Aena menyimpan dua cangkir teh di meja. Kedua Amamiya sudah datang. Untungnya, rumah telah bersih. Maka, dia bisa menyambut siapa pun dengan senang hati. Singgasana baskara sebentar lagi dilengserkan oleh pendar candra. Kicau burung yang pulang pun sudah perlahan menghilang. Dia bersandar pada sandaran sofa; menyaksikan Amamiya Kyoudai dengan senyum tipis. Setelah bercerita sejenak, dia tahu mengapa mereka begitu persisten mencari Takeru.
"Jadi, apa yang akan kalian lakukan untuk mencarinya?" tanya Aena seraya bersedekap.
"Kami menadah bantuanmu," jawab Masaki.
"Dengar, ya. Aku memang seorang detektif, tapi aku bekerja di departemen pembunuhan, bukan mencari orang hilang. Jadi, aku minta maaf apabila kinerjaku untuk kalian berdua tidaklah cukup baik," ujarnya.
"Setidaknya kau jauh lebih baik daripada Saigo," sahut Hiroto.
Itu pujian atau apa? Aena tersenyum, lantas menyimpan sebuah amplop. "Aku dan Takeru-san saling mengenal; kami berkenalan melalui kencan buta. Biar kujelaskan sejenak!" seru Aena ketika menyadari mimik beragam kedua pemuda itu. "Walaupun dia datang ke acara kencan buta, tetapi dia bukan seorang partisipan. Dia hanya menjaga perempuan yang sedang berkontribusi dalam kencan buta. Kalau tidak salah, putrinya dari keluarga Kamizono. Kamizono Tatsuomi. Jadi, konklusi yang bisa disongsong adalah; dia anggota Kamizono Group." Aena menopang dagunya.
"Lalu, bagaimana cara kau berkenalan dengannya?" Masaki menyahut.
"Kami berkenalan ketika aku pergi ke toilet dan hampir terpeleset, tapi Takeru-san menolongku. Kami pun saling berbagi nama ...."
Satu tahun yang lalu, Aena menghadiri acara kencan buta. Dia diundang oleh teman SMP-nya; mula di mana dia pacaran dengan tukang selingkuh. Selama acara, dia kebanyakan membungkam. Pembahasan yang dikaji mereka hanya mengitari masalah kerja, memuji satu sama lain, dan beberapa hal tidak profitabel. Aena tidak menyukainya. Namun, dia bertahan sampai dua jam lamanya.
Pandangan Aena membesuk setiap bagian di ruangan VIP yang dipesan oleh mereka untuk melancarkan acara. Ah, hujan begini membuat dia ingin buang air kecil. Dia izin pergi sejenak, tetapi malah terjerembab oleh kakinya sendiri. Namun, beruntungnya seorang taruna dengan proporsi tubuh menjulang berhasil menahan dirinya sebelum jatuh ke lantai. Karena sudah tidak tahan, dia belum mengatakan terima kasih dan lintang-pukang menuju kakus.
Seusainya, dia menjumpai kembali taruna itu yang berjaga di depan ruang kelab malam VIP bersama segenap orang dengan pakaian formal seolah mereka penjaga. Ah, apakah orang-orang di kencan buta semuanya adalah calon pengampu perseroan ayah-ibu mereka yang memang harus dilindungi agar keturunan golongan konglomerat itu aman-aman saja? Orang kaya memang selalu mengejutkannya.
"Ano, terima kasih sudah menolongku. Namaku Shio Aena. Salam kenal," ujarnya.
"Sama-sama. Aku Amamiya Takeru." Taruna itu menjawab seadanya.
"Amamiya? Aku teringat kedua orang itu."
Takeru mengangkat alisnya. "Amamiya Masaki dan Amamiya Hiroto?" tebaknya.
Aena mengulaskan senyuman lebar. "Iya, kau saudara mereka?"
Sang adam mengangguk; mengiyakan. Aena tersenyum, lantas mengulurkan tangannya kepada Takeru. Dan sejak itu, Aena mulai berteman dengan Takeru. Aena tidak pernah menanyakan alasan mengapa Takeru menjauh dari adik-adiknya; itu bukan ranah miliknya. Namun, jika Takeru hendak menceritakan sesuatu, dia akan mendengarkannya. Seperti saat ini, Takeru mengajaknya bersemuka di sebuah gereja.
"Aena." Takeru menghampiri Aena. "Maaf merepotkanmu. Aku ingin menitipkan surat-surat ini padamu. Andaikata aku tidak menemuimu lagi untuk mengambil suratnya, tolong kau serahkan pada mereka," ujarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑫𝑨𝑴𝑵𝑨𝑻𝑰𝑶𝑵: 𝑪𝑶𝑴𝑷𝑼𝑵𝑪𝑻𝑰𝑶𝑵
FanfictionAena hanya seorang detektif di sebuah instansi kepolisian, tetapi entah mengapa dia terlibat konflik bersama Kuryu Group yang berusaha menguasai SWORD. Selain itu, Aena juga dihadapkan pada pernikahan pura-puranya dengan pemimpin Sannoh Rengokai, Co...