19. Flashdisk

105 11 9
                                    

Seusai akuarium itu dipecahkan, sang pelaku yaitu Kohaku lantas melakukan CPR untuk Aena, sedangkan Cobra ditangani Tsukumo yang baru datang. Namun, keduanya sama-sama tidak bangun. Kohaku nyaris menyerah dengan kondisi sang perempuan yang samar-samar bergerak, dia buru-buru melakukan CPR kembali sampai akhirnya Aena tersadar dari pingsan, begitu juga Cobra.

"Kohaku-san," lirih Aena. Matanya mencoba mengobservasi di segala arah; menjumpai Cobra terkulai di lantai dengan Tsukumo yang membantunya berdiri. "Di mana Zenshin?!" Dia merampas kerah jaket kulit Kohaku; menatap sang pria dengan tatapan sayu.

"Dia—"

"Aena." Saigo datang bersama Zenshin yang dipegangi agar tidak melarikan diri.

Aena lantas berdiri; menghampiri Zenshin yang kini menunduk di ambang pintu. Menghela napas, dia kemudian memberi tamparan di pipi sang pemimpin Zenshin Group tanpa keraguan. Selain itu, dia juga memukul wajahnya Zenshin agar amarahnya menghilang. Semua yang di sana tidak berbuat apa-apa selain menonton. Lagi pula, Zenshin tentu pantas dipukuli, ditampar, bahkan ditendang. Kiprahnya selama ini belum tentu bisa diterima olehnya maupun teman dekatnya, Cobra. Itu yang membuatnya ingin marah.

"Membunuhmu sama saja dengan melepaskanmu dari karma yang akan datang padamu. Aku juga tidak ingin menjadi pembunuh ... karena itu membuatku sama denganmu." Aena menerima borgol yang diberikan oleh Saigo. Dia menghela napasnya, lalu menatap Cobra yang menatapnya juga dengan senyuman.

"Zenshin Yoshitatsu, kau ditangkap atas tuduhan pembunuhan berencana terhadap dua pasangan suami-istri, menyuap seorang Komisaris Kepolisian, dan merencanakan pembunuhan terhadap seorang warga sipil," ujar Aena dengan mata berkaca-kaca. Dia lantas memborgol kedua tangan Zenshin Yoshitatsu yang senyap.

Saigo dan anggotanya kemudian membawa Zenshin keluar. Aena meneteskan air matanya yang tertahan di pelupuk. Kehangatan perlahan menyentuhnya tatkala Kohaku melampirkan selimut di pundaknya. Mereka segera beranjak meninggalkan ruangan yang Zenshin jadikan tempat mengurung Cobra-Aena yang rupanya di ruang pribadi Zenshin.

Udara dingin menyergap. Aena menoleh pada Cobra, kemudian mengulaskan senyuman yang seolah mengatakan menang. Aena melihat anggota polisi lain sudah menangkap beberapa centeng Zenshin. Dia merasa akhirnya semua telah menemui ending. Di mana seharusnya dia mendapatkan kebahagiaan bersama orang yang disayanginya.

"Siapa yang memberitahu kalian tentang lokasi kami?" tanya Cobra. Dia membenarkan posisi selimutnya agar nyaman.

"Jika kalian mencari Aena dan Cobra, mereka ada di rumahnya Zenshin Yoshitatsu. Mereka mungkin hendak dibunuh."

"Siapa kau?" Tsukumo mengernyitkan dahi tatkala seorang perempuan mendadak datang.

Gadis itu tersenyum. "Grace, anggota tim Aena."

Kohaku langsung menelepon Saigo lagi. Dia memberitahu lokasi Aena dan Cobra sesuai yang dikatakan perempuan tadi. Saigo mengonfirmasi jika dirinya akan datang dengan anggota polisi. Singkatnya, dia bersama kepolisian datang ke rumah Zenshin; menangkap anggota-anggotanya bersama Zenshin sekalipun.

Kohaku dan Tsukumo sempat mencari-cari di mana Aena dan Cobra dikurung. Dia agak terkejut melihat keduanya sekarat di dalam sebuah akuarium. Karena itulah dia memecahkan benda tersebut agar mempermudah untuk mengeluarkan Cobra-Aena. Beruntung keduanya masih bisa diselamatkan walaupun hampir terlambat.

"Dasar bocah nakal. Kalian membuat kami cemas!" ujar Kohaku. Dia mendaratkan sebuah pukulan di jidat kedua orang tersebut—walaupun pukulannya tidak begitu keras, tapi Aena mengerang dengan dramatis.

𝗗𝗔𝗠𝗡𝗔𝗧𝗜𝗢𝗡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang