22. Wake Up?

113 15 4
                                    

"Selamat datang kembali!"

Senyum Aena melebar tatkala kertas-kertas dari konfeti berjatuhan menimpa kepalanya. Aena menoleh ke sekeliling; melihat anggota Sannoh Rengokai, Ichigo Milk, Kohaku, Tsukumo, Mama Odake, Hisako, Naomi, Nikka, dan Ozawa menyambut kedatangannya dengan antusias. Dia terlihat seperti anak kecil yang diberikan kejutan di hari ulang tahunnya. Atau mungkin anak kecil yang diapresiasi karena melakukan hal menggemaskan.

Aena dipeluk, diberi ucapan terima kasih, semangat, diapresiasi, disuapi makanan enak buatan Naomi, dan dirayakan. Aena tahu hari bahagia ini akan datang. Dia tahu ini ganjaran dari seluruh usaha yang diperbuatnya. Maka dia pantas berbahagia. Dia ingin kenangan ini bertahan lama dan diabadikan.

"Lain kali, jangan bertindak sembrono lagi," ujar Kohaku.

Aena mengangkat satu sudut bibir. "Aku tidak sembrono. Hideo yang terlalu menyebalkan," balasnya memberi defensi

"Kau tidak tahu betapa frustrasinya kami karena kau koma. Jika tidak diperintah Hisako-san, Cobra akan menahan lapar sampai kau bangun." Tsukumo menyahut. Dia mencubit hidung Aena.

"Pacarmu itu memang agak merepotkan," ucap Mama Odake.

"Jangan begitu, Mama." Aena terkekeh, kemudian mengalihkan pandangannya kepada Cobra yang terdiam di pojok. Senyumnya terbit. "Aku berterima kasih pada kalian semua!"

Beberapa hari selanjutnya, Aena sudah bisa beraktivitas normal. Bahkan dia sudah pergi bekerja dan melakoni profesinya sebagai seorang detektif. Karena berhasil menangkap Hideo, dia berhasil dipromosikan dan namanya dikenal orang-orang.

Hari-hari berikutnya begitu sibuk bagi Aena. Beberapa bulan setelah bangun dari koma dia menangani kasus pembunuhan yang terjadi di Oya Kou. Jasad seorang perempuan ditemukan mengambang di kolam renang tidak terpakai. Karena adanya kasus, dia jarang pulang ke rumah dan sampai tidur di kantor polisi.

"Jadi, kalian semua tidak mengenal siapa perempuan ini?" Aena menatap satu per satu murid Oya Kou yang tengah diinterogasi.

Seorang pemuda bernama Hanaoka Fujio menyahut. "Tidak, Bu. Siang tadi, kami hanya sedang makan yakisoba dan tiba-tiba kami melihat ada jasad di kolam renang," terangnya.

"Apakah tidak ada sesuatu yang mencurigakan belakangan ini?"

"Kau menuduh kami?" Pemuda bernama Takajo Tsukasa lantas menyahut dengan tata laras kesal.

"Santai, Anak Muda. Aku tidak akan bertanya tanpa adanya surat peintah." Aena tersenyum asimetris. "Kalau ada sesuatu, tolong hubungi aku," ucapnya sambil menyerahkan kartu namanya pada Fujio.

Todoroki bersedekap. "Dia seorang kepala departemen termuda di kantornya yang sudah menangkap dua puluh lima penjahat dari berbagai kelas sejak pertama kalinya dia bekerja," katanya pelan.

"Sugē!" Fujio berseru.

Aena memarkirkan mobilnya di halaman kuil Daruma Ikka. Dia belum mengucapkan terima kasih secara benar pada Hyuga yang sudah menolongnya bahkan sampai mempertaruhkan nyawa. Seperti biasa, dia melihat Hyuga sedang diam di undakan tangga sambil merokok. Dia mengantongi kedua tangan, lalu berjalan menghampiri sang pemuda.

Hyuga mendongak. "Oh, kau rupanya. Ada apa?"

"Muram sekali wajahmu. Tidak bersemangat, ya?" Aena terkekeh, kemudian duduk di samping Hyuga. "Terima kasih. Tanpamu, aku mungkin sudah mati karena kehabisan napas ...."

𝗗𝗔𝗠𝗡𝗔𝗧𝗜𝗢𝗡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang