannya, sangat tekun." Matanya dengan tegas membesuk tiap orang di stasiun; mengintimidasi mereka.
"Dia mati dengan sia-sia, 'kan?"
Cobra tersulut. Ekspresi durjanya mengindikasi jika dia sedang direndam kemarahan.
"Tidak peduli berapa banyak dari kalian yang mati, bahkan itu tidak mengubah apa-apa," ujar Zenshin.
"Teme." Cobra melayangkan agah mengancam pada Zenshin.
Kaki Zenshin bergerak; menghampiri Cobra. "Nanda? Apakah kau masih ingin mengalahkan kami?" Kini, dia bergerak untuk mengelilingi tubuh sang pemuda. "Strata pertarungan di antara kita jauh berbeda. Aku bisa menunjukkannya padamu. Aku bisa menutupinya untukmu. Tidak peduli berapa banyak dari kalian yang mati, kami bisa membuatnya seolah tidak terjadi apa-apa."
"Contohnya adalah kematian orang tua mereka berdua!" seru Zenshin; menunjuk Cobra dan Aena.
"Kau membunuh orang tua Cobra?!" Aena bersuara.
Zenshin mengejek dengan gelaknya. "Kenapa? Apakah dia tidak pernah memberitahumu? Aku membunuh mereka, sama seperti aku membunuh orang tuamu, Aena. Jika aku menjadi kau, aku akan malu karena membuat orang tuanya dibunuh. Orang-orang SWORD yang mempunyai hubungan bersama Aena, aku akan membunuh kalian sampai tidak menyisakan apa-apa!" ujarnya.
"Aena, kaulah alasan orang-orang mati. Kau dan keluargamu bencana!"
Aena bergeming.
"Semua Kuryu akan menyerang dan menghancurkan kalian! Apa kau melarikan diri atau merangkak pada kami, itu terserah kalian!" Zenshin menuntaskan perbincangan mengenai Kuryu seusai situasi mulai berubah menjadi ingar-bingar.
Tanpa disadari, Cobra bergerak dengan tangkas dan langsung menendang Zenshin sampai terjatuh. "Itulah jawabanku!"
Kemudian, pionir dari SWORD berjajar. Mereka memilih jalan ini; melindungi kediaman mereka mau bagaimanapun caranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗔𝗠𝗡𝗔𝗧𝗜𝗢𝗡
FanfictionAena hanya seorang detektif di sebuah instansi kepolisian, tetapi entah mengapa dia terlibat konflik bersama Kuryu Group yang berusaha menguasai SWORD. Selain itu, Aena juga dihadapkan pada pernikahan pura-puranya dengan pemimpin Sannoh Rengokai, Co...