15. BASTIAN VS DIKTA 2

7 9 0
                                    

     Bastian berlari di koridor rumah sakit. Perasaan bahagianya benar-benar berubah drastis menjadi kesedihan begitu mendapat kabar bahwa Ayu, kekasih tercintanya mengalami kecelakaan. Begitu menemukan ruangan Ayu, dia mendorong pintu kayu itu dengan kasar, membuat semua orang melihat ke arahnya. Laki-laki itu mematung, melihat Ayu terbaring lemah di atas ranjang.

"Bas lo di sini," ucap Nadhira.

"Ayu kenapa Nadh, jelasin ke gue dia kenapa bisa kayak gini? What's happen? I can't believe it. A few moments ago I still talked to her!" Tangis yang sedari tadi dia pendam akhirnya pecah.

*Apa yang terjadi? Aku tidak percaya ini. Beberapa saat yang lalu aku masih berbicara dengannya.

"Maafin gue Bas. Ayu tadi berangkat ke kampus sendirian, gue dapet kabar dari sini. Kalo katanya dia di tabrak lari."

Laki-laki itu mengacak rambutnya kasar mendengar penjelasan Nadhira, "Siapa pelakunya? Gue mesti cari orang itu!" ucapnya hendak pergi.

"Bas," panggil Ayu, membuat Bastian menghentikan langkahnya.

"Hey! Are you okay Honey?" tanyanya bergegas menghampiri Ayu.

"I'm fine. Gimana audisinya lancar?" tanya Ayu sekuat mungkin untuk tersenyum.

"Gak usah peduliin aku, yang terpenting itu kamu. Gimana keadaan kamu, apa kata dokter? Nadh apa kata dokter?"

"Tulang kaki kirinya patah Bas," jawab Nadhira takut membuat Bastian marah.

Bastian diam memandangi kaki Ayu yang di balut gips, dia tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya merasa bersalah, karena tidak bisa menjaga dan melindungi Ayu dengan baik.

"Ini udah malem Nadh, lo pulang aja. Biar Ayu gue yang jagain."

"Iya Nadh mending lo pulang, istirahat," timpal Ayu.

"Iya udah gue pulang dulu ya. Besok gue ke sini lagi Yu. Lo cepet sembuh ya." Nadhira pergi bersama Rey meninggalkan mereka berdua.

"Coba ceritain sama aku gimana tadi audisinya," pinta Ayu lagi dan lagi.

Bastian yang kebingungan hanya diam, dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Gimana?"

"Aku lolos," jawab Bastian yang tak henti-henti mengelus-ngelus kepala Ayu sedari tadi.

Merasa bahagia, Ayu hendak bangkit memeluk Bastian, tapi sikutnya tidak bisa dijadikan tumpuan, lengannya pun terasa nyeri karena selang infus yang tertanam di tangannya.

"Eh, gak, gak usah bangun kamu diem aja," cegah Bastian.

"Aku seneng dengernya, terus gimana? Kapan kamu mulai di karantina?"

Ucapan Ayu membuat Bastian tersentak, jika dia pergi dan melanjutkan audisinya bagaimana dengan Ayu, siapa yang akan menjaga dia. Tapi jika dia menyerah, bagaimana dengan teman-temannya mereka pasti akan kecewa. "Gak usah mikirin itu, aku takut banget kamu kenapa-kenapa. Aku panggilin dokter ya."

"Tadi dokter baru aja dateng, bosen ah ketemunya sama dokter terus." Ayu mengusap wajah Bastian yang basah karena menangis, "seriusan kamu nangis cuma karena aku kayak gini," kekehnya.

"Aku kaget banget tadi. Rasanya kayak mau kiamat."

"Kayak kiamat. Emangnya kamu tau gimana rasanya kiamat!"

"Aku khawatir sama kamu!"

Melihat Bastian gelisah, Ayu tersenyum menggenggam tangan laki-laki itu, "Aku gapapa. Like you can see, right?"

KISAH KASIH MASAYU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang