~ Part 41 Ngambek ~

361 20 10
                                    

Verren terus saja mengekori Aizha kemanapun gadis itu pergi. Sejak Aizha pulang, gadis itu sama sekali belum berbicara satu kata pun padanya. Padahal selama ini setiap kali gadis itu berada di apartemen selalu saja ada hal random yang dibicarakan. Mengenai pengalamannya disekolah hari ini ataupun ngomel akibat apartemen yang berantakan.

Verren pun sudah mengakui kesalahannya yang lupa menjemput gadis itu. Bahkan sudah beberapa kali meminta maaf namun respon Aizha hanya mengangguk tanpa sedikitpun mengeluarkan kata.

Mereka berhenti didapur. Aizha berbalik badan menghadap Verren membuat pemuda itu langsung mengubah raut kebingungannya menjadi tersenyum.

"Udah makan?" Tanya Aizha masih terdengar dingin.

Verren menggeleng masih dengan tersenyum.

"Kenapa nggak makan?"

"Nungguin lo"

Tidak ada lagi pertanyaan dari Aizha. Gadis itu dengan cekatan mengambil beberapa bahan masakan dikulkas. Tak lupa sebelum mulai memasak gadis itu terlebih dahulu mencepol rambutnya. Akibat tingkah itu diam diam Verren tersenyum melihatnya. Sangat cantik.

"Lo kenapa?" tanya Verren berhati hati.

"Mau makan apa?" Balas Aizha sama sekali tak tertarik dengan pertanyaan itu.

"Jawab dulu Aizha" ucap Verren lembut.

Aizha menghela pelan, enggan bercerita. Verren yang menyadari hal itu tergerak mengusap surai rambut gadis itu.

"Yaudah gapapa kalau belum bisa cerita. Jangan terlalu dipikirin gue gak mau lo sakit"

Aizha mengangguk seadanya lalu kembali fokus pada apa yang hendak ia masak. Sesaat hendak mencuci beras, panci tersebut langsung diambil alih oleh Verren.

"Gue bantu" ujar Verren.

"Emang bisa?" tanya Aizha meremehkan.

"Y-ya bisalah" gugup Verren. Ia pun kurang percaya diri sekarang.

"Yaudah berasnya dicuci dulu" titah Aizha memberi arahan.

Verren mengangguk samar. Baru tau kalau beras harus dicuci dulu kirain langsung dimasukin dalam rice cooker aja?.

Disamping menunggu Verren. Aizha menyiapkan bahan bahan lain untuk membuat sayur sup. Gadis itu dengan lincah memotong motong sayur tanpa beban sedikitpun.

"Verren udah belum??" Aizha meninggikan suaranya melihat Verren tak kembali juga.

"Bentar" jawab Verren terdengar dari kejauhan.

Aizha merenggut, sumpah demi apapun hanya mencuci beras Verren harus menghabiskan waktu seperti mencuci pakaian sebaskom. Tak lama Aizha mendumel akhirnya Verren memunculkan diri dan menyerahkan panci tadi pada Aizha. Sesaat hendak memasukkannya kedalam rice cooker tak sengaja Aizha melihat busa sabun dalam panci itu. Ragu, ia menghirup aroma beras tersebut dan betapa terkejutnya Ia ketika indra penciumannya mencium bau deterjen.

"Lo ngapain berasnya?!" greget Aizha.

"Tadi katanya dicuci"

"Lo cuci dimana?"

Verren meneguk ludahnya kasar saat melihat tatapan Aizha yang seakan akan hendak membunuhnya detik itu juga. "Mesin cuci" lirih Verren mengusap tengkuknya.

Ingin rasanya Aizha mencakar wajah tampan milik  Verren itu sangking gemasnya melihat raut wajahnya seakan tak melakukan kesalahan apa-apa. Tak ingin memperpanjang masalah tersebut Aizha membuang beras tadi membuat Verren melotot tak percaya.

"Loh kok dibuang?"

"Lo mau keracunan makan sabun? Gue sih gak mau mati muda" sinis Aizha.

Verren meringis melihat wajah galak istrinya itu. Sekarang ia paham ada kesalahan yang telah ia perbuat. Tapi apa? Bukannya bener, kan dicuci?.

Titik AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang