Ujian para calon ratu sudah ditetapkan, Sugyon tidak mau mengulur-ulur waktu, politik negara harus segera dijalankan. Walaupun kepemimpinannya mungkin akan sangat berbeda dengan sang ayah. Sugyon ingin mereformasi beberapa peraturan yang sedari dulu tidak efektif dan efisien, ia ingin pemerintahannya saat ini adil dan dapat mensejahterakan seluruh dinasti terutama rakyat jelatah, ia akan mulai merubah sistem hukum, pengelola keuangan, pengelola bahan baku, pajak dan segala bentuk kegiatan politik, juga beberapa parlemen harus diganti.
Sugyon akan menghentikan nepotisme, juga menghapus sistem turun-temurun yang menurutnya itulah yang menjadi pokok dan dalang utama masalah kerajaan selama ini. Sebagai contoh, perdana menteri, akan melahirkan perdana menteri selanjutnya, yang artinya anak dari perdana menteri akan menduduki posisi sang ayah ketika pensiun kelak, bayangkan saja, seorang perdana menteri kerajaan memiliki tugas dan tanggung jawab besar, dibutuhkan kemampuan yang kompeten dan kompetitif.
Jika anak dari perdana menteri itu nantinya tidak mampu, apakah ia layak menjadi seorang perdana menteri?
Sugyon akan merubah sistem tersebut dengan memberikan peluang bagi siapapun untuk bisa menduduki kursi parlemen, dikarenakan yang dibutuhkan kerajaan adalah cara kerja politik yang benar dan tidak terlalu merugikan satu pihak, sehingga kerajaan membutuhkan seseorang yang bisa berpikir secara konseptual, rasional, dan tidak kolot. Sugyon akan memberhentikan para tua bangka yang saat ini masih menjabat di istana, walaupun jelas keputusannya itu akan banyak meminmbulkan pro dan kontra.
"Momen pemilihan ratu ini, sekaligus akan menjadi pemilihan anggota parlemen yang baru" tegas Sugyon dalam rapat istana siang itu.
"Maksud anda Jeonha?" semua orang saling bertatap tatapan penuh tanya.
"Kim Jo-seok, tahun ini umurmu sudah hampir tujuh puluh tahun, kau sudah harus pensiun, karena kerajaan butuh anggota parlemen yang masih kuat menunggang kuda, dan ikut berperang saat keadaan darurat"
"Putra saya bahkan belum dua puluh tahun Jeonha" balas pria tua itu.
"Siapa yang bilang putramu akan menggantikanmu"
"Ye?" Semua orang semakin kebingungan dengan apa yang diucapkan oleh sang raja.
"Ku pikir ucapanku sudah sangat jelas, mulai sekarang anggota parlemen tidak harus dari kerabat atau dari keturunannya" celetuk pria dingin itu yang spontan mendapatkan respon tak setuju dari semua pihak.
"Tapi Jeonha, sudah sejak jaman kakek moyang anda, anggota parlemen harus berasal dari garis keturunan yang sama"
"Itulah kenapa negara ini tidak maju-maju? dan sedari dulu tidak bisa mengusir bangsa Jepang di perbatasan!. Aku butuh generasi baru untuk berada di sampingku tidak perduli dari kasta mana!" tegasnya dengan penuh wibawa.
"Anda melanggar peraturan, Jeonha" sahut penasehat kedua kerajaan.
"Peraturan dibuat oleh raja, sekarang ku tanya siapa raja di negeri ini?" Semua orang diam dan saling melempar pandangan tak nyaman. Perlakuan itu membuat Sugyon mendidih dan geram.
"Aku tanya sekali lagi, siapa raja di negeri ini ??"
"Yang mulia raja Sugyon Min" ucap semua orang serentak.
"Benar, berarti akulah yang akan memutuskan semua peraturan mulai sekarang, peraturan ayahku atau kakekku sudah tidak berlaku di masa kepemimpinanku"
"Kalau begitu berarti semua orang berkesempatan menjadi raja, jika anda mengatakan sendiri akan menghapus sistem turun temurun?" sahut lagi salah satu anggota dari biro kementerian.
Sugyon tersenyum mendengar pemberontakan dalam bentuk membalikkan kalimat itu, dengan santai Sugyon menjawabnya.
"Parlemen negara dan raja dinasti itu berbeda, keturunan raja akan menjadi raja selanjutnya, tetapi jangan hawatir aku bisa jaminkan pada kalian suatu hari jika putraku ternyata tidak mampu memimpin kerajaan, maka ia tidak pantas menduduki kursi kebesaran ku, dan itu cukup adil bukan? Apa yang kalian cemaskan.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Majesty
Fanfiction°Dark romance° 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐮𝐧𝐬𝐮𝐫 𝐠𝐞𝐥𝐚𝐩 𝐠𝐮𝐥𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐤𝐞𝐡𝐮𝐣𝐚𝐧𝐚𝐧 🔞 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐡𝐚𝐲𝐮𝐤 𝐬𝐞𝐠𝐞𝐫𝐚 𝐠𝐚𝐝𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧, 𝐛�...