~ 44. Rumit ~

325 13 4
                                    

PRANGG!!

BRAK!!

Pria keempat dari para bandit tersebut hanya mampu meneguk ludah melihat temannya berakhir terjatuh dari gedung lantai 3. Setelah Verren berhasil menusuk mata pria itu Verren berhasil keluar dari keterpojokannya. Sakit luar biasa yang didapatkan pria ketiga membuatnya tak fokus pada Verren. Tentu saja hal itu tak disia-siakan oleh Verren. Ia mendorong kasar pria itu yang setengah menindihnya namun naasnya malah menghantam jendela kaca dibelakangnya dan berakhir terjatuh dari gedung.

Cahaya rembulan berhasil masuk dari jendela yang pecah itu hingga menerangi sebagian isi gedung. Kulit pucat milik Verren dipenuhi percikan darah membuat kesan menyeramkan semakin memenuhi atmosfer di sana. Verren berbalik perlahan pada seorang pria yang menatapnya ketakutan. Pemuda itu justru membalas senyuman manis namun seakan menghanyutkan lawannya.

Pria itu berjalan mundur melihat Verren yang terus berjalan mendekatinya. Badannya ikut bergetar hingga tak sengaja menjatuhkan pisaunya sendiri. Verren memungut pisau tersebut tanpa beban membuat pria itu semakin ketakutan melihatnya. Apalagi jarak mereka yang sudah sangat dekat.

"Pisaunya jatuh paman" Verren menyodorkan pisau ity meski terlihat seperti menodong tepat didepan wajah pria itu.

Tanpa Verren duga pria itu tiba tiba bersimpuh. Kedua tangannya ditelungkupkan, memohon.

"Tolong lepaskan saya. Biarkan saya pergi" mohon pria itu.

Verren ikut berjongkok. Memainkan pisau ditangannya hingga membuat pria itu menegang di tempat.

"Bawa pelaku teror itu buat gue. Setelah itu lo aman"

***

Satu persatu jendela dipecahkan oleh Verren membiarkan cahaya masuk menerangi ruangan gedung. Tangannya lecet mulai mengeluarkan darah setelah memukul kaca jendela dengan tangan kosong. Katakan, sepertinya pemuda itu memang sudah kehilangan akal sehat.

Verren mendekati seseorang yang berada ditengah tengah tersebut. Kaki dan tangannya terikat di pinggiran kursi. Verren berjongkok sembari menurunkan maskernya. Terlihat senyum miring tercipta melihat pelaku teror itu akhirnya bisa dibekukan.

Mimik wajah Verren berubah datar ketika sang pelaku memberontak ingin dilepaskan. Jangan tanyakan tentang perasaan Verren sekarang. Segala macam tindakan tragis melintas begitu saja dibenaknya. Inilah maksud dari Aizha rencana Verren yang sebenarnya. Aizha yakin Verren tidak bisa menahan diri untuk tak membunuh pelaku tersebut.

Verren mencabut kasar lakban yang menutup mulut pelaku hingga meninggalkan rasa perih.

"BAJINGAN LEPASIN GUE!!"

Verren berdecih. Jika dirinya bajingan, panggilan apa yang sesuai untuk pelaku dibalik semua dalang ini?.

"Kalau gue bodoh, gue bakal lepasin lo"

"Sialan!"

"LO YANG SIALAN JALANG GILA" bentak Verren menggebu gebu.

Bukannya takut gadis itu mengepalkan kedua tangan. Matanya menyiratkan amarah yang selama ini ia pendam. Benar benar dipenuhi rasa benci.

"Lo yang buat gue kayak gini Verren!"

"LO YANG UDAH BUAT KAKAK GUE MENINGGAL!!!"

"Sekarang, nggak mungkin gue biarin lo hidup dengan aman"

Verren mengangguk mengerti, ia mengambil pisau yang tergeletak. Pisau itu mengangkat paksa dagu gadis didepannya itu membuat nafas pelaku tercekat.

Titik AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang