22. PERJUANGAN

2 3 1
                                    

     Hari ini Ayu diperbolehkan melepaskan gips yang melekat di kakinya, Dikta lah yang mengantarnya check up ke rumah sakit. Sedangkan Kinanti, sedang tidak bisa mengantarnya karena ada keperluan lain.

"Hati-hati Yu, jalannya," ujar Dikta yang sedang membopongnya.

"Ini juga pelan-pelan Ta, kalo pelan lagi namanya bukan jalan tapi ngesot."

Kekehan kecil keluar dari mulut Dikta, "Iya deh terserah."

"Pengen makan bubur dong Ta, cari makan yuk."

Laki-laki itu terperanjat kaget dengan permintaan Ayu, mana ada tukang bubur yang masih mangkal di siang hari bolong begini, "Jangan bubur yang lain aja."

Ayu berhenti berjalan bibir mengerucut tertekuk, "Gue maunya bubur. Titik."

"Gak ada tukang bubur di jam segini Yu."

"Ya gak mau tau, cariin."

Helaan nafas kasar tak mampu tertahan lagi oleh Dikta, "Kita cari yang lain aja ya. Bakso gitu atau yang lain."

Masih teguh dengan pendiriannya Ayu tetap menginginkan bubur ayam, "Gak mau. Maunya bubur."

"Ya udah iya bubur, masuk mobil dulu cepetan, "ajak Dikta mengajaknya berjalan lagi.

"Tapi bener ya makan bubur lo ya."

"Iya iya bawel," ucap Dikta mencolek hidung Ayu.

Begitu sampai di mobil Dikta berusaha membujuk Ayu agar mau makan makanan yang lain. Bukannya dia tidak mau mewujudkan permintaan gadis itu, hanya saja, saat ini permintaan Ayu sedikit aneh dan memang sulit untuk dikabulkan.

"Bakso aja ya, ini kita udah muter-muter dari tadi gak nemu nemu tukang bubur soalnya."

"Pasti ada kok cari lagi di depan."

"Gak bakalan ada Yu, udah deh nurut, mending makan yang lain."

"Enggak," jawab Ayu dengan nada ketus. Sepertinya dia juga mulai frustasi juga karena tak menemukan satu pun tukang bubur sedari tadi.

"Ya udah deh tunggu dulu sini ya bentar," ucap Dikta menghentikan mobilnya di sebuah minimarket.

"Mau kemana?"

"Katanya mau bubur. Udah tunggu dulu sini," pesan Dikta sebelum akhirnya pergi meninggalkan Ayu sendirian.

Cincin berlian yang mengkilap di jari manisnya, mengalihkan perhatian Ayu. Semalam, dia tidak bisa tertidur karena memikirkan Bastian. Bagaimana dengan kabar pria itu? Apakah semuanya berjalan lancar atau tidak? Apakah pria itu makan dengan benar atau tidak? Atau yang lebih parahnya lagi, apakah pria itu sedang terpikat dengan perempuan lain yang ada bersamanya? Sungguh, dia benar-benar merindukan Bastian, sudah satu bulan lamanya mereka tidak bertemu. Lama sekali laki-laki itu pergi darinya.

Handphone mahalnya bergerak ke sana ke mari mengikuti posenya yang sedang mengambil foto selfie. Kepala miring ke kiri, bibir mengerucut imut, hingga foto kakinya yang tak memakai gips lagi sudah dia ambil. Dirasa tidak cukup, Ayu mengambil sebuah foto lagi. Foto dirinya yang sedang memeletkan lidah hingga membuat gigi gingsulnya terlihat lengkap dengan jari tangan yang mengacung membentuk huruf 'V'.

'Kamu lagi apa? aku kangen.'

'Hari ini aku ke dokter buat lepas gips, biar bisa cepet jalan lagi. Kayaknya pas kamu pulang aku udah bisa lari-larian lagi'

Ayu tak pernah absen memberikan kabarnya kepada sang pacar, dia tidak ingin laki-laki itu berpikiran yang tidak-tidak saat mereka sedang tidak bersama. Gadis itu tak ingin hubungan perdananya yang baru seumur jagung itu harus kandas hanya karena alasan yang tak jelas. Hubungan jarak jauh bukanlah hal yang berat, dia akan menghadapi apapun agar bisa terus bersama Bastian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAH KASIH MASAYU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang