~ Part 35 Goodbye Heaven ~

361 19 5
                                    

Semenjak pertikaian mereka hari itu hubungan pertemanan mereka mulai merenggang. Tidak ada kata ngumpul bareng lagi atau nongki yang biasanya selali mereka lakukan. Semuanya sibuk dengan urusan mereka masing masing. Terlebih lagi Jora, Gerald, dan juga Satria yang menempuh pendidikan mereka di Sma Batavia berbeda dengan Verren yang bersekolah di Sma Rajawali menjadi salah satu kendala mereka jarang bertemu.

Sudah 3 hari berlalu Verren masih dibuat uring uringan oleh perasaannya sendiri. Kadang sedih memikirkan Aizha lalu berganti kecewa dengan sikap Heaven beberapa hari lalu itu. Terakhir, marah karena teror gajelas yang tak kunjung kelar itu. Jujur, ia belum percaya sepenuhnya jika Heaven yang ada dibalik semua itu. TAPI SIAPA PELAKU SEBENARNYA?!!

Hari harinya hanya diisi dengan tingkah depresinya. Meski tak ada lagi hari dimana traumanya kambuh. Sekarang silih berganti menjadi rasa bersalah dan kesedihan.

Persetan soal pelajaran! Tak terhitung sudah berapa kali ia mendapat surat ancaman skors dari sekolahnya akibat tak pernah hadir. Yang ia butuhkan sekarang hanya Aizha. Ingat, hanya Aizha!

Mata Verren yang kian sayu menatap tak minat alat alat sadap miliknya. Setiap kali ia hendak menuntaskan masalah peneror itu yang terjadi justru semakin runyam. Pelaku yang terekam dikamera CCTV apartemennya  tak hanya seorang saja. Mulai dari si kurir, pengirim surat surat singkat, dan juga si pelaku pelempar batu dikamarnya semua itu berbeda orang.

Hingga pada akhirnya pemuda itu berakhir seperti ini. Terkurung dengan semua minuman minuman beralkohol yang seharusnya tidak pernah hadir dihidupnya. Berusaha mereda depresinya dengan hal bodoh seperti itu.

Dalam sekali tegukan Verren menghabiskan satu kaleng penuh minuman beralkohol tinggi itu. Verren mengerang merasakan setiap aliran yang masuk ke tenggorokannya.

"Argh...Aizhaa---

Verren mengusap kasar wajahnya yang memerah padam akibat terlalu banyak meminum alkohol. Pemuda itu menutup seluruh wajahnya sesekali mengacak rambutnya frustasi.

"Gue sayang ama lo"

"Beri gue kesempatan sekali aja!!!" racaunya mulai tak jelas.

Tangannya menyapu seluruh barang yang berada diatas meja. Hingga botol botol alkohol yang telah kosong pecah berkeping keping dilantai. Entahlah Verren tidak yakin jika besok bisa lebih waras dari hari ini.

Mata Verren mulai memburam, kesadarannya menipis dipengaruhi alkohol tersebut. Detik selanjutnya ia membiarkan tubuhnya jatuh ke sofa.

"S-sampai kapan lo nyiksa gue kek gini?"

***

Tak menghiraukan ruang kelas yang tak lagi berpenghuni. Jora, pemuda itu masih merenung di bangkunya. Matanya tertuju pada bangku Heaven yang beberapa hari ini tak diisi. Ada apa dengan pemuda itu? Apakah dia sakit? atau mungkin masih enggan bertemu dengan mereka akibat cekcok hari itu?.

Lamunan Jora tentang Heaven buyar kala suara melengking dari seorang gadis menyebut namanya.

"Kak Jora!!!" teriak Salsa.

Senyum pemuda itu mereka melihat pacarnya itu berlari menghampirinya lalu duduk di sebelahnya.

"Kak Jora gak pulang?"

"Harusnya gue yang nanya kenapa gak pulang hm?" tanya Jora lembut.

Tangan pemuda itu merapikan rambut Salsa yang sedikit acak-acakan entah main dari mana lagi nih bocah sampai rambutnya aut autan seperti itu.

Titik AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang