02. HERO

33 21 2
                                    


Seng seng, bunyi sodet dan wajan beradu menumis bumbu. Jeusss dua buah telur yang sudah dipecahkan mendarat di wajan panas, seng seng, Rojali kembali melanjutkan aktivitasnya. Ia mengorak-arik telur, menambah nasi, sosis dan sayur-sayuran serta topping lain untuk Nasi Goreng. Aroma lezat menyeruak membuat perut Ayu semakin keroncongan.

"Nih Neng, dua porsi nasi goreng spesial siap diangkut," seru Rojali pedangan Nasi Goreng langgangan anak-anak Kos Melati.

"Dibungkus aja Beh, saya males nanti nganterin piringnya," pinta Nadhira.

"Oh dibungkus. Ngomong dong dari tadi," gerutu pria paru baya itu.

"Hehe maaf ya Beh, lupa bilang."

"Iye iye gapapa dah, gue bungkusin buat lo berdua." Rojali bergegas membungkus pesanan Ayu dan Nadhira.

"Ngomong-ngomong gak pada pulang nih? Besok hari minggu, weekend. Ngumpul-ngumpul bareng keluarga," tanyanya kepada Ayu dan Nadhira.

"Oh, kita mah enggak sih Beh, bukan 'Anak Mami' soalnya," jawab Nadhira sambil cengengesan menyenggol bahu Ayu yang duduk merokok di sebelahnya.

"Alah palingan juga uang bulanannya masih banyak ini mah. Dompetnya belum kering, ya Neng ya," gurau Rojali.

"Si Babeh tau aja Beh," jawab Nadhira cengengesan.

Di saat Nadhira dan Babeh Rojali sibuk mengobrol, Ayu terlihat grasak-grusuk merogoh sesuatu dari kolong bangkunya.

"Ah elah pengalaman Neng. Gak mau pulang kalo lagi ada duit, kalo udah gak punya, udah susah, baru inget pulang," ujar Babeh Rojali menyodorkan sekantong plastik nasi goreng.

"Iya Beh. Ya udah ya Beh kita duluan, makasih nasi gorengnya," ucap Nadhira memberikan beberapa lembar uang.

"Beh ini, saya juga ada sedikit, tolong diterima ya Beh." Ayu ikut memberikan sesuatu, bahkan ia langsung mengepalkan pemberiannya pada genggaman Rojali.

"Apaan nih Neng?"

Tentu saja Rojali penasaran, dibukalah kepalan tangannya secara perlahan. Sementara, Ayu menarik tangan Nadhira melarikan diri menghindari ocehan Babeh Rojali.

"Duluan ya Beh," teriaknya.

Rojali mulai membuka lintingan kertas yang ternyata adalah uang, "Alhamdu..., eh lah kok ada gambar Barbienya?" ia mendongak hendak bertanya kepada Ayu, "Neng ini..., lah kemana tuh bocah?" gumamnya tak mendapati Ayu maupun Nadhira di dekatnya.

"Maaf Beh becanda!!" teriak Ayu dari balkon lantai satu kosan.

"Lain kali jangan gambar Barbie Neng gambar Naruto aja, siapa tahu bisa jadi banyak gara-gara Narutonya pake jurus seribu bayangan!" teriak Rojali menanggapi Ayu dengan candaan juga.

Jawaban yang diberikan Babeh Rojali membuat Ayu tertawa terpingkal-pingkal. Pak Tua itu memiliki selera humor yang lumayan juga.

"Ngapa lo Li teriak-teriak?"

"Enggak itu Si Ayu, ngasih uang mainan," jawab Rojali kepada bapak-bapak berkumis baplang yang menghampirinya.

"Gak punya sopan santun emang tuh anak."

"Ya namanya juga bocah," jawab Rojali memaklumi sikap Ayu, "nasi gorengnya mau berapa nih? Dua? Satu?"

"Iya biasa dua aja dibungkus."

****

"Yu, Yu berhenti Yu, capek gue," pinta Nadhira pada Ayu yang sudah sampai di depan pintu kamarnya.

"Adududuh, sakit perut gue woy," keluh Ayu cengengesan memegangi perutnya.

"Lagian, lo tuh ngasih apa sih ke Babeh Rojali sampe harus lari-larian, ini udah malem woy, gue capek lari ke lantai dua." Nadhira tepar di lorong gelap lantai ini. Malam minggu memang terbilang cukup sepi apalagi di lantai dua, rata-rata penghuninya pulang kampung.

KISAH KASIH MASAYU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang