23

259 21 0
                                    

═════════•°•⚠️•°•═════════

Cahaya matahari bersinar terang dipagi hari yang sangat cerah. Disebuah bangunan tua, terlihat tubuh laki-laki yang masih tak sadarkan diri dari pingsannya. Di hadapan laki-laki itu terdapat laki-laki lain yang menunduk karena terlena dengan pikirannya.

Tak lama, Mark pun akhirnya tersadar. Mark mengerjapkan matanya beberapa kali dan langsung melihat Hyunjin yang kini sudah berada di hadapannya dengan posisi yang masih menunduk. Mark mengingat kembali bagaimana tadi malam sekelompok orang memaksanya untuk ikut menuju arena. Mark pun mengingat kembali bagaimana Jeno yang terlempar dari motornya malam itu.

Secara reflek, Mark memberontak berusaha membuka ikatan tali ditangannya. Hyunjin menyadari itu lantas menatap Mark dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Mark diam, mereka saling beradu tatap cukup lama, "lo siapa?" Tanya Mark dengan suara yang sedikit serak. Hyunjin diam sejenak, kemudian bangkit dari duduknya kemudian berjalan kearah belakang Mark. Perlahan ia membuka ikatan ditangan Mark, setelah selesai ia kembali ke posisi awalnya.

Mark bingung melihat apa yang dilakukan Hyunjin, "lo siapa? Dan kenapa lo nyulik gue? Dan Jeno, kenapa lo bikin dia celaka?" Tanya Mark dengan hati-hati. Hyunjin masih diam, menatap Mark cukup lama. "Gue minta maaf Mark, seharusnya dari awal gue gak ngelakuin hal ini." Jawabnya membuat Mark semakin bingung.

Hyunjin kembali menunduk, "gue Hyunjin, gue dalang dari semua hal yang terjadi. Gue ngelakuin itu karena gue punya dendam sama Jeno, gue... gue iri liat hidup dia yang selalu bahagia." Mark semakin bingung dibuatnya "maksud lo?".

Flashback

Disebuah panti asuhan, dua anak laki-laki terlihat sedang mengendap-endap menuju dapur. Terlihat keduanya melihat-lihat sekeliling untuk memastikan bahwa tidak ada orang disekitarnya. Cukup lama mereka memastikan hingga akhirnya mereka masuk kedalam dapur tersebut.

Jeno berjaga di depan pintu masuk memastikan semuanya aman, sedangkan Hyunjin mencoba membuka lemari penyimpanan makanan. Ia mencoba mencari beberapa makanan untuk mereka makan. Bukan tanpa alasan mereka melakukan hal ini, mereka terpaksa melakukannya karena mereka sudah sangat lapar. Sejak pagi, keduanya tak diberikan makanan karena mereka berdua tidak mendapatkan uang yang cukup untuk disetorkan pada pemilik panti. Iya, di panti itu setiap anak harus bekerja sesuai jadwal mereka. Entah itu harus berjualan atau mengemis meminta belas kasihan dari orang lain.

Kembali pada keduanya, Hyunjin pun berhasil mendapatkan beberapa bungkus roti dan dua gelas minuman. Dengan segera, keduanya pun pergi meninggalkan dapur dengan mengendap-endap lagi. Mereka berjalan kearah taman yang cukup sepi, suasana malam yang sunyi menyelimuti nya. Keduanya duduk di bangku taman dan mulai memakan roti yang sudah mereka ambil.

"Sampai kapan kita begini terus?" Sebuah pertanyaan yang selalu terdengar di setiap malamnya. Hyunjin tersenyum, mengerti betapa lelahnya mereka dipanti yang terasa seperti neraka ini. "Sampai ada yang mau ngadopsi kita, Jen." Jawaban yang sama lagi. Mereka kemudian menikmati rotinya, memang tak mengenyangkan, tapi setidaknya perut mereka tidak merasakan lapar.

"Hyunjin, ayo bikin janji." Ucap Jeno tiba-tiba. Hyunjin menatapnya, "janji apa? Tanya nya. "Ayo janji buat gak ninggalin satu sama lain." Jeno mengulurkan jari kelingkingnya, itu membuat Hyunjin tersenyum kemudian menautkan jari kelingking mereka, "aku janji." Malam itu menjadi saksi perjanjian diantara keduanya.

.....

