03. Kohaku

296 29 20
                                    

Aena mengunjungi Mumei Gai tepat sehari setelah tempat itu dibakar entah oleh siapa. Iris jelaganya diedarkan untuk menemukan presensi Smoky. Usai mengitari selama tiga puluh menit, akhirnya sosok yang dicari tertangkap eksistensinya. Dia langsung menghampiri Smoky yang tengah memastikan semua keluarganya baik-baik saja. Sayangnya, puluhan orang menjadi korban dari perbuatan virulen yang eksekutornya masih belum diketahui.

Keberlangsungan hidup orang-orang di Mumei Gai tidak pernah berdekatan dengan aksara yang membentuk kata aman. Jangankan untuk hidup sentosa, hal kecil seperti oksigen bersih pun, mereka masih kesulitan untuk mendapatkan hak alami dari Tuhan itu karena lingkungan kumuh. Kelembapan udara menjadi dasar mengapa puluhan anak-anak di sini banyak mengalami batuk dan flu. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa dengan kondisi tubuh lemah pun bisa terserang deformitas di saluran pernapasan. Sekurang-kurangnya, sudah ada puluhan orang meninggal karena tidak bisa mendapatkan konservasi apa pun.

Minimnya pengetahuan di Mumei Gai membuat beberapa anak bahkan orang dewasa melakukan krida kepasikan. Tidak sedikit dari anak-anak tanpa sentimen figur orang tua melakukan pencurian berupa uang untuk dibelikan sesuatu agar bisa menunjang hidup. Karena disabet simpati, Aena sering membagikan sempuras uangnya kepada beberapa penduduk Mumei Gai. Kalau tidak uang, dia membagikan makanan dalam jumlah banyak. Apa pun dia lakukan untuk membantu mereka.

Namun, dari banyaknya orang yang menerima bantuannya, Smoky lebih sering menolak. Dia akan berdalih dengan mengatakan dirinya baik-baik saja asalkan keluarganya bahagia. Sayangnya, Smoky bertemu dengan Aena yang keras kepala. Meski sudah ditampik oleh Smoky, gadis ini masih persisten datang dan meminta sang taruna untuk berobat ke rumah sakit. Aena tidak peduli sekalipun dia harus pulang-pergi dari Sannoh ke Mumei Gai, atau bahkan dia perlu mengeluarkan aktivanya untuk kesembuhan Smoky, semua akan dilakukannya.

"Smoky." Aena menyapa taruna yang sedang berbicara dengan anggota Rude Boys.

"Aena? Kau datang lagi," balas Smoky seraya mengulaskan senyum tipisnya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Aena dengan cemas. Dia mengitari raga menjulang Smoky untuk memastikan apakah pemuda ini terluka atau tidak. Tidak ada luka luar, tetapi dia yakin deformitas di dalam tubuh Smoky semakin menyebar. Buktinya, tiap hari Smoky kehilangan ketahanan tubuhnya. Kalau batuk pun, darah ikut serta keluar dari mulutnya. Itu sangat memprihatinkan.

Smoky memegang puncak kepala Aena; menepuknya. "Shinpai suru na. Aku akan baik-baik saja, entah sekarang atau mungkin nanti," tandas Smoky dengan pelan.

Dusta. Kalimatnya mengandung dusta pada tiap aksara. Smoky menatap Aena; membagikan seonggok lirikan teduh yang bisa membuat perempuan terperosok ke dalam mata eloknya. Aena menghela napas, kemudian memegang kedua tangan Smoky untuk digenggam erat-erat. Rasanya hangat.

Aena menepuk pundak Smoky. "Berhentilah keras kepala."

Usai mengatakannya, cagak Aena bergerak menghampiri Lala yang merupakan adik angkat Smoky. Diam-diam ketika Smoky dan anggota Rude Boys sedang membantu beberapa orang, dia menyelipkan satu amplop cokelat di saku jaket gadis berambut panjang itu. Dia mengulaskan senyum; mengisyaratkan Lala untuk tidak mendemonstrasi aksinya barusan.

"Gunakan uang ini untuk hal-hal yang penting. Aku tidak bisa membantu banyak," bisik Aena sebelum akhirnya pergi menjauh dari Mumei Gai. Pandangannya tanpa sengaja menangkap bendera Rude Boys yang dicoret oleh tulisan Change or Die. Patois itu pernah dia dengar. Ah, milik Mighty Warriors.

Namun, Aena berpapasan dengan Amamiya Masaki dan Amamiya Hiroto. Dia menyeringai perlahan; menjauh dari mereka tanpa beradu kata. Hubungan mereka sedikit kompleks, alangkah baiknya tidak saling menyapa.

"Oi!"

Suara Hiroto menghentikan langkahnya. "Nani? Aku sedang buru-buru. Kalau kau ada urusan denganku, kau bisa menemuiku di kantor polisi," ujar Aena tanpa menoleh.

𝗗𝗔𝗠𝗡𝗔𝗧𝗜𝗢𝗡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang