═════════•°•⚠️•°•═════════
Di pagi hari yang cerah Mark sedang menunggu bus disebuah halte didekat apart nya, karena memang sekarang dia sudah terbiasa berangkat ke kampus sendiri.Sudah dua minggu Mark dan Jeno tak berangkat bersama lagi, padahal biasanya mereka selalu bersama. Namun, karena sekarang Jeno sudah memiliki pacar, hubungan mereka agak sedikit renggang.
Mereka jadi jarang bertemu, entah itu karena kesibukan masing-masing atau memang Mark yang ingin menghindari Jeno. Mark bilang, ia ingin menghilangkan perasaan nya terhadap sahabatnya tersebut.
Namun hasilnya nihil, bahkan sampai sekarang ia tidak bisa melupakan Jeno, atau bisa dibilang perasaannya semakin besar. Mark saja sudah sangat frustasi karena masalah perasaannya, ia juga sebenarnya sudah sangat muak melihat keromantisan Jeno dan Jaemin. Namun apa daya Mark, ia bahkan terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaannya pada Jeno.
Lamunannya terus berlanjut hingga getaran di saku celananya membuatnya tersadar. Ia mengambil benda pipih tersebut lalu melihat siapa yang meneleponnya. Mark mengernyitkan dahinya, ia sedikit heran karena aunty nya tumben sekali menghubunginya. Setelah mengetahui siapa yang meneleponnya, Mark menekan icon hijau di ponsel nya.
"Halo, Mark."
"Iya aunty, kenapa?"
"Mommy kamu masuk rumah sakit, Mark. Dokter bilang ibu kamu kena kanker lambung... Stadium akhir dan waktu hidupnya nggak akan lama lagi hiks... Kamu bisa pulang secepatnya kan, Mark?"
Mark mematung masih mencerna apa yang barusan aunty nya katakan. Ia terus terdiam membeku hingga tanpa sadar air matanya mulai turun membasahi pipi tirusnya. Jantungnya berdegup kencang dan napasnya terasa sesak.
"Mark, kamu gapapa? Mark."
"Iya aunty, Mark pulang sekarang. Mark beresin barang Mark terus langsung ke bandara. Mark bakalan pulang secepatnya aunty. Mark mohon, bilang sama mommy kalau Mark bakalan pulang secepatnya...hiks. Mark tutup dulu." Setelah mengucapkan itu, Mark mematikan sambungan telepon secara sepihak lalu segera berdiri dari duduknya langsung berlari mencari untuk kembali ke apart nya. Ia juga tak lupa mengirimkan pesan pada Lucas bahwa dia akan izin untuk beberapa minggu, tak lupa menjelaskan alasannya meminta izin.
Setelah beberapa saat berlari, Mark kini sudah berada didepan pintu apart nya dan dengan segera ia menekan pin-nya. Setelah pintu terbuka, Mark dengan cepat berlari ke kamarnya lalu mengambil sebuah koper berukuran agak besar lalu memasukkan bajunya dengan acak-acakan.
Disela-sela ia memasukkan bajunya kedalam koper, ia menelepon Jeno untuk mengantarkannya ke bandara. Namun, lima kali ia menelepon tidak ada jawaban dari Jeno.
Mark hanya bisa menghela napasnya, setelah itu berdecak kesal. Jeno sekarang sudah benar-benar berubah pikirnya, tangisnya pecah karena mengingat semua hal menyakitkan itu lagi. Mark menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ia dengan segera menepis rasa sakit hatinya terhadap sahabatnya itu karena sekarang mommy nya lah yang paling penting.
*****
Kini Mark sudah berada didalam pesawat terbang yang menuju ke Kanada. Mark sangat berterimakasih pada Lucas karena bantuan Lucas ia bisa ikut penerbangan lebih awal, jika tidak ia harus menunggu hingga malam tiba. Untung saja saat itu Lucas datang menghampirinya ke apartemen karena khawatir terhadap Mark, sampai akhirnya Mark diantar oleh Lucas menuju bandara.
Mark duduk di kursi yang dekat dengan jendela pesawat. Ia melihat pemandangan bumi yang ada dibawah sana hingga ia kembali larut dalam pikirannya.
Ia kembali memikirkan Jeno yang ia rasa sekarang sudah sangat berbeda dari sebelumnya. Dulu, Jeno adalah orang pertama yang selalu ada disaat-saat seperti ini, tapi sekarang ia bahkan mengabaikan panggilan dari Mark.
