40. Tuduhan

31 13 21
                                    

🎶 Pay For You by Psylosia

=°=°=°=

Beberapa jam sebelumnya....

Rintihan penuh kesakitan yang tiada hentinya terdengar setelah penyiksaan sadis itu selesai. Luka-luka yang tertinggal di tubuhnya itu bersatu padu dengan peluh yang bercucuran. Kafka memejamkan mata -pasrah dengan keadaannya saat ini. Kematiannya yang sepertinya sudah di depan mata.

Seandainya saja ia tahu hari sialnya akan datang secepat ini maka ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kemarin ia dapat untuk bisa bertemu dengan Binar. Mengalah pergi hanya karena kehadiran si Tuan Muda Alatas kini menjadi penyesalannya yang mendalam.

Kebencian yang ia genggam terhadap dirinya sendiri. Kafka teramat kesal dengan apa yang sudah ia lakukan selama ini. Berkali-kali dirinya pergi dari kehidupan gadis itu. Kesalahan yang selalu ia ulangi lagi dan lagi. Datang, menghilang dan tak memberinya kepastian. Hanya itu yang selalu ia lakukan. Dan parahnya kali ini bukan hanya Binar yang ia tinggalkan, melainkan calon anaknya pula.

"Maafkan saya, Binar. Seharusnya saya tidak menggenggam kamu lagi. Maafkan saya..." Ujarnya penuh rasa bersalah. Seharusnya ia tidak datang lagi ke kehidupan gadis itu jika kehadirannya hanya bisa memberinya sebuah luka.

Monolog yang penuh kesakitan serta permintaan maaf yang membuat dadanya begitu sesak. Kafka merasa bahwa dirinya adalah orang yang begitu tidak berguna karena tidak bisa bertanggung jawab pada apa yang sudah ia perbuat. Ia hanya membiarkan Binar menanggung semuanya sendirian.

"Dasar bajingan!" Makinya pada diri sendiri.

Kecamuk amarah yang perlahan terusik oleh derap langkah yang terdengar di sepanjang lorong. Suara langkah itu mengingatkannya pada Demigo yang menghampirinya beberapa waktu lalu. Samar-samar ia juga menangkap percakapan di balik pintu besi dari ruangan yang ia tempati.

Ah, apa ini saatnya ia dieksekusi mati?

Mata lelahnya yang kini melirik kecil ke daun pintu yang terbuka. Decitan engsel yang cukup memekikkan telinga karena pintu itu sudah usang dan tua. Ujung sepatu dari seseorang yang mendorong pintu itu kini mulai terlihat. Sepatu hitam dengan talinya yang tidak terikat rapi yang kalau terlepas akan membuat si penggunanya tersandung. Hal yang tidak Kafka pedulikan karena saat ini ia mulai mengangkat wajah menatap sosok yang menghampirinya itu.

"Selamat sore, tuan."

Senyuman miring yang terpatri di sudut bibirnya ketika ia beradu pandang dengan Kafka yang masih terikat di kursi. Topinya yang sedikit diangkat membuat Kafka yang awalnya hanya beraut datar kini berubah penuh keterkejutan saat bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"Javas?" Tutur Kafka penuh tak sangka.

"Tolong pelankan suara anda, tuan. Jangan kenali saya." Balas Javas seraya menodongkan pistol ke kening Kafka. Sandiwara yang ia lakukan untuk menghindari kecurigaan dari orang-orang yang memperhatikan mereka dari kamera pengawas.

Raut dingin itu membuat Kafka menundukkan kepala. Ia yang kemudian tertawa sinis membuat pria bernama Javas itu mengernyit heran. Kafka sendiri semakin mengeraskan tawanya seolah dirinya telah mendengar sesuatu yang begitu lucu.

"Percuma saja kamu menjemput saya. Orang-orang itu tidak akan membiarkan kita pergi. Penyelamatan yang kamu lakukan ini hanya sia-sia, Javas." Tuturnya dengan pelan. Ia kembali mengangkat wajah masih dengan senyum sinis yang begitu memilukan. Menurutnya mustahil bisa melarikan diri dari tempat ini.

"Anda jangan putus asa, tuan. Ikuti saja rencana saya." Javas meyakinkannya dengan tatapan yang begitu serius. Entah apa yang sebenarnya ia rencanakan.

"Dalam hitungan ketiga anda harus mati." Telunjuknya siap di pelatuk. Javas menyeringai seram seperti seorang psikopat yang tak sabar membunuh mangsanya. Setelah mendengar perkataan itu Kafka pun mulai paham dengan apa yang Javas inginkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be your priority | Obsession; Love and hate (New story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang