~ Part 01 ~

1.3K 62 11
                                    

Flashback A

•12 September 20XX

Terdengar suara guntur menggelegar hingga membuat jendela jendela rumah di waktu itu seperti dihiasi lampu kelap kelip oleh kilat yang menyambar. Hampir semua penciuman di dominasi dengan bau aspal yang basah sebab diguyur hujan lebat kala itu.

Seorang wanita paruh baya nampak terburu-buru mengendarai kendaraan beroda duanya di tengah lebatnya hujan. Rasa perih yang ia rasakan di wajahnya kala beribu tetesan air hujan seakan menampar wajahnya tak membuat senyum wanita itu luntur dari wajahnya.

Hari ini adalah hari di mana anaknya tengah mengikuti lomba sains antar provinsi yang membuatnya sangat antusias ingin menonton perlombaan tersebut sekaligus memberikan support pada anaknya,  sekalipun Ia harus rela berhujan-hujanan di luar.

Wanita tersebut menambah kecepatan laju motornya membuat pandangannya semakin memburam karena kabut. Senyumnya semakin mengembang ketika melihat beberapa spanduk tentang perlombaan tersebut terlihat di sisi jalan. Mungkin sekitar 50 meter lagi ia akan sampai di tempat perlombaan itu.

Namun mungkin takdir berkata lain, di saat penglihatannya semakin tertutup oleh kabut tiba-tiba lampu sorot dari mobil truk yang berada berlawanan dari arahnya seketika membuatnya buta dan kehilangan keseimbangannya. Dan naasnya motor yang ia kendarai menghantam pembatas jalan yang terbuat dari beton hingga membuat dirinya terpental jauh dan menghantam keras aspal hingga membuat kepalanya yang tak terlapisi apapun langsung mengeluarkan darah yang banyak dan membuat aspal yang tergenang dengan air hujan kala itu kini berubah menjadi memerah karena bercampur darah.

Dapat ia lihat dari pandangannya yang semakin menggelap orang-orang mulai mengerumuni dirinya yang sudah terkapar lemas di tanah. Matanya menatap penuh arti gedung yang ditempati anaknya berlomba itu. Memorinya tak akan terulang ketika ia masih di rumah bersama dengan anaknya dan berjanji akan menonton pertandingan tersebut hingga akhir. Tapi itu mungkin hanya menjadi kenangan terakhir mereka berdua,  sampai akhirnya pandangannya menggelap dan kesadarannya ikut menghilang.

Seorang gadis memakai seragam sekolah berjalan sumringah di lobi salah satu gedung tempatnya bertanding dalam perlombaan sains. Tak henti-hentinya Gadis itu menatap piala penghargaan yang berada di tangannya, bertuliskan nama sekolahnya sendiri. Semua teman-temannya dan para guru yang menemani nya untuk bertanding tadi sudah pulang. Namun rasanya kakinya masih enggan pergi dari tempat tersebut, masih ada satu alasan ia rela berdiri disana meskipun sekarang ia telah berada di luar gedung tersebut membiarkan tubuhnya diguyur hujan lebat yang tak kunjung reda.

Matanya  menatap satu persatu kendaraan yang melewatinya, berharap salah satu yang melintas tersebut adalah orang yang ia tunggu. Sampai akhirnya matanya tak sengaja menatap kerumunan di seberang jalan yang berada beberapa meter di depannya. Tanpa dikomando, rasanya kakinya seakan berjalan sendiri ke arah kerumunan tersebut, mengikuti hatinya yang tiba-tiba merasa was-was sendiri.

Gadis itu menerobos masuk di antara kerumunan para orang orang. Pandangannya menatap ke bawah, melihat sepatunya yang berwarna putih ini didominasi warna merah karena genangan air hujan yang bercampur darah. Perlahan ia mengangkat pandangannya dan detik itu juga rasanya kakinya tak punya lagi daya untuk menopang tubuhnya.

Titik AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang