16. The quality time

1.2K 141 14
                                    

Indila songs playing 🎶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Indila songs playing 🎶

Di chapter kali ini aku ingin memperlihatkan scene yg lebih deep ketika mereka sedang berdua dan ketika Shiloh berbicara, sangat sederhana memang, tapi aku harap kalian suka.

____________________________


Pagi-pagi sekali tanpa ada yang menyadari, Masen sudah tepat berada di ruang kamar Shiloh, menggerai surai gadis itu menutupi lehernya yang jenjang. Memakaikannya pula syal burgundy yang dahulu gadis itu berikan padanya, untuk menepis dingin pagi. Janjinya ia tepati untuk mengajak gadis nya ke tepi danau dekat air terjun, hanya berbekal dua buah croissant dan minuman coklat panas yang ia beli di pusat kota.

"Aku menepati janji ku kan, ku bilang aku ini bisa diandalkan," gumamnya sambil memakaikan sarung tangan pada Shiloh.

"Ayo pergi."

"Jangan bersuara sampai kita tiba di danau, mengerti?"

Shiloh hanya berkedip sekali untuk mengiyakan.

Lorong pagi itu masih sepi, hanya ada beberapa perawat yang baru saja pertukaran sif. Masen menyogok mereka dengan beberapa selebaran uang dan kedipan buayanya, agar mereka tetap hening. Pagutan tangan itu tak pernah terlepas dari genggaman Masen, mencengkramnya kuat bak tak ingin kehilangan. Menyusuri hutan dan tanah basah, pun deret panjang ilalang menyertai perjalanan mereka.

Mulut Shiloh terkatup dengan mata membulat, menyaksikan benda apa yang telah di siapkan oleh Masen di tepi danau itu, "harpa..."

"Harpa.."

Gurat senyum kilas itu terukir, Masen memperhatikan raut wajah benderang dari Shiloh ketika melihat alat musik yang susah payah ia pesan dari pengrajin lokal. Shiloh melirik pada Masen dengan pijaran mata mengkilat, seakan meminta izin untuk memainkan alat musik tersebut.

Masen yang sudah mengerti dengan gelagat itu pun mengangguk sambil memejamkan mata sekilas, "mainkan lah, aku ingin melihat seorang malaikat itu hidup kembali."

"Walaupun ia pastinya tak semewah punya mu, tapi setidaknya aku sudah berusaha lebih dari semampuku," pungkasnya tersenyum kembali pada Shiloh.

Sulit sekali Masen ketika mencari jenis alat musik ini, sebenarnya ia bisa saja memesannya dari luar negeri. Namun pastinya akan sangat membutuhkan waktu lama, melihat ia yang sudah tak sabar ingin melihat pertunjukan langsung sang Maestro.

Sorak suka cita membuncah dalam diri Shiloh, gegas ia mengatur posisinya untuk memainkan Harpa sederhana itu. Alunan musik yang diaransemen dalam petikan tiap tiap jari lentik itu begitu membuai hingga nurani, tak ubahnya seperti sebuah musik pengantar bidadari turun ke bumi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mantra Wanita Sinting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang