Hari semakin siang, matahari sedang terik-teriknya di luaran sana. Sementara di sini, dengan nikmatnya Ayu sedang memakan buah-buahan yang di bawakan Sarah kemarin, tenggorokannya terasa segar dan dingin.
Bastian dan teman-temannya sibuk bermain game sejak mereka datang, kerusuhan-kerusuhan tidak jelas yang mereka buat memecah keheningan di ruangan Ayu sejak tadi.
"Ayu! Gue kangen!" seru Nadhira sedikit berteriak dan berlari memasuki ruangan. Membuat semua orang menatapnya.
Dengan cepat, Ayu merentangkan kedua tangan menyambut kedatangan sahabatnya itu.
"Lo gapapa kan? Udah mendingan kan?" tanya Nadhira.
"Iya. Paling besok juga pulang gue," jawab Ayu dengan percaya diri. Padahal rasa sakit di kakinya belum juga mereda.
"Makan aja masih susah gimana mau pulang cepet," timpal Bastian.
"Iya siapa tau bisa."
Di belakang Nadhira, Dikta terlihat mengekor, tangannya memegang seikat bunga mawar merah muda yang cantik.
"Hai!" sapanya."Hai!" balas Ayu.
"Eh masih di sini lo Bas?" tanya Nadhira yang sudah duduk manis di samping Ayu.
"Iya. Pulang ngampus lo?"
"Iya, bentar lagi ujian sih gue gak bisa banyak bolos jadinya," keluh gadis berambut panjang terurai itu.
"Kenalin. Temen-temen gue," ucap Bastian memperkenalkan teman-temannya satu percaya. Mereka berdiri mengikuti Bastian memperkenalkan diri kepada Nadhira dan Dikta, kemudian duduk kembali di sofa.
"Eh Yu, aku bawain bunga." Dengan percaya diri Dikta memberikan bunganya kepada Ayu, bahkan saat Bastian ada di dekat mereka. Percaya dirinya meningkat saat Nadhira mengatakan bahwa Bastian pasti tidak bisa menemani Ayu lebih lama lagi karena harus segera pergi untuk karantina.
"Hah!" Dengan ragu Ayu melirik ke arah Bastian. Laki-laki itu mengangguk dan tersenyum memberikan izin kepadanya.
"Suka gak?" tanya Dikta begitu Ayu menerima bunganya.
Gadis itu menghirup bunga yang dibawa Dikta sekilas kemudian berkata dia menyukainya dan menyimpan bunga itu di atas lemari kecil samping tempat tidurnya.
"Siapanya Ayu tuh?" bisik Rizki bertanya kepada Bastian.
"Fans. Biasalah," jawab Bastian tak kalah berbisik membuat teman-temannya membulatkan mulut sambil mengangguk-anggukan kepala.
"Eh lanjut mabar lagi ayo!" ajak Teguh.
"Mau ikutan gak Ta?" tanya Bastian kepada Dikta, dia sedang tidak ingin berdebat ataupun bertengkar dengan Dikta sejak kemarin.
"Enggak usah Bas. Lo pada aja yang main!"
"Lo ngerokok? Mau gak?" Rizki menawarkan rokoknya mencoba mengakrabkan diri kepada Dikta.
"Eh gak boleh ngerokok kali di sini. Orang si Ayu lagi sakit," serobot Nadhira.
"Enggak papa Nadh, gue emang ngizinin mereka," jawab Ayu.
"Iya, kita buka juga jendelanya biar asepnya keluar. Ambil aja Ta, kalo mau," ujar Bastian menaruh sebungkus rokok di atas meja.
"Gak usah. Gue gak ngerokok."
Jawaban Dikta membuat para lelaki yang ada di sana tertegun, bahkan Jefri mulai berbisik menggibahinya. Para laki-laki itu tidak jadi bermain game, mereka memerhatikan Dikta dengan sebatang rokok di tangan masing-masing.
Dikta memilih duduk di kursi yang berada di samping ranjang Ayu yang membelakangi Bastian,"Kamu lagi makan buah ya tadi. Mau lagi gak, aku bantu potongin."
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KASIH MASAYU [ON GOING]
Romance"So, we can be friend?" "Gue maunya kita pacaran. Orang tua gue kan udah terlanjur ngenal lo sebagai pacar gue." Kekonyolan yang Ayu ciptakan sendiri tak disangka mampu membawanya menemukan arti cinta yang sejati. Namun, seberapa sulitkah jalan yang...