04. STATUS

32 19 5
                                    

     Ayu membereskan alat-alat make up yang sudah ia gunakan. Hari ini ia dihebohkan oleh tetangga kosnya yang tiba-tiba meminta untuk di dandani. Walaupun terkenal jorok, dan tomboy, tetapi Ayu hanyalah manusia biasa yang memiliki kelebihan, ia mempunyai bakat merias yang cukup baik. Bahkan Nadhira bilang jika di masa depan Ayu harus menjadi MUA, sayang sekali jika bakatnya dibiarkan begitu saja.

"Keren Yu! Cakep banget gue," ucap tetangga kosnya, memuji Masayu karena kepiawaiannya merias wajah.

"Enggaklah itu mah emang lo nya aja udah cantik dari lahir," jawab Ayu yang merasa hasil make upnya biasa-biasa saja.

Nadhira berdecak kagum," Enggak Yu, ini tuh emang bakat lo banget. Gue jadi pengen kapan-kapan didandanin lo."

"Dandan aja sendiri Nadh, tangan gue terlalu mahal. Gue gak mau dandanin lo gitu aja."

"Sok jual mahal lo. Tantri aja lo kasih gratisan!"

Ayu tak menghiraukan Nadhira, dia berjalan keluar dari kamar kos Tantri.

"Ya udahlah ya, gue duluan," pamitnya.

"Iya makasih banget ya Yu. Pokoknya nih ya kalo lo butuh bantuan, kasih tau gue aja. Oke?"

"Iya, gampanglah itu mah," jawab Ayu menautkan jari telunjuk dan jempolnya membentuk huruf 'O'.

"Gue juga duluan deh ya. Mau ngampus nih. Yuk ah Yu, entar telat lagi," ajak Nadhira menggandeng lengan Ayu.

"Bentar Nadh, gue nyimpen ini dulu," ucap Ayu melepaskan tangan Nadhira.

"Udah sini gue aja yang simpen. Mana kunci kamar lo?"

Ayu memberikan kuncinya, "Makasih Nadh, baik banget sih lo."

"Jangan kegeraan deh. Bisa lama nungguin lo tau. Kaki lo pincang gitu!"

Hati Ayu mencelos, baru saja ingin bersyukur karena memiliki sahabat baik seperti Nadhira, tetapi ternyata itu semua hanyalah ekspektasinya saja yang terlalu tinggi.



****



     "Nadh, Nadhira," teriak seorang lelaki bertubuh atletis dari parkiran kos, menghampiri Nadhira dan juga Ayu.

Ayu yang sedang menghisap rokok, tiba-tiba berhenti, "Itu bukannya cowok yang kemaren?" tanyanya dalam hati.

"Loh Kak Dikta, ngapain di sini?" tanya Nadhira.

"Tante Indira nyuruh gue ke sini, katanya ada urusan penting. Kemarin gue udah ke sini buat jemput lo, tapi lo nya ga ada."

Nadhira menggeleng, "Ada apa Kak, gue kan kuliah."

"Ini penting Nadh, urgent," bujuk Dikta.

"Morning. Guys!" sapa Bastian yang baru datang dengan motor sportnya.

Nadhira memicingkan matanya menggoda Bastian, "Cie, lagi kasmaran nih ceritanya. Pepet terus deh, jangan kasih kendor!"

"Siap!" jawab Bastian terkekeh.

"Yu, ngelamun aja lo!" sikut Nadhira.

"Eh kenapa, lo jemput gue?" tanya Ayu pada Bastian. Sedari tadi ia tak mendengar obrolan Nadhira dan Bastian karena sibuk mencuri-curi pandang melihat Dikta. Ayu rasa ia jatuh cinta pada pandangan pertama, sejak kemarin pria itu menarik perhatiannya.

"Iya dong. Masa jemput Nadhira."

"Ekhem" Deheman Dikta, membuat perhatian semua orang tertuju kepadanya.

"Oh iya, guys, kenalin. Ini Kak Dikta, kakak kandungnya Kak Gibran, sepupu gue," ucap Nadhira.

"Hai. Kenalin. Gue Bastian."

KISAH KASIH MASAYU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang