17

170 21 2
                                    


═════════•°•⚠️•°•═════════

Suasana pagi yang cerah menemani tiga anak Adam yang sedang menikmati sarapan yang sudah dibuat oleh Mark. Mereka bertiga terlihat tenang menikmati sarapan mereka.

Donghyuck yang sudah selesai dengan sarapannya berdiri dari duduknya lalu membawa peralatan makan yang sudah ia gunakan menuju ke tempat cuci piring. Setelah selesai mencuci piring, Donghyuck segera pergi meninggalkan dua orang lainnya tanpa mengatakan apapun.

"Hyuck, kok duluan!." teriak Mark.

"Udah dijemput." jawabnya tanpa menoleh pada Mark, kemudian menghilang dari balik pintu.

"Dijemput siapa?" tanya Jeno.

"Gak tau juga." jawab Mark.

Setelah itu Mark pun mengambil piring Jeno untuk ia cuci. Sedangkan Jeno duduk diam menunggu Mark selesai mencuci piring.

Beberapa saat kemudian, Mark selesai mencuci piring, kemudian akan kembali ke kamarnya untuk mengambil tasnya.

"Mark, berangkat bareng gue ya." ucap Jeno tiba-tiba.

Refleks Mark menghentikan langkahnya, kemudian menoleh menatap Jeno. Entah kenapa Mark merasa aneh saat Jeno mengajaknya berangkat bersama, padahal itu sudah menjadi hal biasa di antara mereka.

"Mark, mau kan?" tanya Jeno lagi yang membuat Mark tersadar.

"Ehm, tunggu bentar ya." jawab Mark setelah itu bergegas menuju kamarnya.

Jeno yang sadar akan reaksi Mark barusan terkekeh gemas, Jeno benar-benar menyukai reaksi Mark barusan. Itu membuat Mark terlihat semakin manis, dan itu membuat jantung Jeno berdetak tak karuan.

Beberapa menit kemudian, Mark turun dengan penampilan yang sudah rapi. Mereka berdua pun berjalan keluar rumah, Mark menunggu di dekat pintu gerbang sedangkan Jeno mengambil motornya terlebih dahulu.

Tak lama, Jeno kembali dengan motor sportnya dan berhenti di depan Mark. Jeno mengeluarkan sebuah helm lalu langsung memakaikannya pada Mark. Mark membeku mendapat perlakuan tersebut, ia terkejut dengan gerakan Jeno yang tiba-tiba dan itu berhasil membuat pipinya merona.

"Udah, ayo naik." ucap Jeno.

Mark pun segera naik ke motor Jeno, tentu dengan wajah yang masih memerah karena salting. Jeno pun melihat itu, ia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk melihat kegemesan Mark.

.....

Sesampainya di kampus, seperti biasa Jeno akan memarkirkan motornya di tempat parkir. Mark turun dari atas motor kemudian melepaskan helm yang ia pakai begitupun dengan Jeno. Mark menyodorkan helmnya pada Jeno, Jeno meraih helm tersebut kemudian menaruh helmnya.

"Rambut lo jadi berantakan lagi." Ucap Jeno lalu merapikan rambut coklat milik Mark.

Lagi dan lagi, Mark membeku dengan wajahnya yang memerah seperti tomat dan itu tak luput dari pandangan Jeno. Jeno rasanya ingin berteriak karena Mark sangat menggemaskan. Kenapa dia baru menyadarinya sekarang kalau Mark begitu sangat menggemaskan?

Tanpa aba-aba, Jeno langsung menguyel-uyel pipi Mark dengan gemas.

"Jen, sakit!" teriak Mark.

Jeno terkekeh kemudian berhenti, ia kemudian menoel hidung Mark.

"Makanya jangan gemes-gemes Mark. Gue cium apa ya." Ujar Jeno asal.

"Heh!." Karena sudah tidak bisa menahan saltingnya, Mark berlari meninggalkan Jeno di sana.

Jeno terkekeh gemas, apa ini? Apa sebenernya yang terjadi padanya?

Jeno menggelengkan kepalanya menepis pikiran yang ada di kepalanya, kemudian ia berjalan menuju kelasnya.

Mark berlari kecil menuju kelasnya, disana sudah ada Lucas yang menunggunya sambil memainkan ponselnya. Mark pun duduk di dekat Lucas, kemudian menangkup wajahnya yang masih memerah. Lucas yang sadar dengan keanehan Mark pun mengerutkan keningnya.

"Lo kenapa? Sakit? Muka lo merah amat."

"Gak, gue gak sakit kok, tenang aja. Tadi kena matahari makanya agak merah." Bisa aja ngelesnya Mark.

"Apaan dikit, muka lo kayak merah banget kayak orang nahan berak." ucap Lucas.

Sebuah pukulan berhasil mendarat di kepala Lucas.

"Anjir, ngapa ditabok gue?" tanya Lucas.

"Lo ngeselin." Jawab Mark dengan wajah kesalnya.

.....

Jeno meregangkan tubuhnya yang pegal karena sudah terlalu lama duduk.

"Woy, kantin yuk." Ajak Hendery.

"Yoklah, sekalian jemput dua babu." Gurau Jeno.

Hendery hanya terkekeh mendengar gurauan temannya itu. Kemudian mereka segera keluar kelas dan pergi ke fakultas di sebelah yaitu fakultas kedokteran untuk menjemput Jisung dan Chenle.

"Eh iya Jen, Hyunjin nantangin lagi tuh." Ucap Hendery.

"Belum kapok juga tu bocah."

"Tapi kali ini gue agak curiga sama dia Jen, firasat gue gak enak."

Jeno mengernyitkan keningnya, "apa yang bikin lo curiga?"

"Gue juga gak yakin Jen, tapi gue beneran punya firasat buruk." jawab Hendery.

Jeno terdiam memikirkan ucapan temannya itu, biasanya memang feeling Hendery selalu benar. Seperti dulu saat ia pertama kali mengikuti balapan, ia sempat hampir terbunuh oleh geng Hyunjin, untung saja Tuhan saat itu masih berbaik hati untuk membiarkannya hidup.


═════════•°•⚠️•°•═════════



Wassap, apa kabar readers??
ada yang kangen ama author gak?

Loving You Hurts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang