Pengakuan, Penyesalan, dan Maaf

52 8 0
                                    

Maaf jika ada persamaan dalam, karakter, tokoh, alur, dll. Karena cerita ini murni bikinan saya sendiri dan murni imajinasi saya.

Wajib follow author dulu sebelum membaca, ya! storyzaaa

Selamat membaca semua!!!





Rafan sudah mencari informasi siapa yang ditabrak sepupunya itu. Ia merasa perlu mengetahui lebih banyak untuk memahami situasi yang sedang dihadapi.

"Menurut informasi yang gue dapet, lo nabrak mahasiswa UIN Walisongo Semarang," ujar Rafan dengan nada serius. “Nah, kebetulan kemarin kartu mahasiswanya terjatuh dan ditemukan warga.” Lalu, ia memberikan kartu tersebut kepada Reza dengan penuh perhatian.

“Arfan Rafassya Arzhad,” batin Reza, tiba-tiba merasakan ada yang familiar dengan nama itu. Dia menatap kartu mahasiswa tersebut, mencoba mengingat apakah dia pernah mendengar nama itu sebelumnya.

"Kok gue merasa ga asing sama namanya," ujarnya, sambil mengerutkan kening.

"Coba lo ingat-ingat, Za," jawab Rafan, menantikan Reza untuk mengingat sesuatu yang penting.

Reza pun mencoba mengingat dengan sebaik mungkin, berusaha menghubungkan nama itu dengan kenangan di benaknya. Tak lama kemudian, wajahnya terlihat seolah menemukan sebuah petunjuk.

"Oh ya, gue inget! Ini Arfan tuh adik wakil ketua geng gue, Eclipse Dragons," Reza berkata dengan nada terkejut. Ia tidak menyangka bahwa orang yang terlibat dalam insiden itu ternyata memiliki hubungan dengan geng yang dia kenal.

Rafan terdiam sejenak, terperangah dengan informasi baru yang ia dengar. "Hah? Lo anggota Eclipse Dragons?" tanyanya, tidak percaya dengan pengakuan Reza.

"Iya fan, tapi belum lama," jawab Reza dengan nada menyesal. Ia merasa terbebani dengan fakta bahwa insiden ini melibatkan geng yang ditakuti banyak orang.

"Terus lo tau ga, Arfan sekarang berada dirumah sakit mana?" tanya Rafan, berharap Reza memiliki informasi lebih lanjut mengenai kondisi Arfan.

"Katanya dirumah sakit ini juga, tapi gue gatau ruangan mana," Reza menjawab, tampak bingung dan gelisah. Kemudian, ia mengangguk, memberi isyarat kepada Rafan untuk mengikutinya.

"Yuk, kita cari tahu. Gue akan nanya di bagian informasi.”

Sesampainya di koridor, Rafan langsung menghampiri suster jaga yang sedang berdiri di meja resepsionis. Dengan nada sopan, ia bertanya, "Permisi, Sus. Maaf, mau bertanya. Ruangan atas nama Arfan Rafassya Arzhad dimana ya, Sus?"

Suster itu menatap Rafan sejenak, lalu mulai melihat daftar nama pasien yang ada di komputernya. Setelah beberapa saat mencari, ia menemukan nama yang dicari. "Diruangan NICU, Pak, lantai 6," jawabnya dengan suara ramah.

"Baik, Sus. Terimakasih banyak," ucap Rafan sambil mengangguk. Ia merasa sedikit lega mendapatkan informasi tersebut. Ia pun kembali bergegas menuju Reza untuk memberitahu kabar itu.

"Za," panggil Rafan saat ia mendekat, "Dia di NICU. Kayaknya koma deh," ujarnya dengan nada khawatir.

Deg

"Hah? Serius lo, Fan? Jangan bercanda!" Reza langsung menatap Rafan dengan ekspresi panik. Kecemasan yang mendalam mulai mengisi hatinya, dan kepalanya terasa berputar dengan berita yang baru saja diterimanya.

"Seriusan, gue mah. Kata suster, dia di ruangan NICU lantai 6," Rafan mengulang apa yang dikatakan suster tadi dengan tegas.

"Ya Allah, gue nggak sengaja, jujur sumpah! Gue ngantuk pas bawa motor," Reza merasa sangat bersalah. Rasa penyesalan menyelimuti hatinya, terutama karena sudah menabrak adik Adnan, yang notabennya adalah wakil ketua gengnya sendiri.

My sweet heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang