═════════•°•⚠️•°•═════════
Keesokan harinya, Jeno terbangun dari tidurnya yang bisa dibilang sebentar karena semalam memikirkan apa yang daddy nya katakan. Dia pun mulai bergerak bangun kemudian beranjak menuju kamar mandi.
Beberapa saat kemudian, Jeno keluar dari kamar mandi menggunakan handuk yang hanya menutupi bagian bawah tubuhnya. Terlihat jelas perutnya yang tercetak 6 roti panggang disana karena dia rajin untuk pergi ke gym.
Jeno pun mulai memilih baju yang akan dia gunakan, tak lupa memakai parfum andalannya. Setelah itu dia pun segera pergi meninggalkan kamarnya untuk sarapan.
Saat keluar dari kamarnya, Jeno tak sengaja melihat ke arah kamar Mark. Lagi-lagi dia kembali mengingat ucapan daddy nya tadi malam, sangat penuh dengan plotwist pikirnya.
Sebenarnya dia berniat untuk pergi menemui Mark dan meminta maaf atas apa yanh dia lakukan, hanya saja dia merasa tidak cukup berani melakukan itu saat ini, karena itu dia segera pergi dari sana.
Setibanya di meja makan, Jeno sudah disuguhi pemandangan dua orang yang tak lain adalah daddy nya dan juga Mark. Ternyata sarapan mereka sudah jadi sejak tadi. Dia kemudian segeralah duduk di salah satu kursi di samping daddy nya dan tepat berada di depan Mark.
Jeno menatap Mark dengan canggung, sedangkan Mark menghindari kontak mata dari Jeno. Jeno pun semakin merasa bersalah sekaligus kesal karena merasa dia sedang diabaikan oleh Mark.
Jaehyun seakan mengerti situasi pun mencoba membuka topik pembicaraan.
"Ayo kita mulai makan." ucap Jaehyun yang dibalas anggukan oleh Jeno dan Mark.
Mereka pun mulai menikmati sarapan mereka dengan tenang.
"Oh iya, Mark. Mark yakin mau masuk kuliah sekarang?" tanya Jaehyun dengan nada khawatir. Dia merasa bahwa Mark belum merasa baik-baik saja saat ini.
Mark mengangguk singkat. "Mark udah baik-baik aja sekarang, dad. Daddy gak perlu khawatirin Mark." Mark menjawab dengan sepenuh hati agar Jaehyun tidak perlu khawatir.
Jaehyun pun hanya mengangguk, sedangkan Jeno merasa semakin canggung saat mendengar Mark memanggil Jaehyun dengan sebutan daddy. Dia masih belum percaya kalau dia dan Mark bersaudara, walaupun beda ibu.
"Jadi, Mark mau dianter daddy atau bareng Jeno kayak biasanya?" tanya Jaehyun lagi.
Mark terdiam tak tau harus menjawab apa. Disisi lain dia ingin berangkat dengan Jeno, namun dia juga tidak mau berbicara ataupun berdekatan dengan Jeno. Dia masih belum bisa menerima semua kenyataan tentangnya dan juga Jeno.
"Hmm, boleh Mark pergi sendiri aja dad?"
Jaehyun tak mengizinkan Mark untuk berangkat sendirian, jadi berakhirlah Jaehyun yang mengantarkan Mark. Sedangkan Jeno, dia lagi-lagi merasa kesal karena Mark seperti sengaja sedang menghindarinya.
.....
Sesampainya di kampus, Mark pun berpamitan pada Jaehyun. Tak lupa Jaehyun memberikan sebuah kecupan hangat di kening Mark. Mark tersenyum mendapatkan perlakuan manis dari Jaehyun, karena setelah sekian lama akhirnya dia bisa merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Jaehyun juga memberikan Mark sebuah black card agar Mark tak kesusahan jika ingin membeli sesuatu. Dan Mark hanya bisa menerimanya tanpa bisa menolak, karena dia mengerti apa yang dilakukan daddy nya saat ini adalah bentuk tanggung jawab atas kesalahannya.
Mark pun keluar dari mobil dan kembali berpamitan pada Jaehyun, setelah itu ia pun masuk ke dalam kampusnya.
