Asap rokok mengudara diantara bintang-bintang langit Kota Jakarta, Ayu pelakunya. Ia duduk sendirian di bangku taman, matanya kosong menatap langit. Duduk bersandar dengan sebelah lengan ia letakkan di sandaran kursi, kaki jenjang berhigh heelsnya juga sedikit ngangkang. Ayu terlihat sangat urakan. Hal itu membuat apapun yang ia kenakan menjadi bumerang. Long dress, make up dan segala accesorisnya itu malah membuatnya malu. Coba saja ia berpenampilan seperti biasa, hanya mengenakan kemeja atau kaos, pasti tidak akan separah ini.
"Penampilan sih oke cuma kok attitudenya gitu ya, bad banget," cibir seorang wanita yang duduk tak jauh darinya.
"Untung kamu gak kayak gitu Beb, bisa gila aku," jawab pacar wanita tersebut menimpali.
Ayu merasa stress. Sejak tadi pagi suasana hatinya tidak baik. Ada saja hal yang membuatnya kesal. Hingga akhirnya kekesalannya memuncak kepada Kinanti. Tadi sore, ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya, menepati janjinya dengan Bastian kepada Kinanti. Tapi, bukannya sambutan hangat yang ia dapatkan, bundanya itu malah mencecarnya dengan seribu pertanyaan karena Bastian yang tidak ikut bersamanya.
Bukankah seharusnya, walaupun hanya dirinya yang datang, bundanya itu tetap akan memperlakukannya dengan baik. Kinanti jelas tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk bisa menemuinya. Ayu harus rela pulang dulu ke kosan dan berdadan menggunakan pakaian yang menurutnya sangat tidak nyaman itu bahkan setelah seharian di hajar habis-habisan oleh para dosen killernya.
"Bastian gak bisa dateng karena sibuk ngeband Bun, dia mau bandnya ikutan audisi," tuturnya dengan jujur.
"Bohong, ini mah pasti ada sesuatu nya kamu si Bastian teh, maénya si Bastian gak mau ke sini terus malah mentingin bandnya. Ini pasti gara-gara kamu bikin ulah sama dia, iya?" cecar Kinanti menuduhnya.
*Masa.
"Enggak Bun. Bastian kan punya kesibukannya sendiri, masa harus bareng-bareng sama aku terus." Jawaban yang diberikan Ayu sebenarnya masuk akal, bagaimana bisa dia dan Bastian harus selalu bersama, mereka bahkan bukan sepasang suami-isteri.
"Iya masa di suruh ke sini aja gak mau. Mun énya sibuk si Bastian téh kan bisa mereun nganterin kamu ke sini, terus minta izin sama Bunda. Ini Bunda téh mau ngomong penting sama kalian."
*Kalo iya si Bastian sibuk, kan bisa nganterin kamu ke sini.
"Bun, Bastian juga punya kemauannya sendiri, dia gak bisa terus-terusan ngedahuluin kepentingan aku. Bisa gak, Bunda tuh gak usah ikut campur urusan aku sama Bastian," ucap Ayu dengan nada bicara yang sedikit meninggi. Bundanya itu benar-benar tidak tahu bagaimana effort yang Bastian berikan kepadanya selama ini.
"Eh ngalawan kitu ka Bunda! Jelas atuh Bunda berhak ikut campur, emangna kamu téh mau salah jodo, mau salah milih suami?"
"Eh ngelawan gitu sama Bunda! Jelas di sini Bunda berhak ikut campur, emangnya kamu mau salah pilih jodoh, salah pilih suami!"
"Ya tapi Bun ...,"
"Saha nu ngajarkeun kamu ngomong kasar gitu sama Bunda téh saha?"
*Siapa yang ngajarin kamu ngomong kasar gitu sama Bunda tuh siapa?
Ayu menghembuskan nafasnya kasar, "Iya maaf Bun, janji gak kayak gitu lagi."
Perdebatan mereka kembali tersulut begitu Kinanti menyuruhnya menelfon Bastian, tetapi jawaban yang Bastian berikan malah membuat Kinanti semakin marah kepadanya, 'Kenapa Yang, sorry aku lagi sibuk, jangan telfon dulu'. Ayu dituduh berbuat yang tidak-tidak sehingga membuat Bastian marah dan tidak ingin berbicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KASIH MASAYU [ON GOING]
Dragoste"So, we can be friend?" "Gue maunya kita pacaran. Orang tua gue kan udah terlanjur ngenal lo sebagai pacar gue." Kekonyolan yang Ayu ciptakan sendiri tak disangka mampu membawanya menemukan arti cinta yang sejati. Namun, seberapa sulitkah jalan yang...