Tepat setelah adzan subuh berkumandang, rencana Jake dilaksankan. Steve lebih dulu pergi untuk melihat keadaan sekitar, sedangkan Jay dan Jake pergi 30 menit kemudian.
Awalnya rencana mereka berjalan cukup lancar, namun ketika sampai di lampu merah, banyak mobil mulai mengikuti mereka tanpa melakukan pergerakan apapun.
"Eve monitor," tanya Jay sembari sesekali melirik kearah belakang melalui spion mobil.
"Not good," jawab Steve, beberapakali terdengar suara makian yang dilontarkan oleh lelaki itu karena sudah mulai banyak orang yang beraktivitas.
Jay tetap sebagai navigasi mencari jalan untuk Steve dan juga Jake. Kali ini tangan dan matanya bekerja dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.
Suara decitan dari ban mobil terus terdengar diantara kendaraan mereka dengan para bawahan ayah. Jake menambah kecepatan mobil dan mencari jalan yang sekiranya sedikit dilalui masyarakat. Jake sedikit bersyukur karena dulu ikut orang tuanya kampanye ke pelosok-pelosok wilayah, sehingga ia tahu beberapa jalan yang jarang dilewati orang awam. Hingga tanpa Jake sadari, ia membawa mobil ke arah sebuah daerah kecil dengan jalan yang semakin kecil, bahkan jalanan sudah berubah menjadi tanah.
Hal tersebut juga membuat sinyal internet semakin sulit untuk terjangkau.
Jay masih terlalu sibuk dengan laptopnya, belum menyadari bahwa mereka berada di jalur yang sudah di luar jangkauan internet.
"Attle, gu-wshshsjjsam,"
In-ear yang menyambungkan antara Jay dengan Steve mengalami gangguan. "Ngomong yang bener!" Seru Jay dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Dim-hasjsjzzkskwz,"
"Fuck!" Jay langsung merebut in-ear milik Jake. "Woi jangkung! Monitor!" Bentak Jay dengan nada cemas.
Mendengar bentakan Jay membuat Jake tersadar akan posisi mereka saat ini. Jake menginjak pedal rem secara mendadak hingga membuat kepala Jay terpentuk dashboard mobil cukup kencang. "Shit! Yang bener bangsat!" Omel Jay memegangi kepalanya.
"Kita dimana?" Tanya Jay bingung, melihat sekeliling mereka kini hanyalah pohon-pohon tinggi.
"Lo arahin jalan kemana?" Tanya Jay lagi merasa asing dengan tempat mereka saat ini.
Tanpa menjawab pertanyaan Jay, Jake keluar dari mobil untuk melihat area yang mereka ia datangi. "Woy anjir! Lo mau kemana?!" Ucap Jay setengah berteriak dari dalam mobil, namun Jake tak menggubrisnya. Lelaki itu malah berjalan ke dalam tempat yang semacam hutan ini.
Helaan nafas berat keluar dari mulut Jay. Pantas saja maps-nya sering error, ternyata memang tempatnya tidak mendukung koneksi internet. Sambil membawa laptop dan juga handphone-nya, sembari terus mencoba mengkoneksikan in-ear nya dengan Steve, Jay menyusul Jake.
Sembari berjalan menyusuri tempat yang seperti hutan ini, Jay mencoba mencari koneksi internet, sedangkan Jake seakan lupa dengan situasi mereka saat ini. Lelaki itu terlihat begitu menikmati suara alam yang saat ini sedang mereka dengar.
•••••
Steve POV
"Jay, ini gua kemana lagi?"
"Woi anjir! Ini kemana? Gua beneran mentok!"Berkali-kali aku mencoba menyambungkan in-ear ku dengan Jay, namun tidak ada jawaban darinya.
Apa ini kode dari Jake kalau rencananya mereka sudah mulai dijalankan? Aku memeriksa sekali lagi dengan mencoba menghubungkan kembali in-ear ku dengan Jay, tapi hanya suara televisi rusak yang dapag ku dengar. Fix, ini rencana pasti udah dimulai.

KAMU SEDANG MEMBACA
B-SIDE || [COMPLETED]
Gizem / GerilimMereka bukan siapa-siapa. Hanya anak-anak yang tumbuh dalam dunia yang udah lama dipoles dari satu sisi: A-side. Rapi, penuh janji, tapi penuh kepalsuan. Tapi kebenaran nggak pernah diam. Ia tumbuh dengan pelan, sunyi, tapi pasti, tapi berada di sis...