5. Penemuan harta karun

2.5K 217 35
                                    

°• Rauffaik songs playing •°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°• Rauffaik songs playing •°

________________________________________

Malam itu terasa lebih dingin membalut tubuh, sebab hujan sedang singgah berderai menyuarakan gemercik dari jutaan kali tetesan pada atap mess mereka. Masen menyilangkan tepi syalnya, lalu menyampirkan sebelah pada bahu untuk menghangatkan lehernya. Sementara Rahagi baru saja pulang, ia menanggalkan mantel hujannya di tepian tungku api agar mengering.

"Hari libur kita sama, kau mau aku ajak berkeliling ke pusat kota senin depan? Ya, sekadar untuk ngopi atau merokok. Sembari berbelanja untuk kebutuhan." Rahagi mengawali perbincangan, sebab ia pun merasa kasihan terhadap situasi Masen yang serba mendadak ini. Pria itu tampak susah beradaptasi dengan keadaanya, dengan kehidupan yang kurang berada.

"Ada apa saja disana?" Tanya Masen bergairah dengan topik obrolan mereka.

"Sesuatu yang kau cari seperti mall, restoran, hotel."

"Kalau diskotik?"

"Kau peminum?"

Masen mengangguk percaya diri, "yes i am."

"Maaf, tapi disana tidak ada diskotik."

Alisnya menurun dan cemberut, "aku sedang membutuhkan alkohol untuk bisa bertahan dalam situasi gelap ini."

"Alkohol tidak akan bisa mengubah situasi mu, yang perlu kau lakukan adalah membiasakan diri dengan kondisi baru ini."

"Fuck off! It doesnt work."

"Setidaknya kau bisa melihat pemandangan kota yang modern dibanding wilayah terpencil ini, membuat otak mu lebih rileks." Rahagi menyarankan kembali.

"Tunggu_jadi kau setuju kalo tempat ini memang terpencil dan pedalaman?"

Rahagi mengedikkan bahu sambil menyampirkan handuk di bahunya, "aku ini berasal dari Jakarta, setidaknya aku seperti mu yang terbiasa serba instan dan mudah. Aku pun susah beradaptasi awalnya, tapi ketika sudah beberapa tahun disini, aku sudah bisa menikmati prosesnya."

Masen hanya menghela nafas beberapa kali, merasa bahwa mereka senasib dan tidak ada yang dapat menolongnya.

"Kalau begitu aku akan ikut," pungkasnya sambil bersiap menarik selimutnya untuk tidur sembari melambaikan tangan, lalu berbaring membelakangi.

********

Matanya mendelik geli melihat tiga orang pasien sedang tertawa, sembari berbaring di area lorong dengan posisi tak biasa. Ketiganya saling bergumam, dilanjutkan dengan kekehan nyaring menampilkan deret gigi kuning itu. Terkadang mereka hening, lalu tertawa lagi secara berkala.

 Terkadang mereka hening, lalu tertawa lagi secara berkala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mantra Wanita Sinting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang