═════════•°•⚠️•°•═════════
Pukul 4 pagi, Mark duduk di balkon kamarnya sembari menikmati kopi yang ia buat sesaat setelah berbicara dengan Jaehyun. Begitu banyak hal yang berputar di kepalanya saat ini, sehingga dia yang tadinya sangat mengantuk akhirnya tidak bisa tidur. Mark memandangi langit yang masih dipenuhi bintang yang sangat indah.
Saat sedang fokus menikmati pemandangan yang indah itu, ia kembali teringat dengan mommy nya, dan untuk sekian kalinya, air matanya tak dapat dia bendung. Mark selama ini sudah sangat berusaha menerima semuanya, namun ketika dia sedang termenung, semuanya akan kembali seolah-olah baru saja terjadi dan membuat dirinya menangis.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu mengalihkan atensinya, Mark pun segera mengelap air matanya dan kemudian segera membuka pintu untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintu kamarnya di pagi buta seperti ini. Saat Mark membuka pintu, di sana ia langsung melihat wajah Jeno yang terlihat murung, dan tanpa sepatah katapun Jeno langsung memeluknya dengan erat.
Mark hampir terjatuh karena pergerakan Jeno yang tiba-tiba memeluk dirinya. Mark tentu saja tahu apa tujuan Jeno mendatanginya, karena ini memang kebiasaan Jeno semenjak mereka menjadi sahabat. Setelah pertengkaran dengan Jaehyun, Jeno pasti akan selalu mengadu pada Mark, namun Jeno tak pernah memberitahukan apa penyebab pertengkarannya dengan Jaehyun. Namun, entah karena apa, Mark pasti akan tahu penyebabnya. Entah itu ada yang memberitahunya atau dia yang mendengarnya sendiri.
Seperti saat suatu hari Jeno bertengkar dengan Jaehyun dan Jeno langsung mendatangi Mark ke apartemennya dan mengadu pada Mark. Saat itu Jeno tak mengatakan alasannya bertengkar dengan sang ayah, namun Mark diberitahu oleh Lucas bahwa Jeno mengikuti balapan liar yang disponsori ayahnya. Dan pada akhirnya, Mark hanya diam tak mau ikut campur dalam urusan ayah dan anak. Namun, sekarang keadaannya sudah berbeda...
Kini Jeno dan Mark sudah terbaring di kasur dengan Jeno yang masih memeluk Mark, sedangkan Mark hanya diam membiarkan agar Jeno merasa tenang untuk saat ini, sehingga nanti saat dia mengajak Jeno bicara tak akan ada emosi lagi. Dan setelah beberapa saat dan dirasa Jeno sudah lebih tenang, Mark pun mulai membuka percakapan.
"Jen." panggilnya.
Jeno mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Mark.
"Balapan lagi?" tanyanya.
Mata Jeno terbelalak, darimana Mark tahu kalau dia ikut balapan? Apakah daddy yang memberitahu Mark kalau Jeno sering ikut balapan? Pertanyaan demi pertanyaan berputar di kepalanya sampai Mark menepuk pelan pipi nya dan membuat tersadar.
"Lo pasti bingung kenapa gue bisa tau, kan?" Jeno mengangguk mengiyakan pertanyaan Mark.
"Gue udah tau semenjak pertama kali lo ikut balapan itu, Jen. Tapi gue diem aja karena gue gak mau ikut campur dan ngebuat lo ngerasa gak nyaman. Tapi, kali ini gue boleh kan buat ikut campur? Gue kan abang lo?"
Jeno terdiam, dia merasa sangat tidak suka saat mendengar kata abang yang dilontarkan oleh Mark. Detak jantungnya pun terasa berdenyut sakit, dan itu membuat Jeno tidak nyaman.
"Kenapa harus sesakit ini, Mark?" batinnya.
Sementara Mark yang belum mendapatkan jawaban dari Jeno kembali menepuk pelan pipi Jeno dan berhasil membuat Jeno memandangnya. Mark kembali terpaku melihat wajah tampan Jeno, lihatlah bagaimana wajahnya terpahat dengan sempurna, tak ada satu titik pun terlihat kekurangan diwajahnya. Bagaimana mungkin Mark tidak jatuh cinta padanya, karena tak hanya wajah tampannya, Jeno adalah orang yang paling memperhatikannya, bahkan hal-hal kecil tentang Mark. Namun lagi-lagi Mark sadar, bahwa kenyataan itu lebih pahit daripada semua khayalan yang ia miliki tentang Jeno yang kini berstatus sebagai adiknya. Matanya kini terasa memanas saat mengingat semuanya, dan pada akhirnya air mata itu terjatuh tepat di pipi Jeno. Jeno yang melihat itu langsung panik, ia bingung kenapa Mark tiba-tiba saja menangis. Apakah dia sudah terlalu jauh melakukan kesalahan dan membuat Mark sedih sampai menangis seperti ini? Tanpa ba-bi-bu Jeno langsung membawa Mark kedalam pelukannya dan berusaha menenangkan Mark. Mark pun hanya bisa menangis, karena ini memang sangat menyakitkan untuk Mark, benar-benar menyakitkan.
"Kenapa harus sesakit ini, Jen?" batinnya.
═════════•°•⚠️•°•═════════
Untuk chapt ini gue buatnya agak pendek ya, soalnya gue udah kehabisan ide jadi segini ae dulu😀
Happy reading guys
Jangan lupa vote nya yeee
Tunggu kelanjutannya....
