'Bunda tadi nganterin temen Bunda beli cincin buat tunangan anaknya, kamu apa gak pengen dibeliin cincin juga sama Bunda. Coba atuh tanyain ke si Bastian, dia mau gak cepet-cepet tunangan sama kamu.'
Ayu teringat chat dari Bundanya yang terkesan begitu terburu-buru, belum genap sebulan dia mengenalkan Bastian kepada orang tuanya. Dia bingung, dan tak tahu harus bagaimana? Awalnya dia pikir tidak akan serumit ini. Bundanya semakin serius menanggapi hubungannya dengan Bastian. Bastian juga terlihat seperti itu, sedangkan dirinya masih belum nyaman dan yakin dengan situasi seperti ini walaupun sudah mau menerima Bastian.
Bayang-bayang Dikta, selalu menghantuinya. Chat dari pria itu selalu muncul setiap malam. Hampir setiap hari waktu quality timenya dengan Nadhira terganggu karena kehadiran Dikta yang tiba-tiba muncul dan ikut bergabung, apalagi ketika tidak ada Bastian. Semakin dia mencoba menerima Bastian, semakin besar juga keinginannya untuk memiliki Dikta. Di satu sisi dia ingin bersama Dikta tapi di sisi lain dia selalu teringat kepada Bastian. Ayu tidak sejahat itu hingga tega membiarkan Bastian menderita karena keegoisannya.
"Eh Ayu, pacar lo berantem tuh di bawah," seru seseorang membuyarkan lamunannya.
"Hah kenapa?" tanya Ayu pada Nita tetangga sebelahnya.
"Itu pacar lo lagi berantem dibawah."
Bahkan teman kosnya pun mengenali Bastian sebagai pacarnya.
"Hah kok bisa?"
"Tau," jawab Nita mengangkat bahunya.
Tak memperdulikan apapun lagi, Ayu berlari menuju parkiran. Kenapa dengan Bastian? Lelaki itu berkelahi dengan siapa?
"Eh gue gak salah ya!"
Suara Bastian mulai terdengar, lelaki itu sedang membela diri.
"Lo ngerti tanggung jawab kan? Jadi ganti, gak usah banyak alesan."
"Gue bakalan ganti rugi kalau gue salah!"
Ternyata Dikta, lelaki itu lawan bicara Bastian yang Nita maksud.
"Lo kalau miskin gak usah banyak gaya deh!"
Dikta yang merasa terhina dikatai miskin, meninju wajah Bastian dengan keras sampai lelaki itu terhuyung ke tanah.
"Kurang ajar!"
Bastian membalas pukulan Dikta. Ia balik memukul wajah lelaki itu. Ketegangan terus berlanjut karena Dikta tak juga mau mengalah.
"Eh stop stop! Kalian ini kenapa sih?" seru Ayu mencegah Bastian, "kenapa ini? Ada apa?"
"Dia duluan tuh Yang," jawab Bastian mengadu pada Ayu.
"Lo kali yang duluan. Gara-gara lo, mobil gue baret," sanggah Dikta membela diri.
"I've told you that it's not my mistake!" balas Bastian tak mau kalah.
*Aku udah bilang sama kamu, bukan aku yang salah!
"Aduh udah deh stop. Bas, coba jelasin," pinta Ayu meminta penjelasan.
"Aku baru nyampe Yang, aku coba maju mundurin mobil karena gak muat buat parkir disini. Eh dia dateng gak liat-liat terus nabrak dari belakang," jawab Bastian menceritakan kejadian tadi.
"Gue gak nabrak lo, lo aja yang gak liat, jelas-jelas ada kok mobil dibelakang lo." Dikta bersih keras mengatakan bahwa Bastian bersalah.
"Aturannya lo lah yang ngalah, lo kan liat gue lagi susah buat parkir. Harusnya lo ngehindarin gue bukan malah nyamperin."
"Ya gue juga kan gak liat lo, gue lagi nyari lahan parkir juga."
"Ya udah, berarti kalian berdua yang salah," bentak Ayu memahami duduk permasalahannya bagaimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KASIH MASAYU [ON GOING]
Romansa"So, we can be friend?" "Gue maunya kita pacaran. Orang tua gue kan udah terlanjur ngenal lo sebagai pacar gue." Kekonyolan yang Ayu ciptakan sendiri tak disangka mampu membawanya menemukan arti cinta yang sejati. Namun, seberapa sulitkah jalan yang...