8. Odyssey dan Penelope

631 51 9
                                    

Kalian bisa berpendapat dengan bebas tentang cerita ini, itu bisa menjadi tolak ukur untuk ku menulis ke depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian bisa berpendapat dengan bebas tentang cerita ini, itu bisa menjadi tolak ukur untuk ku menulis ke depannya

Spam disini jika mau lanjut=>

________________________________



Iklim kota itu terasa begitu dingin, ditambah dengan derai hujan yang sudah beberapa hari sering terjadi membuat kabut ikut turun menutup jarak pandang hingga beberapa meter. Masen menghangatkan tubuhnya dengan pakaian tebal khas musim dingin ketika ia berada di Jepang, down jacket yang tebal berlipat-lipat dengan isian bulu angsa dan menutup hingga area lehernya. Serta ia benamkan pula kedua tangannya yang membiarkan menghangat di dalam saku celananya.

Berjalan sendirian menyusuri hutan berkabut menuju rumah sakit jiwa Talungkup, hanya ditemani suara jangkrik dan ranting kering yang terinjak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berjalan sendirian menyusuri hutan berkabut menuju rumah sakit jiwa Talungkup, hanya ditemani suara jangkrik dan ranting kering yang terinjak.

Para orang-orang sinting itu terdengar bising saling cekikikan entah menertawakan apa, sesekali menoleh pada Masen dan tiba-tiba mengejarnya. Kegiatan kejar-kejaran seperti itu sering terjadi padanya ketika mata mereka beradu, para wanita sinting itu selalu menganggap ia seorang pangeran dan berusaha menciumnya, entah menonton darimana mereka sehingga membayangkan hal-hal seperti itu.

Namun aksi kejar-kejaran itu selalu berhasil dilerai oleh para perawat lain, walaupun mereka sama menertawakan Masen yang sering dikejar orang gila, hingga sewaktu-waktu dirinya sendiri pun sangat menyesal terlahir tampan. (Masen narsis lagi.)

"Bisakah kalian memborgolnya saja! Masih pagi sudah membuat ku membakar kalori!" Bentaknya pada beberapa perawat disana.

"Sudah beberapa minggu kau disini, harusnya kau sudah mulai terbiasa," kekeh salah satu perawat itu.

"Diam kau! Jika sekali lagi terjadi, ku patahkan saja tangannya. Di negara mu tidak ada undang-undang yang melindungi orang sinting kan?"

"Mereka tetap manusia meskipun sinting, daripada kau_ orang waras yang berkepribadian gila!"

Masen tak ingin berlarut mengabiskan mood baiknya yang telah ia simpan untuk Shiloh, lalu ia berlanjut menaiki tangga meninggalkan huru-hara tadi. Ia menanggalkan mantelnya saat memasuki kamar Shiloh yang hening dan temaram, kali ini Shiloh sedang menatap jendela kamarnya yang berembun dengan tatapan kosong.

Mantra Wanita Sinting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang