Jangan lupa vote and spam komen, terakhir kali sedih bngt karena ga sampe 60 vote bahkan, sesusah itukah pencet bintang sebelum membaca? Padahal author mengetik cerita dengan segenap jiwa raga, author cuma minta support klik bintang/vote aja ..
:(
~
Butiran-butiran air langit yang tadinya turun satu persatu, kini sudah mulai tak beraturan. Meninggalkan kesan sejuk yang menusuk kulit seorang gadis bermata sendu itu, yang kini tengah menatap lamat dedaunan layu akibat air hujan menghantamnya dengan keras. Ia begitu menikmati hembusan demi hembusan angin wangi khas bumi yang menjadi favoritnya.
Gadis itu sepertinya melamun, mungkin mengingat banyak kenangan indah. Terlihat dari sudut bibirnya yang terangkat keatas tipis sekali, seolah secara tak sadar senyumannya lolos. Namun perlahan, gumulan air menggenang di pelupuk matanya. Bibirnya yang tadi sedikit merka, kini mulai kincup bergetar. Ntah apa yang dirasakan oleh gadis itu sebernarnya.
"Damayaa damaya..!" teriak heboh gadis lain di sudut ruangan, sehingga ia langsung menghapus air matanya secepat mungkin. Lalu memasang wajah seolah ia baik-baik saja.
"Mung Woo, ada apa?" Kaki jenjangnya melangkah menghampiri sumber suara.
"Kau tidak ketinggalan berita kan?" Kata gadis bermata bulat itu terengah-engah setelah berlarian.
"Ada berita apa memangnya?" ia mencomot biji bunga matahari kering yang dibawa oleh teman satu kamarnya itu. Mung Woo satu-satunya pelayan yang menyukai Damaya di istana.
Di tengah-tengah rumor kedekatan Damaya dengan sang raja merebak panas, hanya Mung Woo yang tidak perduli.
"Ku dengar malam ini jeonha akan pergi ke kediaman mertuanya, karena ayah permaisuri mengundang yang mulia raja dalam memperingati kematian istrinya" Damaya menghentikan jemarinya yang tadinya sibuk membuka biji matahari itu.
"Mereka akan menginap disana?" Tanya Damaya mulai cemas.
"Tentu saja, ku dengar perayaan kematian ibu permaisuri akan dilaksanakan selama tiga hari kedepan" kini Damaya menggigit bibirnya gelisah, bagaimana kalau nanti terjadi sesuatu dengan yang mulia dan permaisuri?.
Mereka adalah suami istri yang sah, dan tentunya keduanya akan tidur dalam satu ruangan. Pria tetaplah pria, ia tidak mempercayai sang raja jika keadaannya mendesak.
"K-kau tidak mungkin menghentikan mereka kan? Ingat posisimu, ya walaupun aku mendukungmu tapi aku tidak yakin kali ini kau bisa melakukan sesuatu untuk mencegah yang mulia" ucap Mung Woo kembali santai. Gadis itu memang memiliki kepribadian yang unik, itulah kenapa Damaya juga menyukainya.
Mung Woo gadis yang tidak perduli dengan urusan orang lain selagi tidak menyangkut pautkan dirinya, justru gadis itu berharap kalau Damaya memiliki posisi di istana, jadi ia bisa melayani Damaya dengan tenang. Karena selama ini Mung Woo selalu diperlakukan semena-mena oleh ibu suri ataupun nenek suri, sehingga ia membutuhkan sekutu, ya walaupun sebagai kacung setidaknya ia akan aman jika Damaya si pemberani yang memiliki posisi penting di kerajaan, karena ia tau sang raja sedang tergila-gila dengan Damaya.
"Kau mau kemana?!!" Sergah Mung Woo menagkap pergelangan tangan Damaya.
"Menemui jeonha!" singkatnya.
"Jeonha sedang ada rapat di balai istana, lagipula kenapa kau kembali ke kamar kacung ini, bukankah kau seharusnya tidur di kamar yang mulia?" Goda Mung Woo.
"Damaya, tolong lahirkan putra yang mulia dari rahim mu!" Bisik Mung Woo.
"Yak!" Damaya setengah senyum, lalu menjitak kepala Mung Woo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Majesty
Fanfiction°Dark romance° 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐮𝐧𝐬𝐮𝐫 𝐠𝐞𝐥𝐚𝐩 𝐠𝐮𝐥𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐤𝐞𝐡𝐮𝐣𝐚𝐧𝐚𝐧 🔞 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐡𝐚𝐲𝐮𝐤 𝐬𝐞𝐠𝐞𝐫𝐚 𝐠𝐚𝐝𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧, 𝐛�...