════════•°•⚠️•°•═════════Sinar matahari masuk menelisik menerpa wajah Mark yang masih setia bergelung dengan selimut, membuat tidur Mark terganggu karena sinarnya, Mark pun perlahan membuka matanya dan melihat sekitarnya. Ia kemudian mendudukkan dirinya untuk mendapatkan seluruh kesadarannya, ia melihat sekelilingnya sekali lagi memastikan bahwa dia memang tak salah kalau kini dia berada di kamar sepupunya yang tak lain adalah Donghyuck. Lama Mark menatap sekitar, suara pintu yang sedang dibuka membuat atensinya teralihkan. Setelah pintu terbuka sempurna, Mark melihat Donghyuck yang sudah berdiri disana sambil membawa nampan yang berisi sepiring nasi goreng dan segelas susu.
"Loh, udah bangun?" Tanya Donghyuck sambil berjalan masuk, kemudian menaruh nampan tersebut dimeja.
"Hmm." Jawab Mark seadanya, ia masih malas untuk sekedar berbicara.
"Yaudah, mending mandi dulu sana baru sarapan. Kata mama, mommy kamu udah sadar." Ucap Donghyuck yang membuat Mark langsung berdiri lalu langsung masuk ke kamar mandi.
Donghyuck tersenyum melihat kelakuan sepupunya itu, kemudian berniat keluar dari kamarnya agar tak mengganggu Mark. Namun, saat akan membalik tubuhnya, dering ponsel Mark membuat langkahnya terhenti. Donghyuck malah memilih untuk berjalan dan melihat siapa yang menelepon Mark sepagi ini. Saat ia melihat nama peneleponnya, raut wajahnya berubah, ia kemudian menolak panggilan itu.
.....
Jeno menghela nafasnya, kenapa Mark tidak mau mengangkat teleponnya dan sekarang malah menolak panggilan darinya. Ia bertanya-tanya apa yang membuat Mark sangat marah padanya, ia juga khawatir karena saat mencari Mark di apartemennya dan yang ia dapati Mark yang tidak disana.
Beberapa lama ia termenung dan berpikir, tiba-tiba saja ia teringat dengan Lucas, teman sekelas Mark di kampus. Akhirnya dia menelepon Lucas untuk menanyakan Mark, mungkin saja dia tahu sesuatu pikirnya. Tak berselang lama telepon pun tersambung dan Lucas pun menjawabnya dengan cepat.
"Halo, Cas. Sorry gue nelpon lo tiba-tiba." sapa Jeno dengan nada sedikit tidak enak karena sudah mengganggu Lucas sepagi ini.
"Santai, Jen. Ada apa nih nelpon gue pagi-pagi?" jawab Lucas santai.
"Gue mau nanyain Mark. Mark ada sama lo gak?" tanya Jeno tanpa basa-basi.
"Jen... Lo masih belum tau?" bukannya menjawab, Lucas malah balik bertanya pada Jeno.
"Tau apaan?" tanya Jeno lagi karena merasa kebingungan.
"Mark balik ke Kanada kemaren, mommy nya masuk rs dan katanya kena kanker. Dia kemaren udah nelponin lo berkali-kali buat nganterin dia ke bandara, cuman katanya Mark lo gak angkat-angkat. Jadi, gue yang nganterin dia kebandara." jelas Lucas.
Jeno yang mendengar itupun merasa sangat terkejut. Bukan maksudnya tak mengangkat panggilan Mark, namun saat itu ia lupa membawa ponselnya saat pergi dengan Jaemin.
"Yaudah, Cas. Thanks buat infonya. Gue juga minta maaf udah ganggu waktu lo." ucap Jeno setelahnya.
"Iya Jen, sama-sama. Gue tutup dulu, gue ada urusan soalnya." tanpa menunggu jawaban dari Jeno, lucas memutuskan sambungan telepon tersebut secara sepihak.
Dan sekarang, Jeno paham kenapa Mark tak mau mengangkat telepon darinya. Ia menjambak rambutnya karena merasa kesal pada dirinya sendiri.
"Jen, kenapa bego banget sih lo."
.....
Mark kini sudah berada di rumah sakit dan sedang berbincang-bincang dengan mommy nya. Ia sangat terburu-buru saat tahu bahwa mommy nya sudah sadar, ia bahkan tidak mau memakan sarapan yang sudah Donghyuck siapkan. Ia merasa sangat khawatir pada mommy nya sampai-sampai memaksa Donghyuck untuk mempercepat laju mobilnya.
Mark melihat mommy nya saat ini yang berusaha terlihat baik-baik saja dihadapannya, membuat Mark ingin menangis namun ia menahannya dengan menunjukkan senyuman pada mommy nya. Bahkan Mark tak sedikitpun menyinggung mommy nya tentang penyakit yang sedang mommy nya derita dan fakta bahwa mommy nya akan meninggalkannya untuk selamanya. Mark memilih diam dan mendengarkan mommy nya yang sedari tadi sangat terlihat antusias menceritakan hal-hal yang membuatnya merasa bahagia.
"Mommy bahagia punya Mark di hidup mommy, karena Mark yang selalu ada untuk mommy, selalu perhatian sama mommy, selalu berusaha buat mommy bahagia." ucap Taeyong dengan senyum yang terlihat sangat manis bagi Mark
Mark yang melihatnya terus berusaha untuk tidak meneteskan air matanya. Mark memejamkan matanya sebentar kemudian kembali melihat mommy nya dengan senyum yang bisa dibilang sangat terpaksa. Ia mengelus tangan kurus mommy nya, kemudian menciumnya beberapa kali.
"Mark juga bangga punya ibu seperti mommy, Mark adalah anak yang paling beruntung karena punya mommy di hidup Mark. Mommy sayang banget sama mommy." tepat setelah mengatakan itu, Mark tak lagi sanggup menahan air matanya. Ia menunduk sambil meneteskan air matanya dan mengenai tangan mommy nya.
Taeyong pun sama dengan Mark, ia sudah tidak bisa lagi berpura-pura kuat dihadapan anak semata wayangnya. Kenapa Tuhan begitu jahat padanya, ia bahkan belum bisa membuat anaknya merasa bahagia di hidupnya. Kenapa dia dan anaknya harus merasakan hal semenyakitkan ini dalam hidup mereka.
Dari luar Donghyuck dan Ten yang melihat itu pun ikut menagis. Ia tak kuasa melihat Taeyong dan Mark yang sangat menderita. Ia bahkan ikut menyalahkan Tuhan atas penderitaan kedua orang yang ada di dalam sana.
Lama momen itu berlangsung sampai ada suara seseorang yang memanggil-manggil nama Ten.
"Jaehyun?"
.....
_Jung Jaehyun_
═════════•°•⚠️•°•═════════
Sorry guys baru up, soalnya biasa gue kehabisan ide biat lanjutin ini cerita. Tapi sekarang udah gue lanjut dan semoga kalian pada suka.
Jangan lupa vote nya guys.
Happy reading:)