"Ucapan anda keterlaluan, Tuan Zhou."
Segala hal yang di luar kendali memang akan membuat menyesal. Namun apa boleh buat jika semuanya sudah terlanjur terucap. Perkataan yang sudah terlontar tidak bisa ditarik kembali. Reaksi apa pun yang akan Zhou berikan harus ia hadapi. Karena keberaniannya dalam mencampuri urusannya sudah pasti ada konsekuensinya.
Senyum sinis yang terpatri. Wajahnya yang tak luput dari netranya yang begitu tajam. Binar bersusah payah menelan salivanya tatkala Zhou mengikis jarak. Langkahnya yang bergerak mundur namun berakhir kesia-siaan karena pria itu menahan pinggang rampingnya.
Pemandangan yang begitu mencengangkan. Zeline mengepalkan tangannya menahan amarah yang membuncah. Zhou terlalu terang-terangan menunjukkan rasa sukanya terhadap gadis itu. Apa pun yang terjadi, siapa pun yang melihatnya, tampaknya Zhou tidak peduli. Mengunci pandangannya pada gadis itu dan membiarkan dirinya kecewa. Zhou sungguh tega.
Undangan yang digenggamnya terjatuh tanpa adanya pengakuan. Zeline memilih pergi untuk menghindari hal yang tak ingin dilihatnya. Kenyataan bahwa Zhou lebih tertarik pada gadis itu terlalu menyayat hatinya. Pergi untuk sekedar menenangkan diri dan memikirkan sebuah rencana. Kepergiannya dari ruangan itu tanpa ada seorang pun yang mencegahnya.
"Lepaskan saya tuan!" Permintaan yang tak didengar. Zhou justru semakin mengeratkan pelukannya. Masih disaksikan oleh Mark dan juga Karl, Zhou bahkan membelai sisi wajahnya.
"Kamu tidak berhak menilai saya keterlaluan. Karena kamu tidak mengerti perasaan saya, Binar." Setelah berucap seperti itu Zhou pun melepaskan pelukannya. Senyum sinisnya yang kini pudar dan Zhou melangkah pergi meninggalkannya.
Dengan jantungnya yang masih berdegup kencang Binar mematung menatap kepergian kedua orang itu. Merasa bersalah dengan apa yang terjadi, memikirkan bagaimana perasaan Zeline saat ini seolah menjadi beban tanggung jawabnya yang harus diselesaikan. Niat hati ingin menyadarkan tuannya itu dirinya justru memancing kesalahpahaman baru. Zeline, wanita itu sudah pasti semakin menaruh dendam padanya.
Hari-hari yang selalu dipenuhi rasa bersalah. Dengan wajah muramnya ia bergegas ke kamarnya untuk beristirahat. Tidak ada ucapan selamat malam yang ia tuturkan pada kedua rekannya itu. Ia terus saja melangkah menaiki undakan tangga dengan menyeret ranselnya begitu lesu.
Tubuh letihnya ia rebahkan perlahan dan matanya pun mulai terpejam. Ia mencoba menerobos masuk ke alam mimpinya. Namun sayang rasa kantuk yang tak kunjung tiba membuatnya kembali terjaga menatap jauh langit-langit kamar. Kepalanya begitu ribut memikirkan keputusannya untuk segera enyah dari tempat ini. Permasalahan yang akan semakin runyam jika dirinya masih bertahan di sisi Zhou.
Keputusan yang akhirnya terambil. Tiga hari kemudian dirinya membuat surat pengunduran diri dan menarik sejumlah uang dari rekeningnya. Masih begitu jauh memang nominal uang yang ia punya untuk bisa melunasi semua hutangnya pada Zhou. Karena itulah ia berencana melunasi hutang-hutangnya itu secara berangsur.
Langkah kecilnya membawanya masuk ke ruangan itu. Hal yang cukup membuat jantungnya berdegup kencang. Berkali-kali dirinya membuang napas dalam untuk sekedar menenangkan perasaannya. Kegugupan serta ketakutan yang ia rasakan. Sebisa mungkin ia mengenyahkan itu semua.
Sepasang netra cokelat itu menyambut kedatangannya. Alis tegas yang bertaut tajam bukan hal yang asing lagi baginya. Zhou akan selalu memberi tatapan khas seperti itu jika dirinya tengah penasaran akan sesuatu.
Lelaki itu merubah posisi duduknya menjadi benar-benar menghadap padanya. Seluruh atensinya tertuju pada Binar. Laptop yang menyala itu hanya ia abaikan.
"Selamat malam, tuan. Maaf mengganggu waktunya." Ucapnya menunduk sopan. Tak lama wajah itu kembali terangkat penuh kegugupan.
"Ada apa, Binar?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Be your priority | Obsession; Love and hate (New story)
FanficManusia memang selalu memiliki apa yang ingin mereka lindungi. Seperti harta, tahta, atau orang yang mereka sayangi. Bukan hal yang salah jika mereka ingin melindungi apa yang telah mereka dapatkan dari hasil jerih payahnya sendiri, menjauhkannya da...