Jalan-jalan, makan siang, nonton di bioskop. Apa pun yang diminta Bastian sudah Ayu kabulkan walaupun sudah jelas pada akhirnya yang benar-benar bersenang-senang hanyalah Bastian, karena pada kenyataannya Ayu tetap dibuat kesal dan risih oleh sikap Bastian yang memperlakukannya layaknya seorang pacar.Namun, mau bagaimanapun juga, Bastian sudah membantunya, orang tuanya juga pasti sangat senang mengetahui bahwa ia sudah punya pacar, jadi ia harus menemani Bastian dengan senang hati.
"Bas duduk dulu, pegel nih kaki gue."
Ayu mendudukkan pantatnya di kursi. Kakinya terasa pegal karena menggunakan high heels dalam waktu yang lama.
"Pegel ya, sini gue pijetin, Yu." Bastian berlutut di hadapannya hendak melepas high heels Ayu.
"Eh, eh gak usah. Diem aja dulu, nanti juga gak papa," tolak Ayu karena merasa risih.
"Kalo gitu mau gue gendong?"
"Ish gak lah, gila kali lo!"
Bastian meringis, sebuah pukulan keras mendarat di bahunya.
"Ya kan katanya capek, pegel."
"Duduk sini," titah Ayu menepuk kursi di sebelahnya, "Malu tuh diliatin orang."
"Thanks, Yu buat hari ini, gue seneng banget bisa jalan sama lo," ucap Bastian. Perkataannya bukanlah sebuah kebohongan, raut wajahnya dengan jelas mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya.
"Eh tapi kalo besok-besok gak ya! Gak mau gue. Ini tuh cuma buat hari ini aja," cerocos Ayu.
Bastian menghembuskan nafasnya kasar, "Terserah deh Yu, lo mau lari kemana pun pasti gue kejar kok!"
Ayu sibuk mengipas-ngipasi dirinya sendiri, keringatnya mengucur deras membasahi pelipisnya.
"Yu, bentar ya," ucap Bastian meninggalkannya.
Ayu menelan ludahnya sendiri seraya memerhatikan anak kecil yang sedang memakan es krim, "Enak banget kayaknya tuh."
"Nih Yu minum dulu!" Sebuah botol air mineral dingin muncul di depan wajahnya.
Ayu sedikit memajukan bibirnya, ia berharap Bastian membawakannya es krim, tetapi kenyataannya tidak. Lelaki itu hanya membawakannya air minum, air putih pula. Dasar cowok, gak peka!
"Makasih," ucapnya mengambil minum yang diberikan Bastian secara terpaksa.
Bastian terlihat grasak-grusuk di sebelahnya, entahlah laki-laki itu sedang apa. Ayu menoleh, hembusan angin menerpa wajahnya. Bastian tersenyum manis, menyalakan kipas angin portabel mini untuknya.
"Gerah kan lo?"
Jangankan Bastian, siapa pun pasti bisa mengetahui apa yang Ayu rasakan saat ini. Lihat saja, wajahnya sudah memerah bak tomat siap panen.
"Lo ambil di mana? Beli?" tanya Ayu.
"Udah nih pegang gak usah banyak nanya." Bastian memberikan kipas itu, ia sibuk mengambil sesuatu dari paper bagnya.
"Tadi liat ini langsung keinget lo, gue pakein ya?" tanya Bastian memperlihatkan sebuah jepit rambut.
"Eh gak usah Bas, gue gak su ..." Belum sempat Ayu menyelesaikan ucapannya, Bastian langsung memakaikan jepit itu di rambutnya.
Satu detik, dua detik.
Jarak keduanya begitu dekat, kejadian tempo hari lalu di kantin kampus kembali terputar di kepala Ayu. Saat itu, ia dan Bastian juga sedekat ini, bahkan wangi parfum laki-laki itu pun masih sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KASIH MASAYU [ON GOING]
Romance"So, we can be friend?" "Gue maunya kita pacaran. Orang tua gue kan udah terlanjur ngenal lo sebagai pacar gue." Kekonyolan yang Ayu ciptakan sendiri tak disangka mampu membawanya menemukan arti cinta yang sejati. Namun, seberapa sulitkah jalan yang...