04. Curiosity

325 36 9
                                    

Aena menahan ofensif tangkas dari sedompol cantrik yang sekonyong-konyong menyerangnya tatkala dirinya berjalan menghampiri markasnya Daruma Ikka. Orang-orang dengan kuantitas mencapai angka dua puluh lebih yang dirajai bungsu Hyuga terus-menerus menyerang tanpa mau berhenti. Dia jelas dirugikan oleh penyerangan sepihak yang dikomandokan oleh pemuda dengan haori merahnya. Benar-benar orang sinting!

"Yamero." Hyuga Norihisa menginterupsi; mengakhiri perkelahian antara Aena bersama orang-orangnya. Dia merajah senyuman pada iras eloknya, lantas menghampiri Aena yang napasnya masih terkempul-kempul karena perkelahian.

"Kuso," umpat Aena.

"Aku senang melihatmu bisa mengimbangi semua serangan." Dengan ekspresi mengejek, dia tergelak.

Tanpa aba-aba, Aena langsung menendang satu kakinya Hyuga untuk menyurutkan rasa geramnya. Dia alami menyebalkan. Kenapa aku harus menemuinya, sih? Tsukumo-san, selamatkan aku, batin Aena; mendramatisir kondisi.

Aena menyipitkan mata karena menonton Hyuga yang mengabaikan presensinya dan berbaring dengan posisi Buddha Tertidur. Ayolah, apakah Hyuga hendak mengabaikan eksistensinya terus-terusan? Sumpah demi apa pun, Hyuga akan dia blacklist entah dari kehidupan bahkan pertemanan.

"Kapan Norihisa bangun?" Dengan sebal, dia mengeluarkan tanya kepada Shu Kato.

"Entah. Dia sudah biasa begitu. Apa intensimu mendatanginya, Aena?"

Aena mendengus. "Kurasa, ada baiknya kalian semua bersiap untuk menghadapi serangan dari Mighty Warriors dan Doubt yang akan terjadi dalam satu-dua hari," ungkap Aena.

"Penyerangan?" Ukyo menyahut.

"Mafia asing dan Kohaku dari Mugen bekerja sama untuk menguasai SWORD." Aena bersedekap dada; menatap mereka dengan mimik serius.

"Oh, aku ingat. Ada pemuda asing bersama Kohaku saat kita diserang," ujar Sakyo.

Aena tersenyum. "Yah, esensinya begitu. Mereka mempekerjakan Mighty dan Doubt untuk penyerangan. Seperti yang kubilang, ada baiknya kalian bersiap-siap. Akan bahaya jika SWORD jatuh ke tangan mereka," tandas Aena.

"Kalau begitu, aku harus pergi dulu. Sampaikan pada Norihisa juga. Jaa ne!"

"Siapa bilang kau bisa pergi dengan mudah?"

Aena mendengus; menoleh pada Hyuga yang kini sudah siap untuk bangun. Dia tahu, sang adam hanya berpretensi tidur nyenyak padahal aslinya menyimak. Dengan spontan, dia menyematkan pose siaga; memperkirakan sang taruna kembali mengomandokan semua cantriknya untuk menyerangnya lagi. Namun, jejaka jangkung itu malah tergelak lantang.

"Apa-apaan?" Aena kembali bersedekap dada dengan mimik serius.

Hyuga menyeringai. "Komikal sekali ekspresimu, Wanita Sinting," balas Hyuga seraya menarik tangan Aena agar sang adiratna mendekat padanya. Kato, Ukyo, dan Sakyo pergi dari ruangan utama kuil, menutup akses keluar-masuk untuk membiarkan mereka bertukar interlokusi dengan nyaman.

"Kau menunjukkan indikasi mengancam," sinis Aena.

Bungsu Hyuga hanya terkekeh. Aena mendelik, lantas menarik kerah haori Hyuga; mendekatkan jarak mereka. Hyuga kembali menyeringai melihat perangai Aena. Selama beberapa sekon, keduanya sama-sama terdiam dengan mata saling bersirobok. Lantas, Aena mengernyih.

"Jangan menyentuhku, Norihisa. Aku istri orang."

***

Aena turun dari mobil; mengambil baton stick. Benda ini bisa membantunya melindungi diri dari serangan. Dengan tegas dia mendatangi keributan yang terjadi di Rude Boys. Dia melihat anggota geng itu diserang habis-habisan oleh Doubt. Parahnya mereka sampai dilempari botol kaca. Tak hanya itu, dia melihat Tsukumo dan Ryu Tatsuhito yang diam menyaksikan. Dia tidak bisa menyapa Tsukumo; rencana mereka akan diketahui.

𝑫𝑨𝑴𝑵𝑨𝑻𝑰𝑶𝑵: 𝑪𝑶𝑴𝑷𝑼𝑵𝑪𝑻𝑰𝑶𝑵Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang