24 | Bittersweet

103 36 26
                                    

Sesuai prediksi Sugyon. Pukul delapan malam keesokan harinya istana di serang. Berawal dari para penjaga pintu gerbang utama istana yang mati akibat serangan pemanah handal. Kini puluhan orang-orang Arashi mulai masuk dan menyebar ke seluruh istana.

Darah tumpah ruah dari anggota tubuh para pelayan, prajurit dan beberapa kasim kerjaan terserang anak panah, terkena pedang yang menghunus mereka tanpa pandang bulu. Bahkan satu panglima kerjaan sudah tewas akibat perlawanan yang dilakukannya.

"Jeonha, istana telah diserang!" Namju Kim berseru dengan nafas yang tersengal-sengal akibat berlari dari kamarnya menuju kamar raja yang jaraknya cukup jauh untuk memberitahu situasi genting yang terjadi saat ini.

"Kita sudah persiapan bukan, lalu apa yang membuatmu panik, Kim?" ucap Sugyon tenang selagi ia memasang pakaiannya. Seolah benar-benar sangat siap menghadapi semua ini.

"Kita kalah jumlah jeonha, mereka lebih banyak dari perkiraan kita. Juga banyak prajurit yang tiba-tiba mengeluh sakit perut dan beberapa sudah tumbang. Sepertinya tuan putri Arashi menggunakan seseorang untuk melumpuhkan kita sebelum bertempur! Licik sekali" Namju Kim semakin panik. Melihat situasi semakin memburuk.

"Ingat kau betugas untuk memantau Arashiku, apa kau sudah melihatnya?" tanya Sugyon tanpa ekspresi panik sedikitpun. Bahkan dari jutaan kepanikan Namju Kim, Sugyon justru sibuk memastikan gadisnya tidak akan terluka nanti.

Keterlaluan batin Namju Kim, seandainya ia bisa berkata jujur.

"Belum jeonha, sepertinya tuan putri Arashi tidak akan ikut menyerang dari depan, saya juga harus melindungi anda, Jeonha. Jika tuan putri Arashi mencoba menghunuskan pedang untuk anda maka saya juga berhak untuk melukai tuan putri Arashi sebagai perlindungan diri untuk anda!" ucap Namju Kim yang mendapat respon tidak suka dari sang lawan bicara.

"Kau berusaha menentang perintahku? Sudah berapa kali aku katakan, jika kau tidak berhak menyentuh gadisku! Mengerti?!" tekannya lagi, mengingatkan.

Namju Kim menunduk patuh. Ia tidak bisa menentang keputusan raja sekalipun jika keputusannya itu salah. Sedangkan Arashi bersama sudah Teghran berhasil menyelinap dan memasuki istana timur melalui hutan yang terhubung dengan pembatas istana.

"Ingat ya Teghran, kau tidak berhak menyentuh raja, sedikit saja pedangmu menggores kulitnya, justru kau yang harus berhadapan denganku!" tekan Arashi mengingatkan.

Teghran tertawa sumbang seolah kesal. Pikirnya untuk apa Arashi menginginkan peperangan jikalau dirinya tidak menghendaki kematian raja yang harusnya menjadi target utama jika ingin mengusai dinasti ini?. Sungguh tidak masuk akal.

"Aku tidak main-main dengan ucapanku, Teghran, ingat itu!" ulang Arashi yang mulai cemas. Jujur Arashi juga sama takutnya, takut kalau Sugyon terluka karena pedang orang lain. Yang berhak membunuh Sugyon hanya dirinya.

"Ya.. ya, aku paham, Arashi. Sekarang kita harus berpencar!" ucap pria tampan dengan bibir box smile yang menawan itu. Lalu mereka berpisah.

Dengan langkah berhati-hati, Arashi segera menuju kamar raja karena dirinya tau, Sugyon pasti belum siap dengan peperangan mendadak ini. Arashi juga menyempatkan bertemu dengan Mung Woo. Sepertinya gadis itu tampak ketakutan sekali.

"Bagaimana, kau sudah melakukan yang ku perintahkan?" tanya Arashi membuka kain penutup wajahnya dan memperlihatkan pada gadis yang kini sedang gemetar itu.

"S-su-sudah Damaya, bagaimana kalau seandainya kau kalah dan aku akan dipenggal oleh raja Sugyon" kata Mung Woo panik. Pasalnya Arashi memberikan titah pada gadis itu untuk meracuni air dan beberapa makanan untuk para prajurit istana. Supaya peperangan ini dimenangkan olehnya. Memang sungguh licik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MajestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang