21. EAGLE EYE

3 4 0
                                    


    "Astaghfirullah Masayu! Bunda pikir téh warnanya gak sengejreng ini ampun," cerocos Kinanti melihat rambut anaknya yang sudah berwarna ungu.

"Ya kan tadi kata Bunda boleh," jawab Ayu membela diri, mendudukkan diri di sofa.

"Énya tapi teu ungu ogé kali. Ah tau ah, Bunda mah kesel da, kamu mah gak pernah dengerin Bunda."

"Iya tapi kan udah Bun, mau gimana lagi."

Perdebatan kedua wanita itu berlanjut panjang membuat Dikta canggung sendiri. Andai saja dia tahu Kinanti tidak suka, dia pasti akan melarang Ayu tadi. Tapi, apa boleh buat, benar kata Ayu, nasi sudah menjadi bubur. Warna rambut Ayu sudah berubah menjadi ungu, mau diperdebatkan sampai mulut berbusa pun tak akan bisa merubah keadaan.

"Bastian gimana Yu? Udah ada kabar belum?" Abimanyu menghampiri mereka menghentikan perdebatan diantara ibu dan anak itu.

"Belum Yah, gak boleh pegang hp banget soalnya. Tapi Ayu seneng sih itu tandanya dia masih lolos ke tahap-tahap selanjutnya," jawab Ayu dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Emangnya kamu gak kangen?"

Senyuman gadis itu perlahan memudar, "Kangen sih Yah, tapi mau gimana lagi. Ayu bakalan dukung Bastian pokoknya."

"UTS kamu gimana? Lancar gak?"

"Lancar kok Yah, ya walaupun kadang nemu soal-soal yang bikin pusing," jawab Ayu jujur menceritakan kesulitannya.

"Kalo kamu, kuliah kamu gimana Dikta?"

"Baik-baik aja kok Om. Ngomong-ngomong rotinya enak Tan, makasih." Kinanti yang sibuk merengut sambil meneliti rambut Ayu, menanggapinya dengan senyuman terpaksa.

"Besok mau jam berapa main volinya?" tanya Ayu mengingatkan rencana mereka berdua esok hari.

"Gak tau, belum nanya anak-anak. Nanti deh aku jemput ke kampus pokoknya."

"Dikta kamu téh, emangnya gak punya pacar atau gebetan gitu? Mainnya sama Ayu terus. Ayu téh kan udah pacaran sama Bastian." Kepalang kesal karena Masayu, Kinanti mulai mengeluarkan unek-uneknya. Menurutnya, anaknya itu terlalu dekat dengan Dikta.

Dikta jelas terkejut dengan pertanyaan menohok itu, dia terdiam membisu tidak bisa menjawab.

"Apaan sih Bun kok ngomongnya gitu?"

"Eh iya udah Tante Om, Dikta permisi pulang dulu," ucap Dikta mengulurkan tangannya meminta tangan Kinanti untuk disalami.

Kinanti hanya berdehem memberikan tangannya tanpa senyuman sedikit pun, baru kali ini dia memperlakukan Dikta seperti itu.

"Makasih udah anterin Ayu pulang ya Dikta, ati-ati pulangnya," pesan Abimanyu saat Dikta menyalami tangannya.

"Iya Ati-ati ya Ta."

Dikta mengangguk tersenyum, "Assalamualaikum," ucapnya pergi.

"Waalaikumsalam."

"Bunda apaan sih tadi ngomong kayak gitu, kasian tau Dikta tuh baik banget sama Ayu masih aja digituin," protes Ayu saat Dikta sepenuhnya sudah tak terlihat lagi.

"Iya emang baik banget. Jangan-jangan dia suka lagi sama kamu."

Ayu tertegun dengan ucapan Kinanti, dia tahu laki-laki itu memang menyukainya tapi tidak dengannya. Jadi menurutnya semua akan baik-baik saja. Terlepas dari Dikta menyukainya atau tidak.





****




    "Tungguin di sini ya Yu, gue main dulu," ucap Dikta meninggalkan Ayu setelah membantu gadis itu menemukan tempat duduknya. Hari ini dia ingin menunjukkan kemampuan kepada Masayu, kebetulan saja anggota klub bola voli kampus lain mengajaknya bertanding.

KISAH KASIH MASAYU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang