08. SEBASTIAN MATTHEW WIBISONO

15 14 0
                                    

     Bastian melajukan motornya mencari-cari pedagang kaki lima yang kira-kira Ayu mau makan di sana. Hingga pilihannya jatuh di kedai seblak prasmanan di area sekolah SMA yang sudah pasti banyak pedagang-pedagang makanan lain juga. Ayu turun dari motor, dan melepaskan helmnya. Bastian yang sudah memarkirkan motor bertanya padanya ingin makan apa.

"Gak tau, kita liat-liat aja dulu," jawab Ayu.

"Oke," ucap Bastian menyetujui.

"Ini helmnya gue taro di sini ya."

"Jangan," sela Bastian saat Ayu ingin menggantungkan helmnya di stang motor Bastian.

"Kenapa?"

"Takut ada yang nyuri."

Ayu terkekeh, "Motor aja keren, harga selangit, giliran helm yang gak seberapa takut banget kecolongan."

"Enggak," jawab Bastian menggeleng.

"Terus?"

"Iya takut aja, nanti kalo ilang terus misalnya kita kecelakaan gimana?"

"Jadi demi keselamatan gue nih ceritanya."

"Et jangan kegeeran dulu. Gini nih ya, misalnya kita kecelakaan, terus lagi gak pake helm, terus misalnya lo meninggal gimana?"

"Iya itu demi keselamatan gue kan?" tanya Ayu lagi memastikan.

"Di bilangin jangan kegeeran dulu. Kan kalo lo gak ada dan akhirnya gue kesepian, bahkan sampai mau bunuh diri gimana? So, I just love myself."

*Jadi sebenernya gue sayang sama diri gue sendiri.

Ayu tergelak mendengar jawaban aneh Bastian, "Terserah! Nih bawain, gue gak bisa, bisa pegel tangan gue lama-lama."

"Nah kalo itu boleh banget, sini," seru Bastian mengambil alih helm yang dipakai Ayu.

Sejurus kemudian tangannya bergerak menggenggam jari-jemari Ayu yang kosong, "jadinya kan tangan lo bisa gue pegang," ucapnya sambil menaik turunkan alisnya.

"Udah ayo, laper gue," ajak Ayu.

Otak-otak, telor gulung, martabak manis mini, dan sekantong plastik snack memenuhi tangan mungil Ayu. Semua pedagang yang sedang mangkal dia datangi.

"Bu seblaknya dua," ucap Bastian begitu mereka kembali.

"Iya itu ambil aja Bang, mangkoknya di sana," jawab Ibu pemilik kedai.

Bastian mulai mengambil beberapa jenis kerupuk untuk seblaknya.

"Perasaan gue gak minta dibeliin seblak," cicit Ayu takut terdengar oleh si Ibu penjual seblak.

"Kita udah parkir di lahannya dia, masa iya kita gak beli," jawab Bastian setengah berbisik.

Ayu mengangguk-angguk dengan mulut yang membulat, kemudian mengikuti Bastian memilih beberapa toping seblak. Untung kedai sedang ramai jadi Ibu itu tidak memerhatikan mereka. Begitu selesai, mereka duduk di meja yang kosong. Ayu mulai melahap jajanan-jajanan yang dibelinya tadi, menunggu seblaknya matang.

"Enak?" tanya Bastian ikut mengambil setusuk telor gulung.

"Lumayan," jawab Ayu.

Bastian berdehem, "Lo suka ya sama Dikta," tanyanya.

Ayu berhenti mengunyah makanannya, matanya mengerling menimbang jawaban tepat apa yang akan dia berikan untuk Bastian. Dia memang menyukai Dikta, tapi tidak mungkin juga kan dia mengatakan itu.

"Gue deket doang kok sama dia. Masalah itu gue udah bilang kan sama lo kalo gue bener-bener lupa."

"Sebegitu gak pentingnya ya gue, sampai gue ngilang pun lo gak inget."

KISAH KASIH MASAYU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang