[ 𝑭𝒊𝒇𝒕𝒚 𝑺𝒊𝒙 ] - 𝑲𝒆𝒓𝒊𝒔𝒂𝒖𝒂𝒏

824 47 29
                                    

𝑶𝒏𝒍𝒚 𝒚𝒐𝒖 𝒊𝒏 𝒎𝒚 𝒉𝒆𝒂𝒓𝒕, 𝒏𝒐 𝒐𝒏𝒆 𝒄𝒂𝒏 𝒓𝒆𝒑𝒍𝒂𝒄𝒆 𝒚𝒐𝒖

᪥᪥᪥

Di tengah malam yang sunyi, dalam rumah yang sepi. Marc terjaga kerana kehausan, dia ingin ke dapur untuk minum seteguk air. Ketika dia keluar dari biliknya, dia melihat seseorang berjalan di sekitar rumah dengan gerakan yang ganjil dan tidak seimbang.

Sosok tubuh tersebut seakan dia mengenali. Matanya mengecil sedikit cuba mengecam sosok tubuh itu sekali lagi.

Ryan? Ryan ke tu?

Dalam kegelapan, pemuda itu tampaknya terdiam dalam pembicaraan yang tidak jelas dengan sesuatu yang tidak ada di depannya. Dia bergerak seperti orang yang tidak betul, kadang-kadang berhenti untuk menatap ke arah kosong, seolah-olah melihat sesuatu yang hanya dia yang bisa lihat.

Kening Marc berkerut mendengar Ryan bergumam dengan suara yang tidak bisa difahami, terkadang tertawa atau menangis tanpa alasan yang jelas.

Saat Marc melihat Ryan masih berjalan di sekitar rumah dengan gerakan yang aneh, dia juga perasan bahwa Ryan terlihat seperti sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Dia mendengar suara-suara yang tidak jelas terdengar dari mulut Ryan, seperti dia sedang terlibat dalam percakapan dengan seseorang yang tidak terlihat. Marc merasa gementar melihat Ryan seperti itu.

"Ryan.." Marc cuba mendekati Ryan. Dia berharap bukan hantu di depannya ini.

Saat dia berusaha memanggil nama Ryan, dia sadar bahwa Ryan sepertinya tidak menyadari keberadaannya. Matanya kosong, terpaku pada sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh Marc. Hal ini membuat Marc semakin khawatir, tidak tahu bagaimana cara merespon situasi Ryan.

"Hey Ryan.." Marc mengguncang perlahan bahu adiknya. Ryan tersentak, dia mengangkat muka.

"A- abang?"

"Ke-kenapa kau tak tidur lagi? Kau buat apa kat sini?" Soal Marc menahan kegugupan.

Ryan memandang sekeliling.

"Ah, yan- yan.. mi-minum air tadi," katanya sambil memandang ke suatu tempat.

Dahi Marc berkerut melihat Ryan memandang lama di belakangnya. Apa ada seseorang di belakangnya? Bulu roma Marc menaik, liur ditelan payah. Dengan perasaan beranikan diri, dia menoleh perlahan ke belakang, memandang pada tempat adiknya pandang. Tiada apa-apa. Dia menoleh pada Ryan kembali.

"Kau pandang apa?"

Ryan tersedar dan memandang abangnya. Dia menggeleng dan menundukkan kepala.

"Dah, naik atas. Pergi tidur."

Ryan mengangguk dan menaiki tangga.

Marc memandang adiknya dari belakang.

"Kalau perkara ni sampai ke telinga boss. Encik Marc nak bertanggungjawab?"

Kata-kata Mustaqim bergema di fikirannya. Marc terdiam.

Dia tidak pasti sama ada Ryan berlakon atau tidak sekarang ini. Tetapi, melihat diri Ryan seperti itu membuat dia teringat Kytor yang dulu. Di mana, Kytor seolah-olah di dunianya sendiri tanpa dia sedar. Jika orang lain memandangnya, orang akan cakap dia gila. Tetapi, bagi mereka, Ryan bukanlah gila cuma kondisi mentalnya yang masih tidak waras setelah kejadian itu.

Ryan.. tak mungkin jadi seperti dulu. Tak mungkin. Marc tidak mahu adiknya menjadi seperti dulu.

Apa ini salah dia? Apa akan jadi jika abah dan bonda tahu hal ini?

𝐃𝐈𝐀 𝐋𝐄𝐋𝐀𝐊𝐈 𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎 𝐀𝐊𝐔 𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 [ 𝐂 ]Where stories live. Discover now