Saat akan memasuki gerbang, tiba-tiba saja seseorang menabrak tubuhnya dari belakang yang membuat Mark sedikit kehilangan keseimbangannya. Untung saja Mark bisa menahan dirinya agar tidak jatuh. Dan orang yang menabraknya terus berlari dan tak meminta maaf pada Mark, Mark hanya mendengus kesal karena pagi-pagi buta seperti ini ada saja yang merusak mood nya.
Saat sedang asyik mengomel di dalam hatinya, Mark lagi-lagi dikejutkan oleh Lucas yang memeluknya secara tiba-tiba.
"Akhirnya lo balik, gue kangen banget sama lo. Sangking kangennya gue sampe gak berani berak." ucap Lucas lebay, alay dan jamet.
Mark yang tadinya kesal kembali merasa senang saat mendengar ucapan lebay dari Lucas. Ia juga bingung, kenapa ada manusia yang memiliki wajah seperti orang waras akan tetapi kelakuannya tak sama dengan wajahnya.
Lucas tersenyum melihat Mark yang tertawa karenanya, dia pun mempererat pelukannya lau mengusap-usap kepala Mark.
"Turut berdukacita ya, Mark. Jangan berlarut-larut ya sedihnya, gue gak bisa liat lo kayak gitu." ucap Lucas tulus.
Mark tersenyum dalam pelukan hangat Lucas, ia sangat bersyukur karena sudah mempertemukannya dengan Lucas yang sangat peduli padanya dan melebihi rasa peduli Jeno untuknya.
Sedangkan Jeno yang melihat kejadian itu kembali merasakan kekesalan, dan kekesalan itu seperti berlipat ganda.
Kenapa saat bertemu dengannya Mark tak memeluknya, seolah-olah mereka berdua hanyalah orang asing yang tak pernah saling mengenal.
Beberapa saat kemudian, dia memutuskan pergi dari sana dan pergi ke fakultasnya karena sudah merasakan kekesalan yang menguap-uap.
.....
Saat dalam perjalanan menuju fakultasnya, Jeno lagi-lagi mendapatkan sesuatu yang membuat dia merasakan kekesalan yang sudah diujung tanduk. Entah dosa apa yang dia lakukan sampai-sampai dia mendapatkan banyak hal yang membuatnya merasa kesal hari ini.
Dikatin yang sama, di meja yang sama dan kejadian yang sama saat itu ia kembali melihat Jaemin kekasihnya lagi-lagi sedang bermesraan dengan orang yang Jaemin katakan hanya seorang teman. Dia kemudian segera menghampiri duo orang tersebut.
"Na."
Jaemin sudah tahu pasti siapa yang sudah memanggilnya. Dia lun menoleh dan melihat Jeno yang sudah menampilkan ekspresi marah di wajahnya. Namun Jaemin sama sekali tak merasa takut akan ha itu.
"Kenapa, Jen?" jawabnya dengan santai.
"Apa lagi sekarang?"
"Aku udah bilang kalo dia cuman temen aku."
Jeno terkekeh mendengar jawaban Jaemin, siapa yang percaya mereka berteman kalau kelakuan mereka saja seperti sepasang kekasih.
"Temen? Temen kata kamu? Gak ada temen yang saling suapin, gak ada temen yang gandengan, gak ada temen yang kasi ciuman untuk satu sama lain." ucap Jeno dengan kemarahan yang saat ini dia tahan sejak tadi karena dia tak mau membuat keributan.
Sedangkan Jaemin hanya menghela nafasnya, kemudian dia memutuskan untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Jeno.
"Okay Jen, He's not my friend, but he's my boyfriend." ucap Jaemin tanpa beban sedikitpun.
Jeno yang sudah tidak bisa menahan emosinya pun menampar wajah Jaemin cukup keras, dan tentu saja tak diterima oleh Jaemin. Jaemin pun membalas meninju wajah Jeno, Renjun yang ada disana berusaha membuat Jaemin tenang namun sia-sia, dan berakhirlah terjadi perkelahian di pagi hari yang sangat cerah itu.
═════════•°•⚠️•°•═════════
Happy reading:)
Janlup vote guys