Keesokan harinya, Hyunjin terbangun di kursi taman. Ia bangun dari kursi itu dan melihat sekitarnya, dan ia melihat Jeno yang sedang berhadapan dengan pria kejam pemilik panti. Hyunjin pun segera menghampiri keduanya, ia bisa mendengar bahwa Jeno sedang dimarahi atas hilangnya beberapa roti dan minuman. Hyunjin pun meyela "maaf pak, kemarin malam saya yang ngambil roti sama minumannya. Jeno gak ada mgambil sama sekali." Ungkapnya tanpa rasa ragu. Jeno memebelalak, bisa-bisanya Hyunjin mengatakan hal itu. Memang bukan pertama kalinya dia membela Jeno seperti ini, namun tetap saja Jeno juga ikut andil dalam hal itu.

"Kamu lagi ternyata, sampai kapan kamu mau jadi anak tidak penurut disini hah!" Bentak pria itu. "Ikut saya." Dengan sekali tarikan, Hyunjin langsung dibawa keruangan pria kejam itu. Tentu saja untuk memberikan pelajaran yang berupa pukulan-pukulan keras tanpa belas kasihan. Jeno mendengar teriakan sakit dari Hyunjin, hatinya terasa sakit mendengarnya. Ia bertanya-tanya kenapa Hyunjin selalu menjadikan dirinya tameng untuk Jeno?

.....

Satu bulan kemudian, nampak sebuah mobil mewah terparkir di depan halaman panti. Hyunjin melihat sekitar, mencari sosok sahabatnya yang tak ia temui sejak tadi pagi. Hari ini adalah jadwal mereka untuk pergi berjualan, namun Hyunjin sama sekali tak menemukan Jeno dimanapun. Hyunjin pun memutuskan untuk duduk di bangku taman tempat yang selalu menjadi pilihan baginya. Ia menatap sekitar, sampai terlihat dua orang pasangan muda keluar dari ruangan pria kejam itu, nampak juga... Jeno. Hati Hyunjin terasa tertusuk duri, apakah Jeno akan diadopsi?

Belum sempat pertanyaan itu dijawab, Hyunjin melihat Jeno sudah dirangkul oleh kedua pasangan itu dan dibawa masuk kedalam mobil tanpa mengucapkan pamit pada Hyunjin. Hyunjin marah, benar-benar merasa dikhianati saat itu. Bagaimana dengan janji mereka? Perlahan-lahan, tumbuh rasa dendam di dalam dirinya.

.....

Satu bulan kemudian, Hyunjin berhasil diadopsi oleh sepasang suami istri yang sudah lama mengidam-idamkan keturunan. Namun na'as nya, istrinya ternyata tak bisa hamil disebabkan mandul. Sehingga Hyunjin pun diambil dari panti asuhan tersebut. Hyunjin mengira kehidupannya setelah itu akan bahagia dan menyenangkan. Namun ternyata itu hanyalah sebuah khayalan yang tak berarti. Di rumah pasangan itu, Hyunjin diperlakukan layaknya sebuah robot. Semua fasilitas tidak ada yang kurang sedikitpun, namun Hyunjin selalu dituntut untuk bisa mencapai tingkat teratas dari orang lain. Jika tidak, maka Hyunjin akan mendapatkan hukuman dari ayah angkatnya.

Hingga usianya beranjak remaja, Hyunjin semakin memberontak dan mulai melakukan hal-hal gila didalam hidupnya. Dimulai dari masuk kedalam bar menikmati gemerlap lampu disko dan minuman beralkohol, kemudian semakin dalam tenggelam. Hyunjin mulai kecanduan narkoba dan menjadi pengedar barang terlarang tersebut. Hingga pada puncaknya, ia mengikuti balapan liar dan ia menemukan Jeno. Entah mengapa saat pertama kali melihatnya Hyunjin langsung mengenalinya. Kembali dendam itu bangkit dalam dirinya yang sudah ia pendam cukup lama, dan sejak saat itu Hyunjin membangun permusuhan dengan Jeno hingga puncaknya kejadian malam itu. Hyunjin sangat menyesalinya, ia sadar akan perbuatannya yang sudah melampaui batas.

Flashback end

Hyunjin menyerahkan ponselnya, "telpon siapapun yang lo mau buat jemput lo. Gue bakal nyerahin diri gue ke polisi.

═════════•°•⚠️•°•═════════






Up lagi nih, sorry ya lama. Author bener-bener bingung mau gimana lanjutannya. Author usahakan untuk chapter selanjutnya bakal up cepet ya...

Happy reading readers, janlup vote nya ya:)

Loving You Hurts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang